Headline

Pemerintah merevisi berbagai aturan untuk mempermudah investasi.

Fokus

Hingga April 2024, total kewajiban pemerintah tercatat mencapai Rp10.269 triliun.

Kawal Eksistensi Pers di Era Digital

Indriyani Astuti
09/2/2020 07:00
Kawal Eksistensi Pers di Era Digital
Presiden Joko Widodo melayani permintaan swafoto para undangan dalam puncak peringatan Hari Pers Nasional 2020 di Banjarmasin(SETPRES)

MEDIA massa ditantang untuk terus mempertahankan eksistensinya pada era digital. Era yang sarat perubahan itu perlu disikapi oleh media arus utama dengan membedakan diri dari media baru seperti media sosial di kanal digital. Dalam konteks itu, peneliti media dan komunikasi serta Ketua Komisi Hubungan Antarlembaga dan Internasional Dewan Pers, Agus Sudibyo, mendorong media massa mampu menyajikan kuantitas dan kualitas informasi yang baik kepada masyarakat.

"Harus ada diferensiasi terhadap media baru jika media baru menyajikan informasi yang berkualitas rendah," ujar Agus, kemarin. Media massa harus menjadi lebih baik dengan berita yang bisa dipertanggungjawabkan dengan tidak mengikuti atau memuat berita-berita dari media sosial yang kebenarannya belum terkonfirmasi atau informasi yang bersifat spekulatif. Apabila media massa melakukan hal yang sama dengan media sosial karena mengejar trafik, menurut Agus, hal itu sama saja membesarkan kanal digital atau media baru yang menjadi pesaing media massa.

Media arus utama, terutama cetak, masih menurut Agus, harus mampu pula beradaptasi dengan perubahan pola konsumsi media di masyarakat. Kini sudah banyak masyarakat mengonsumsi informasi secara digital melalui gawai sehingga digitalisasi menjadi keniscayaan bagi para pengelola media massa.

Sebelumnya, saat memberi sambutan pada Peringatan Hari Pers Nasional (HPN) di Banjarbaru, Kalimantan Selatan, Sabtu (8/2), Presiden Joko Widodo menyatakan komitmen dan dukungan bagi lahirnya regulasi yang menjamin keberlangsung pers di tengah era digital. "Saya mendorong dan mendukung lahirnya undang-undang yang lebih fair dan transparan di tengah dominasi platform global, agregator, dan media sosial untuk mewujudkan jurnalisme yang baik," kata Presiden.

Presiden menghadiri acara peringatan HPN, sehari sebelum Hari Pers Nasional yang jatuh hari ini, 9 Februari, sebelum bertolak ke Canberra, Australia, untuk kunjungan kerja.

Presiden sempat pula melontarkan seloroh terkait ketidakhadirannya pada HPN 2015 di Batam. Ketika itu, ia diwakili Wapres Jusuf Kalla. "Saya pernah sekali tidak hadir, saya kapok. Makanya sekarang, saya mau ke Canberra, saya belokkan sedikit untuk hadir dalam acara HPN," kata Jokowi.

Apresiasi

Ketua Dewan Pers Muhammad Nuh mengapresiasi kepedulian Presiden atas perkembangan pers. "Kami tahu betul kesibukan Presiden luar biasa. Setelah ini langsung ke Australia, tapi masih berkenan hadir di sini. Presiden mencintai dan memahami pentingnya pers bagi bangsa dan negara."

Di mata M Nuh, pers menghadapi ancaman era digital dan jika tidak mampu berinovasi, pada akhirnya pers akan ditinggalkan pecintanya.

Plt Kepala Humas Kementerian Informasi dan Komunikasi Ferdinandus Setu Nando menyatakan, meskipun menghadapi tantangan serius, tingkat kepercayaan publik kepada jurnalisme kian meningkat jika dibandingkan dengan media sosial.

Anggota Komisi I DPR, Muhammad Farhan, membenarkan pers tengah menghadapi disrupsi media yang dahsyat. Ia berharap pers dapat menguatkan konten dan kemampuan mengelola informasi bagi publik. "Pers nasional juga harus menjadi bagian tidak terlepaskan sebagai pilar demokrasi Indonesia." (DY/Pro/Ata/VL/X-6)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Triwinarno
Berita Lainnya