Headline

. AS kembali memundurkan waktu pemberlakuan tarif resiprokal menjadi 1 Agustus.

Fokus

Penurunan permukaan tanah di Jakarta terus menjadi ancaman serius.

Di era Teknologi, Pers Jangan Abaikan Prinsip Verifikasi

Abdillah Muhammad Marzuqi
30/12/2019 21:00
Di era Teknologi, Pers Jangan Abaikan Prinsip Verifikasi
Ketua Umum IJTI Yadi Hendriana (tengah) pada diskusi Refleksi Akhir Tahun IJTI di Gedung Dewan Pers, Senin (30/12).(MI/M Irfan)

KETUA Dewan Pertimbangan Ikatan Jurnalis Televisi Indonesia (IJTI) Imam Wahyudi mengungkapkan tingkat kepercayaan publik terhadap media tradisional meningkat. hal itu mendasarkan pada riset Edelman Trust Barometer 2019. Media tradisional merujuk pada praktek jurnalistik dengan metodologi ketat.

"Kalau lihat Edelman Trust Barometer (2019), tren media tradisional sempat turun di 2015, kemudian mulai naik dan sekarang naik lagi di 2019," terangnya usai diskusi Refleksi Akhir Tahun IJTI; Kebebasan Pers, Disrupsi, dan Tantangan Jurnalis TV, di Gedung Dewan Pers, Senin (30/12).

Berdasarkan data Edelman Trust Barometer 2019, tingkat kepercayaan pada media tradisional meningkat dari 63 poin pada 2018 menjadi 65 pada 2019. Tiga tahun sebelumnya, media tradisional sempat terpuruk pada 2015-2017 dengan 58, 59, dan 58 poin. Bahkan pada tahun ini berada pada level yang sama dengan mesin pencari.

Perubahan itu, menurut Imam, dilandasi kembalinya kepercayaan publik setelah sempat anjlok gara-gara hoaks.

"Itu menunjukkan bahwa orang tadinya kecewa mungkin dengan media tradisional yang mungkin ikut-ikutan dan menyebarkan hoaks. Kan itu banyak dulu, apalagi menjelang pemilu dan saat pemilu, pilkada dan sebagainya," lanjutnya.

Menurutnya, praktek jurnalistik dengan metodologi yang ketat sangat dibutuhkan publik.

"Publik itu pada dasarnya butuh mercusuar, di tengah banjir informasi mereka ingin tahu yang benar yang mana. Yang bisa melakukan itu sebenarnya hanya jurnalisme," tandasnya.

Ia menegaskan tidak sepatutnya jurnalisme mengorbankan prinsip verifikasi hanya untuk mengejar kecepatan. Karena verifikasi adalah nyawa jurnalisme. "Tapi kemudian ketika jurnalisme mau cepat-cepatan, mengorbankan verifikasi, dia membunuh dirinya sendiri," pungkasnya.(A-1)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Adiyanto
Berita Lainnya
Opini
Kolom Pakar
BenihBaik