Headline
Pemerintah merevisi berbagai aturan untuk mempermudah investasi.
Hingga April 2024, total kewajiban pemerintah tercatat mencapai Rp10.269 triliun.
DIREKTORAT Pengendalian Penyakit Tular Vektor dan Zoonosis Kementerian Kesehatan (Kemenkes) melaporkan 492 orang positif terinfeksi demam berdarah dengeu (DBD) dengan 25 d iantaranya meninggal dunia sepanjang Januari ini.
“Kasus kematian dan infeksi itu berasal dari 9 kabupaten dan 2 kota di 7 provinsi yang sudah menyatakan status Kejadian Luar Biasa (KLB) DBD di wilayah mereka masing-masing,” sebut Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Masyarakat Kemenkes Oscar Primadi, via surat elektronik Sabtu (6/2).
Rincian kab/kota yang telah menyatakan KLB DBD adalah, Kabupaten Tangerang di Provinsi Banten, Kota Lubuklinggau di Provinsi Sumatera Selatan, Kota Bengkulu di Provinsi Bengkulu, Kota Denpasar dan Kabupaten Gianyar di Provinsi Bali, Kabupaten Bulukumba, Pangkep, Luwu Utara, dan Wajo di Provinsi Sulawesi Selatan, Kabupaten Gorontalo di Provinsi Gorontalo, dan Kabupaten Kaimana, Papua Barat.
Berangkat dari data tersebut, Oscar meminta pemerintah daerah (pemda) dan publik untuk waspada terhadap potensi penularan DBD pada saat ini. Musababnya, pada saat ini, khususnya di Januari hingga awal-awal Febuari, kasus penyakit yang disebarkan oleh nyamuk Aedes Aegypti itu biasanya meningkat.
“Pada akhir Febuari baru biasanya kasus penularan mengalami grafik penurunan,” tambah dia.
Guna menekan tingkat infeksi dan kematian, Kemenkes terus menerus melakukan sosialisasi kewaspadaan DBD, khususnya pada daerah-daerah yang telah menyatakan KLB.
Selain itu, Kemenkes juga telah mengirimkan tim teknis untuk penyelidikan epidemioligi serta penanggulangan vektor dengan fogging focus, pemberian larvasida (abate) dan insektisida. Sementara untuk deteksi dini, Kemenkes sudah mengirim Rapid Diagnostic Test (RDT).
Adapun dukungan logistik dari Pemerintah Pusat kepada Daerah didistribusikan berdasarkan permintaan Daerah, karena di beberapa daerah sudah ada yang memiliki logistik masing-masing.
Oscar menambahkan, beberapa lokasi KLB seperti Kaimana diberi tambahan RDT untuk percepatan penemuan dini kasus. Dari hasil pemeriksaan, untuk sementara ini kasus DBD di Kaimana belum ditemukan lagi.
Pada saat ini, peningkatan kasus DBD justru tengah terjadi di Kab. Banten. Untuk mengatasi hal itu, Kemenkes telah mendistribusikan alat dan bahan pengendalian vektor siap didistribusikan kesana bersama tim teknis dari Pusat.
Sementara itu, guna penanganan pasien positif terinfeksi DBD, Kemenkes menghimbau agar daerah memobilisir semua sumber daya kesehatan yang ada, termasuk untuk menampung semua pasien di rumah sakit (RS).
“Peran Pokjanal DBD di daerah harus diaktifkan. Dari pusat, Kemenkes siap mendistribusikan bantuan obat-obatan yang diperlukan,” imbuh Oscar.
Tren peningkatan
Sebelumnya, staf Subdit Arbovirosis Direktorat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kemenkes Chairiyah Anwar menyatakan, berdasarkan rekapitulasi data DBD nasional, kasus penularan dan kematian akibat DBD terus meningkat dalam rentang 4 tahun belakangan ini.
Tren peningkatan kasus terlihat dari hasil rekapitulasi data Direktorat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kemenkes dari 2012 sampai 2015. Pada 2012 kasus DBD tercatat mencapai 630 kasus. Pada 2013 jumlahnya bertambah menjadi 962, 2014 jadi 1.081 dan 2015 meningkat 8.075.
Untuk data kematian, pada 2012 tercatat jumlah penderita DBD yang meningal mencapai 816 jiwa. Di 2013 naik menjadi 871, 2014 sebanyak 907 dan 2015 melonjak menjadi 1.190.
Berkenaan dengan kasus dan kematian yang terus bertambah, menurut Oscar, penyebab utamanya adalah, tidak jalannya gerakan pemberantasan sarang nyamuk (PSN) dengan 3M Plus di daerah. Padahal gerakan PSN tersebut adalah satu-satunya jalan untuk mencegah penularan DBD.
Sedangkan faktor lain adalah, mayoritas kab/kota di masih endemis DBD, faktor pemanasan global, urbanisasi penduduk dan mobilitas penduduk yang semakin tinggi.(OL-4)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved