Headline
Bartega buka kegiatan belajar seni sambil piknik, ditemani alunan jazz, pun yang dikolaborasikan dengan kegiatan sosial.
Bartega buka kegiatan belajar seni sambil piknik, ditemani alunan jazz, pun yang dikolaborasikan dengan kegiatan sosial.
Sekitar 10,8 juta ton atau hampir 20% dari total sampah nasional merupakan plastik.
TEPAT pukul 10.05 pagi, Sih Elsiwi Handayani Oratmangun, 59, sudah menunggu di ruang makan Wisma Duta, Kompleks Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI), Moskow, Rusia. Ia nampak anggun dengan baju kotak-kotak.
Dari ruangan itu, ia bergegas mempersilakan saya masuk. Pembicaraan awalnya berkisah tentang keluarga dan aktivitas sehari-harinya. Lalu, semuanya bermuara pada kegemarannya melukis dan rutinitas mengunjungi museum.
Maklum, Wiwik, sapaan akrab Elsiwi, adalah perempuan yang konsen dalam dunia seni rupa dalam satu dasawarsa terakhir ini. Tak berapa lama, ia pun mengajak duduk di ruang tengah rumah dinas tersebut. Ada seperangkat sofa dan meja berkaca. Di atas meja, tersedia kacang, kue kering, tisu, dan buku bacaan.
Lima menit berbicara, seorang pembantu berkewarganegaraan asing pun muncul membawa baki berisi teh hangat. Sudah barang tentu, itu ia lakukan setelah mendapat komando sang majikan.
Dari sofa yang empuk, nampak beberapa lukisan karya Wiwik terpajang di tembok. Namun, ada dua karya yang sengaja digeletak di atas bufet. "Saya senang memajang karya di ruangan. Ini lebih pada unsur dekoratif. Kalau ada lukisan kan lebih hidup dan nggak monoton," tuturnya, Jumat (29/1).
Dua karya di atas bufet memang menjadi daya tarik bagi siapapun yang masuk ke Wisma Duta. Masing-masing berjudul Suzdal (80x80 cm, 2013) dan Golden Summer (107x76 cm, 2013). Dua lukisan tersebut pernah ia ikutkan pada ajang kontes seni lukis di Russian State Art Library (2014).
Alhasil, lewat ajang itu, Wiwik mendapatkan pengakuan sekaligus penghargaan. Ia didapuk sebagai "pelukis diplomat" oleh sebuah klub seni dan budaya di Rusia. Prestasi itu kian membuat Wiwik merasa lebih dekat dengan kancah kesenimanan.
Bila kita cermati, karya Suzdal merupakan gambaran tentang sebuah keluarga bahagia yang sedang bermain di taman. Seorang gadis sedang memeluk pinggang ibunya, sementara seorang gadis lainnya asik bermain di sela-sela bunga yang sedang mekar.
Di bagian tengah lukisan, ada pula seorang bocah sedang bermain ditemani anjing kesayangan. Dan, ada pula tiga anak lainnya tengah duduk dekat meja bundar di bagian belakang.
Latar belakang cukup menarik. Ada rumah ala Suzdal, sebuah kota kecil di Rusia, pepohonan rindang, hingga balon udara. Itu menunjukkan karya tersebut cukup imajinatif seperti dunia kanak-kanak.
Sedangkan Golden Summer sangat berbeda. Lukisan ini menghadirkan titik perhatian pada serangkai bunga di atas meja makan. Bunga-bunga itu menjadi labirin. Ada delapan kupu-kupu mencoba hinggap dan mengisap sari kembangnya.
Unsur dekoratif
Melihat lukisan karya Wiwik, tentu saja bisa digolongkan sebagai lukisan dekoratif. Wiwik cukup lihai pada penggunaan warna primer. Tema-tema pun masih sederhana, yakni bunga dan orang.
"Saya senang dengan unsur alam. Setiap kali saya bepergian (dengan kereta cepat), saya selalu memandang ke luar jendela. Semuanya mengendap, dan saya tuangkan ke atas kanvas," jelas ibu tiga anak, itu.
Di rumah dinas yang Wiwik sulap menjadi 'galeri seni', ia tinggal mendamping suaminya, Djauhari Oratmangun, Duta Besar Indonesia untuk Federasi Rusia dan Republik Belarusia. Mereka sudah tempati sejak 2012.
"Dulu saya bekerja. Namun, karena tugas bapak selalu pindah-pindah (negara), saya putuskan berhenti (bekerja). Mendamping bapak adalah juga tugas (negara) juga, lo," ucapnnya, sayu.
Ketertarikan dalam dunia seni bukan saat tinggal di Moskow. Pada saat mendamping suami bertugas di Belanda pada 2007, misalnya, Wiwik sudah melukis di atas media porselin. Namun, itu ia lakukan sebagai cara mengisi waktu luang.
Semua karya di porselin sudah ia berikan sebagai sagu hati kepada rekanan dan teman-temannya. Untunglah, Wiwik sempat mendokumentasikan. Ia sontak membuka <i>gadget<p> dan mempertontonkan karya dekoratif bercorak bunga-bungaan.
"Saya juga melukis di atas botol anggur. Bapak selalu menjamu tamu-tamu yang datang ke sini untuk minum. Nah, saya lihat di belakang (gudang) kog banyak botol. Saya ambil dan bersihin. Lalu, saya lukis di atasnya," paparnya, semangat.
Hingga kini, sudah puluhan karya lukis Wiwik hasilkan. Ia pun mengakui dirinya bukanlah pelukis profesional. "Awalnya, saya diajari oleh pelukis asal Yogyakarta (Erica Hestu Wahyuni). Dari situ, saya mulai tertarik sehingga saya lukis di kamar," kisahnya.
Lewat ketekunan Wiwik di sela-sela mendamping suaminya bertugas sebagai diplomat, ia patut diacungi jempol. Ia melukis karena terdorong akan motif tuk selalu mengenan setiap negara yang pernah ia tinggal.
Di Moskow, Wiwik ikut serta pada pameran bersama pertamanya di Belyaevo Gallery, dalam rangka ajang Indonesia Night, pada 24 Januari 2014. Lalu, pameran tunggal pertamanya di Art Naive Gallery, 15-24 April 2014).
Tak hanya itu, Wiwik juga ikut meramaikan sebuah pameran seni lukis bersama di Yogyakarta, akhir tahun lalu. Saat itu, ia menghadirkan karya lukis berjudul Welcoming Spring.
Lewat hobi melukis, Wiwik tidak saja menunjukkan diri sebagai seorang istri diplomat. Ia mampu menangkap momen-momen penting. Ia endapkan, renungkan, dan tuangkan lewat karya seni.
Sayang, masa jabatan suaminya sebagai seorang duta besar di Negeri Beruang Merah, akan berakhir, Februari ini. Rencananya, Mohammad Wahid Supriyadi akan menggantikan posisi Djauhari.
Wiwik pun sudah mulai menurunkan satu per satu lukisan. Termasuk, karya terbaru Harmony (2015). Ada 1001 memori terlukis. Semuanya akan ia bungkus untuk dikapalkan ke Jakarta.
Ia senang karena selama di Moskow, masyarakat menaruh apresiasi tinggi terhadap karya seni. "Saya berharap negeri kita juga demikian," pintahnya di penghujung obrolan santai selama satu jam, itu.
Kini, satu 'galeri seni' pun hilang dari Wisma Duta. Akankan Wisma Duta tanpa pajangan lukisan dengan penghuni barunya? Kita tunggu saja saat acara perpisahan dihajat di wisma yang menyimpan 1001 memori itu. (X-12)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved