Headline
Pemerintah merevisi berbagai aturan untuk mempermudah investasi.
Hingga April 2024, total kewajiban pemerintah tercatat mencapai Rp10.269 triliun.
Capaian kunjungan wisatawan mancanegara ke Indonesia di 2015 mampu melampaui target yang dibebankan Presiden Jokowi. Pelintas batas dan pengunjung singkat membantu pencapaian angka 10,4 juta wisman itu. Namun, untuk kawasan Asia Tenggara, prestasi itu masih di bawah Thailand.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) dan Asisten Deputi Penelitian dan Pengembangan Kebijakan Kepariwisataan Kementerian Pariwisata (Kemenpar) mengungkapkan, jumlah kunjungan pelancong asing di 2015 mencapai angka 10.406.759 orang.
Itu terdiri atas, pertama, wisman melalui 19 pintu masuk (foreign visitor) sebanyak 9.729.350 orang (93,49%); kedua, wisman melalui pintu perbatasan (foreigners who enter througt the cross border post) sebanyak 370.869 wisman (3,56%); dan ketiga, wisman kunjungan singkat dalam setahun (other short foreigner visitors in 1 year) yang mencapai 306.540 wisman (2,95%).
Menpar Arief Yahya mengatakan angka itu melebihi proyeksi kunjungan wisman 2015 sebesar 10,017 juta atau tumbuh 7,2% dari tahun sebelumnya. Pertumbuhan pariwisata Indonesia ini ada di atas pertumbuhan rata-rata pariwisata dunia sebesar 4,4% dan pertumbuhan pariwisata kawasan ASEAN sebesar 6%. Walau begitu, Indonesia belum yang terbaik di kawasan ini.
"Pertumbuhan pariwisata Indonesia jauh lebih baik dibandingkan negara kompetitor Malaysia (Januari-Juni 2015 -9,4%), dan Singapura (Januari-Desember 2015 tumbuh nol persen), sedangkan Thailand tumbuh di atas kita sebesar 23% (Januari-Desember 2015)," ungkap Arief, melalui pesan singkatnya, Selasa (2/2).
Capaian pertumbuhan pariwisata 2015 ini, lanjutnya, akan menjadi pemicu dalam meraih target kunjungan wisman 2016 sebesar 12 juta wisman atau 20%. Jika itu sukses, devisa sebesar Rp 172 triliun bisa diraup. "Ini berarti empat kali lipat dari pertumbuhan perekonomian nasional, sehingga percepatan akselerasi harus dilakukan," imbuh dia.
Percepatan yang dimaksudkannya terdiri dari sejumlah kebijakan. Pertama, pengembangan 10 destinasi wisata prioritas, yang mencakup Borobudur, Mandalika, Labuhan Bajo, Bromo-Tengger-Semeru, Kepulauan Seribu, Toba, Wakatobi, Tanjung Lesung, Morotai, dan Tanjung Kelayang. Konsep single destination single management pun digunakan.
Pemerintah lantas akan membentuk badan otoritas nasional dalam mengelola destinasi prioritas itu. Strukturnya akan terdiri Dewan Pengarah yang dijabat Menko Maritim Rizal Ramli, dengan Menpar sebagai Ketua Harian, serta anggota Kabinet Kerja terkait sebagai anggota, termasuk Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Yuddy Chrisnandi.
"Dari 10 destinasi prioritas ini kita proyeksikan akan diperoleh 8,5 juta wisman,” kata Arief.
Kedua, memperbanyak pemberian Bebas Visa Kunjungan (BVK). Saat ini, fasilitas tersebut diberikan kepada 90 negara (dasarnya, Perpres No 104 Tahun 2015). Rencananya, Pemerintah tahun ini akan menambah fasilitas itu hingga menjadi 174 negara. Dengan ini, kunjungan diproyeksikan akan meningkatkan 1 juta wisman dengan raihan devisa sebesar US$1 miliar.
Ketiga, deregulasi pariwisata dengan menghapus Clearance Approval for Indonesia Teritory (CAIT). Dasar hukumnya, Perpres No 105 Tahun 2015. Menurut Arief, ini akan meningkatkan jumlah kunjungan perahu pesiar (yacht) ke Indonesia. Dalam lima tahun ke depan, jumlah kunjungan yacht akan mencapai 5.000 perahu pesiar dengan perolehan devisa sebesar US$500 juta.
Keempat, deregulasi juga dilakukan terhadap asas cabotage untuk cruise atau kapal pesiar asing, dengan membolehkan penumpangg naik turun di lima pelabuhan di Indonesia, yaitu Belawan (Medan), Tanjung Priok (Jakarta), Tanjung Perak (Surabaya), Benoa (Bali), dan Soekarno – Hatta (Makassar). Ini akan mendorong naiknya kunjungan wisman kapal pesiar ke Indonesia yang diproyeksikan tahun 2019 mencapai 1.000 kapal pesiar dengan perolehan devisa mencapai US$300 juta.
Angka 7,2% itu masih di bawah pertumbuhan kunjungan wisatawan mancanegara di tahun 2014 yang pernah mencapai 8,3%. Peningkatan signifikan ketika itu didorong oleh banyaknya perhelatan festival musik, budaya, dan gelaran olahraga berskala internasional di Indonesia. (OL-4)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved