Headline
RI-AS membuat protokol keamanan data lintas negara.
F-35 dan F-16 menjatuhkan sekitar 85 ribu ton bom di Palestina.
ADA pemandangan istimewa di antara banyak stan yang tampil di Pameran Kebudayaan Nasional di Jakarta, akhir minggu lalu. Di antara stan makanan, kesenian, sampai pakaian khas daerah, ada stan tenun yang cukup menyedot perhatian pengunjung.
Di stan itu terlihat seorang perempuan berusia 78 tahun yang menenun. Aksi Mbah Kuru, yang merupakan satu-satunya penenun di pameran itu berlangsung seminggu penuh. Tampak Mbah Kuru cekatan menggerakkan mesin pintal manual tradisional. Sesekali dia menjelaskan jenis kain tenun khas Yogyakarta kepada kaum milenial yang iseng bertanya.
Sudah setengah abad lebih menenun, Mbah Kuru sepertinya sangat berharap kain tenun tidak dilupakan anak-anak muda. Dalam pameran kali ini, Mbah Kuru membawa alat tenun miliknya dari Yogyakarta. Dia merasa nyaman saat menenun dan mengajarkan ke pengunjung di stan Atas Nama Daun.
Mbah Kuru mengaku bersedih jika mendengar kabar saat ini penenun sudah langka. “Yang memesan (kain tenun) banyak, tapi yang menenun sudah dikit, jadi Mbah bingung,” ujar Mbah Kuru. Satu lagi yang hebat pada Mbah Kuru, dia masih cekatan dan bisa setengah hari menenun di pameran itu. Namun, di acara itu Mbah Kuru mengaku kelelahan.
“Beliau kecapaian karena dari hari pertama dari pukul 11.00 WIB sudah mulai menenun. Istirahatnya sebentar,” ujar Sita, salah satu pemilik stan. Meski lelah, ditanyai seputar tenun, Mbah Kuru sangat antusias dan senang menceritakan bagaimana proses menenun. Dia pun menuturkan perbedaan benang yang digunakan saat dulu dia menenun dengan benang yang sekarang digunakan, sedikit berbeda.
Rupanya benang yang dulu digunakan Mbah Kuru untuk menenun ialah benang murni melalui proses pewarnaan hingga penjemuran sebelum digunakan untuk menenun. Berbeda dengan benang yang sekarang, Mbah Kuru tidak perlu mewarnai dan menjemurnya karena sudah siap dan tinggal pakai.
Yang cukup ironis dari kain hasil tenunan Mbah Kuru, dijual dengan sangat murah. Kain tenun berbentuk setagen dijual dengan kisaran harga Rp25 ribu sampai Rp35 ribu. Bahkan, setagen polos berukuran 8 meter dibanderol dengan harga Rp35 ribu. (*/H-1)
Lebih dari hiburan semata, Festival Budaya Nusantara dirancang sebagai wahana edukasi lintas generasi, menumbuhkan rasa bangga dan cinta terhadap budaya Indonesia.
Di tengah derasnya arus globalisasi dan tekanan dominasi bahasa-bahasa besar dunia, bahasa daerah menghadapi ancaman yang semakin konkret
FILM Turang, yang pertama kali tayang sekitar 67 tahun silam di Festival Film Asia Afrika di Tashkent, Uzbekistan pada 1998 kini kembali dirayakan.
Menteri Kebudayaan Fadli Zon dan Wakil Menteri Kebudayan Giring Ganesha Djumaryo berkesempatan menerima Menteri Kebudayaan Federasi Rusia, Olga Lyubimova.
MENTERI Kebudayaan Fadli Zon dan Wakil Menteri Kebudayan Giring Ganesha Djumaryo berkesempatan menerima Menteri Kebudayaan Federasi Rusia, Olga Lyubimova.
Indonesia: Zamrud khatulistiwa, diapit dua benua dan samudra. Kaya budaya, strategis, dan rawan bencana.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved