Headline
Putusan MK dapat memicu deadlock constitutional.
MOMEN Peringatan Hari Kemerdekaan ke-74 Republik Indonesia tinggal menghitung hari. Sebuah momen perayaan suka cita yang diperingati secara gegap gempita oleh seluruh lapisan masyarakat di Indonesia.
Meski Indonesia sudah menikmati kemerdekaan selama puluhan tahun, ditandai dengan kebebasan untuk berkarya dan berkreasi sesuai aspirasi setiap warga negaranya, pada kenyataannya, masih terdapat individu yang terbelenggu dalam kesehariannya.
Mereka di antaranya adalah para penyandang disabilitas. Berbagai stigma pun mereka terima, yang bahkan terkadang berujung pada semakin terbatasnya ruang gerak mereka di tengah masyarakat.
Karena itu, harus ada gerakan aksi nyata untuk membantu saudara-saudari kita yang hidup dengan disabilitas agar bisa berjalan beriringan dengan setara bersama seluruh lapisan masyarakat untuk mewujudkan Indonesia maju.
Untuk itu, Yayasan Helping Hands hadir untuk turut mendampingi teman-teman penyandang disabilitas agar mereka memiliki kesempatan yang setara dengan anak-anak bangsa lainnya untuk turut membangun Indonesia.
Slogan 'Disabilitas Bukan Halangan' yang diusung Yayasan Helping Hands sejak awal berdiri dimaknai para pendiri yayasan sebagai sebuah keyakinan bahwa disabilitas bukan halangan untuk maju, dan bukan halangan untuk maju bersama.
Karena itu, Yayasan Helping Hands menggelar acara temu media 'Merayakan Disabilitas Menuju Indonesia Maju' di Ruang Komunal Indonesia from Facebook, Pacific Place, Jakarta, hari ini.
"Kami berharap acara media gathering ini akan menjadi jembatan komunikasi yang dapat menyuarakan seruan untuk berjalan bersama antara teman-teman penyandang disabilitas dan non-disabilitas, sehingga membuka kesempatan luas bagi penyandang nondisabilitas untuk hidup dan berkarya di berbagai bidang yang mereka harapkan," ujar Wendy Kusumowidagdo, Direktur Eksekutif Yayasan Helping Hands dalam sambutannya di acara, Rabu (14/8).
Di Indonesia sendiri penyandang disabilitas masih mengalami kesulitan besar dalam mendapatkan pekerjaan formal. Sebuah pada 2018 mengungkapkan, baru sekitar 1,2% penyandang disabilitas yang berhasil ditempatkan dalam sektor tenaga kerja formal.
Padahal, Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2016 mewajibkan perusahaan swasta mempekerjakan paling sedikit 1%, adapun Pemerintah, Pemda, BUMN, dan BUMD mempekerjakan paling sedikit 2% penyandang disabilitas dari jumlah pegawai.
"Persoalan keterbatasan akses penyandang disabilitas terhadap pekerjaan formal terjadi sejak lama. Karena itu, Yayasan Helping Hands berupaya untuk menjadi jembatan antara dunia disabilitas dengan non-disabilitas.
Dengan orang lebih mengenal seseorang yang difabel, memahami kemampuan, kelemahan, kebutuhan, kesamaan, perbedaan, kami berharap ia akan lebih mau berupaya memberi dampak bagi komunitas difabel," papar Willy Suwandi Dharma, salah satu pendiri Yayasan Helping Hands dalam kesempatan sama.
Baca juga: Mahasiswa Muhammadiyah Harus Jadi Umat Islam Berkemajuan
Adapun dalam membangun jembatan kesetaraan dan kebersamaan, Yayasan Helping Hands menggunakan metodologi program berbasis empat elemen, yakni edukatif, inklusif, partisipatif dan, eksperensial.
Keempat elemen tersebut selanjutnya diwujudkan dalam tiga pilar program utama yayasan, yaitu pendidikan alam, pendidikan olah raga, dan pengalaman profesional.
Tiga pilar program itu yang kemudian dijalankan oleh para anak muda penyandang disabilitas yang menjadi peserta didik Yayasan Helping Hands.
"Dalam setiap geraknya, Yayasan Helping Hands selalu menyatukan anak-anak muda penyandang disabilitas dengan non-disabilitas.
Melalui ketiga pilar program, kita berupaya menyatukan anak muda disabilitas dengan non-disabilitas ke dalam berbagai pelatihan non-formal. Kami percaya, melalui pelatihan bersama itu para penyandang disabilitas dan non-disabilitas akan berinteraksi sekaligus meresapi nilai-nilai yang diusung Yayasan Helping Hands, yakni toleransi, empati, kepemimpinan dan kerja sama yang akan membuka ruang kebersamaan yang lebih luas lagi ke depan," jelas Wendy.
Sementara di pilar ketiga, pengalaman profesional, yang bertajuk 'Leadership Inclusive Training (LIT)', Yayasan Helping Hands membawa para siswa-siswi Sekolah Luar Biasa ke berbagai perusahaan untuk merasakan pengalaman pelatihan bersama dengan pekerja profesional.
"Di dalam program LIT, para remaja akan diajak mengikuti sesi leadership, aktivitas team building bersama dengan karyawan perusahaan, dan sesi pengembangan karier yang diberikan oleh perusahaan tersebut. Yang unik, di dalam program LIT, setiap anak disabilitas akan ditandem dengan seorang karyawan dari perusahaan partisipan.
Dengan begitu kedua pihak akan terlibat dalam interaksi mendalam," pungkasnya.
Salah satu program LIT yang akan dijalankan dalam waktu dekat kerja sama dengan Bank BCA pada 20 Agustus dalam rangka merayakan HUT ke-74 RI. Pada saat itu, 15 anak tunanetra akan dibawa ke fasilitas unit kerja Halo BCA di BSD, Tangerang. (RO/OL-1)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved