Headline
Pemerintah belum memastikan reshuffle Noel.
DOKTER spesialis kebidanan dan kandungan, Ivan Rizal Sini menyebut perempuan berusia muda memiliki potensi lebih besar untuk sukses menjalankan program bayi tabung.
"Tingkat keberhasilan bayi tabung dapat mencapai 70% bila dilakukan pada perempuan usia muda atau berumur di bawah 35 tahun," ujar pria yang juga menjabat sebagai President Director Morula IVF Indonesia saat menggelar Biennial Meeting 2019 di Kota Bogor, Jawa Barat, Minggu (14/7) malam.
Sedangkan perempuan dengan usia di bawah 38 tahun menurutnya, memiliki potensi 50% keberhasilan. Lebih parah lagi, jika usia pasiennya di atas 40 tahun, hanya memiliki potensi keberhasilan 10% sampai 15%.
"Bagi pria juga. Kalau tambah usia, kualitas spermanya tidak bagus. Program bayi tabung ini agar berhasil mesti diulang, potensi keberhasilannya bisa meningkat pada program kedua ataupun ketiga kalinya," kata Ivan.
Baca juga: Kenapa Sarapan itu Penting?
Ia menyebutkan, Klinik Morula IVF Indonesia yang sudah berdiri sejak 21 tahun lalu hingga kini sudah berhasil menghasilkan 4.100 bayi tabung.
Pada 2018, tercatat sebanyak 4.375 pasangan menjalani program bayi tabung di Klinik Morula IVF Indonesia.
Angka tersebut berkontribusi 40% dari seluruh layanan klinik bayi tabung di wilayah Indonesia.
Morula IVF Indonesia adalah bagian Grup Kesehatan (Bundamedik Healthcare System) BMHS yang fokus dalam pengembangan klinik bayi tabung. Kini, dengan adanya teknologi canggih di Morula IVF Indonesia, akan semakin membantu para dokter kandungan untuk mengetahui peningkatan prestasi keberhasilan kehamilan.
"Untuk program bayi tabung di Morula IVF Indonesia memiliki biaya bervariasi mulai dari Rp50 juta yang tergantung dari penanganan kasus setiap pasien," tuturnya. (OL-2)
Mitos seputar pemberian MPASI itu mulai dari pemberian madu untuk anak yang baru lahir, hingga larangan pemberian MPASI bertekstur hingga anak tumbuh gigi.
Studi terbaru ungkap lebih dari 17 juta bayi lahir dari fertilisasi in vitro (IVF) sejak 1978.
Susu formula harus diberikan kepada bayi yang mengalami kelainan metabolisme bawaan atau kelainan genetik yang menyebabkan dirinya tidak bisa mencerna ASI.
Penyakit Respiratory Syncytial Virus (RSV) kini menjadi perhatian utama dunia kesehatan. Walau sering dianggap sebagai flu biasa, RSV menyimpan potensi bahaya serius.
Lonjakan kasus Respiratory Syncytial Virus (RSV) memicu kekhawatiran di kalangan medis, khususnya karena virus ini menyerang kelompok paling rentan: bayi dan lansia.
Bingung puting bisa berpotensi menyebabkan masalah termasuk salah satunya menurunkan produksi ASI yang padahal masih dibutuhkan untuk mendukung tumbuh kembang bayi usia 0-6 bulan.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved