Headline

Kementerian haji dan umrah menaikkan posisi Indonesia dalam diplomasi haji.

Sisihkan Gaji demi Berantas Buta Huruf

(*/H-3
01/7/2019 04:00
Sisihkan Gaji demi Berantas Buta Huruf
Rumah Baca Alfabet di jalam Pulo Mangga, Grogol Kecamatan Limo, kota Depok,(MI/Nike Amelia Sari)

TANPA terasa Taman Bacaan Masyarakat (TBM) Rumah Baca Alfabet di Jalan Pulo Mangga, Grogol, Kecamatan Limo, Kota Depok, Jawa Barat, telah berusia satu dekade. Ide pendirian TBM itu berasal dari kegelisahan hati Ciptaji Samsul Balad, 35, yang saat ini menjabat Ketua Forum Taman Bacaan Masyarakat (TBM) Kota Depok.

Mukhsin Joko Santoso, 69, ayah Ciptaji yang juga pengelola TBM Rumah Baca Alfabet, menuturkan saat itu sebagian besar para ibu di kawasan Grogol Limo, khususnya Jalan Pulo Mangga, masih buta huruf. Karena itu, kehadiran taman bacaan dinilai sangat penting karena situasi genting.

“Pada awalnya, koleksi buku dari taman bacaan masyarakat ini dibeli dari gaji anak saya, Ciptaji yang disisihkan Rp500 ribu per bulan,” ucap Mukhsin, saat ditemui Media Indonesia, Kamis (27/6).

Setelah TBM Rumah Baca Alfabet 10 tahun berdiri, jelas Mukhsin, koleksi buku di sana telah mencapai lebih dari 1.500, dari buku anak sampai umum. Koleksi buku yang tersedia di TBM Rumah Baca Alfabet, yaitu ensiklopedia, pelajaran sekolah, ilmu pengetahuan, sejarah, biografi tokoh, komik edukatif, novel anak dan remaja, pengetahuan islam, dan masih banyak lagi.

Buku-buku yang tadinya dibeli dari kocek Ciptadi kini juga didapat dari sumbangan masyarakat seluruh Indonesia yang dikirim setiap bulannya oleh Pos Indonesia. Selain buku, pengelola TBM Rumah Baca Alfabet mendapat sokongan dana dari sejumlah donatur.

Beberapa prestasi yang dapat diraih TBM Rumah Baca Alfabet antara lain juara umum Olimpiade Taman Bacaan Masyarakat dan juara II Pengelola TBM. Selain itu, lomba internal aktif diadakan di TBM ini, seperti lomba menulis cerpen.

Tak hanya membaca buku secara fisik, kata Muksin, TBM ini menyediakan fasilitas free wifi.

Pengelola TBM juga aktif melakukan kunjungan sosialisasi ke sekolah-sekolah terdekat untuk mengajak anak-anak dan masyarakat rajin membaca sekaligus memberikan informasi seputar taman bacaan tersebut.

“Dulu saya punya keyakinan bahwa masyarakat tidak akan sering baca buku karena ada internet. Namun, tetap saja nilai buku masih ada nilai keabsahan. Jadi, buku masih diperlukan untuk masyarakat”, ujar pensiunan desainer grafis itu.

TBM Rumah Baca Alfabet dijalankan keluarga Mukhsin. Bila sang anak bekerja, Mukhsin yang bertanggung jawab menunggui serta merapikan koleksi buku. Kebetulan Mukhsin tinggal di sebelah TBM itu.

Koleksi buku di TBM Rumah Baca Alfabet hanya bisa dipinjamkan kepada warga terdekat, yang didominasi anak-anak. Karena itulah, kebanyakan pengunjung cuma diperbolehkan membaca di tempat.

Selain membaca dan memin­jamkan buku secara gratis, TBM tersebut mengadakan kegiatan lain, seperti bimbing­an belajar bagi anak-anak sekitar dan seminar. (*/H-3)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Dedy P
Berita Lainnya