Headline
Pemerintah tegaskan KPK pakai aturan sendiri.
KASUS malaria masih ditemukan di wilayah kaki Gunung Egon, Kabupaten Sikka, Nusa Tenggara Timur. Hal ini karena adanya tempat yang menjadi sarang nyamuk hingga subur seperti Danau Koleheret di Desa Watudiran, Kecamatan Waigete. Nyamuk berkembang biak di danau tersebut dan menyebar ke desa-desa sekitarnya.
Sesuai data Dinas Kesehatan Sikka, sampai akhir 2018, dari delapan kasus malaria yang ditemukan berasal dari desa-desa di sekitar kaki gunung api setinggi 1.703 tersebut. Selain Watudiran, ada juga temuan kasus malaria di Desa Runut dan Pruda.
Kepala Dinas Kesehatan Sikka Maria Bernadina Sada Nenu mengatakan Koliheret menjadi sumber penyebaran nyamuk lantaran belum dilakukan penggalian got untuk mengalirkan air ke sungai atau tempat lain.
"Ada bak air di kampung mengalir terus tetapi tidak ada resapan dan air tergenang. Kemudian masyarakat gantung pakaian basah di dalam rumah," ujarnya di Maumere, ibu kota Kabupaten Sikka, Jumat (21/6).
Masyarakat di desa-desa itu sudah mengunakan kelambu, namun saat berada di luar kelambu tidak mengoleskan lotion antinyamuk di badan.
"Saat mereka menyentuh pakaian yang basah, nyamuk beterbangan," katanya.
Karena itu, Maria menegaskan penanganan yang dilakukan untuk memberantas malaria di desa-desa endemis malaria tinggi atau daerah merah dengan pembukaan danau atau laguna serta IRS (indoor residual spraying).
Kendati masih ada delapan desa endemis malaria tinggi di Sikka, daerah ini tercatat berhasil menurunkan kasus malaria secara cepat dalam kurun waktu enam tahun terakhir. Pada 2013 temuan kasus malaria sebanyak 112 orang, menurun drastis mencapai 22 kasus pada 2015 dan delapan kasus di 2018.
Kirim ASN ke Dusun
Sementara itu, Bupati Sikka Fransiskus Roberto Diogo mendukung langkah-langkah yang ditempuh dinas kesehatan setempat untuk mengeliminasi kasus malaria.
Pasalnya, saat ini Sikka tengah dipersiapkan memasuki tahap eliminasi dan pra-penilaian eliminasi pada 2020, sedangkan eliminasi malaria NTT dijadwalkan 2023 dan eliminasi malaria nasional pada 2030.
Dukungan bupati tersebut seperti menugaskan sekitar 1.500 aparatur sipil negara (ASN) ke seluruh dusun di daerah untuk mencatat seluruh persoalan yang sedang dihadapi masyarakat, mulai dari masalah kesehatan seperti kasus-kasus malaria, tempat perindukan nyamuk, masalah ekonomi hingga kemiskinan.
Setiap dusun di Sikka dihuni antara 100-200 keluarga, akan ditangani dua orang ASN yang melakukan pendampingan terhadap program pemerintah di dusun tersebut.
"ASN itu informannya bupati. Mereka harus tahu secara detail persoalan di dusun dan melaporkan kepada bupati termasuk masalah kesehatan," kata Fransiskus.
Baca juga: Tiga Kabupaten di NTT Bahas Pengendalian Malaria Lintas Batas
Menurutnya, ASN wajib mencatat dan memahami situasi di masyarakat, kemudian melaporkannya kepada bupati melalui aplikasi yang dibuat khusus untuk para ASN. Laporan-laporan dari lapangan langsung ditanggapi pemerintah daerah, seperti genangan air Danau Koleheret.
"ASN harus mampu mengetahui, melakukan identifikasi serta memahami situasi masyarakat di wilayah tersebut," tambahnya.
Menurut Dia, dusun akan menjadi tanggung jawab ASN hingga pensiun dari. Gerakan lain yang dilakukan pemerintah Kabupaten Sikka ialah melakukan kegiatan jumat bersih di delapan dusun yang masih ditemukan kasus malaria.
Kepala Bidang Pengendalian dan Pemberantasan Penyakit (P2P) Dinas Kesehatan NTT Theresia Sarlyn Ralo menyebut malaria berkaitan dengan stunting, dan saat ini Provinsi NTT tercatat memiliki penduduk stunting terbanyak di Indonesia.
"Penyebabnya asupan gizi kurang tetapi yang paling dominan adalah cacingan dan malaria. Kasus malaria di NTT nomor dua setelah Papua," ujarnya.(OL-5)
Obat malaria pertama yang diformulasikan khusus untuk bayi dan balita telah resmi disetujui untuk digunakan.
"Nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus menjadi vektor utama. Keberadaan dan penyebarannya yang meluas menjadikan arbovirus sebagai ancaman serius,”
Meskipun tantangan terbesar berada di kawasan Afrika, kawasan Asia Pasifik termasuk Indonesia tidak boleh lengah.
Presiden RI ke-6 itu juga menyoroti wilayah Papua yang masih menyumbang 93% dari beban malaria nasional, dan menekankan pentingnya komitmen lintas pemerintahan.
MALARIA menjadi tantangan kesehatan di Indonesia, terutama di wilayah endemis. Malaria berkembang dari gejala ringan menjadi kondisi yang sangat serius
Beberapa penyakit kuno seperti Rabies, Trakoma, Kusta, TBC, dan Malaria masih menjadi masalah kesehatan serius di Indonesia.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved