Headline
Presiden sebut negara butuh kepolisian tangguh, unggul, bersih, dan dicintai rakyat.
Presiden sebut negara butuh kepolisian tangguh, unggul, bersih, dan dicintai rakyat.
Puncak gunung-gunung di Jawa Tengah menyimpan kekayaan dan keindahan alam yang luar biasa.
KELOMPOK mahasiswa Islam eksklusif disinyalir menjadi salah satu pemicu berkembangnya gerakan radikalisme dan intoleransi di lingkungan kampus. Kelompok Islam eksklusif tersebut cenderung memiliki pemikiran bahwa pemahaman dan pengetahuan mereka tentang ajaran agama lebih baik dari kelompok lain.
"Mereka cenderung waspada kepada pihak lain dan sangat benci terhadap perbedaan termasuk sumber-sumber literatur keislaman yang berbeda dengan yang mereka yakini," ujar Direktur Riset Setara Institute, Halili, di Jakarta, Jumat (31/5).
Halili melanjutkan, kelompok mahasiswa Islam eksklusif kerap membawa narasi-narasi bahwa saat ini umat Islam sedang menderita dan tertindas dari bangsa maupun agama lain. Mereka berharap narasi tersebut mampu membawa pengaruh kepada orang lain untuk sama-sama melakukan permusuhan kepada orang yang tidak satu kelompok dengan mereka.
"Islam sedang dimusuhi dan dizalimi menjadi wacana-wacana utama yang disampaikan dalam kegiatan keagamaan kemahasiswaan di kampus," tuturnya.
Halili melanjutkan, berdasarkan penelitian Setara di 10 universitas negeri yang ada di Indonesia, ditemukan fakta bahwa saat ini wacana keagamaan di universitas negeri sebagian besar masih dikuasai oleh kelompok tarbiyah dan eks-Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) yang bertransformasi menjadi aktivis gerakan tarbiyah. Masing-masing kelompok Islam eksklusif di tiap universitas memiliki variasi dan perbedaan fokus mengenai wacana keagamaan.
"Kegiatannya bersifat eksklusif untuk mendukung dan memperjuangkan formalisme syariah Islam di kampus sehingga cenderung intoleran terhadap keyakinan lain," ujarnya.
Baca juga: Hari Tanpa Tembakau Sedunia, KPAI Ingin Harga Rokok Naik
Dampak intoleransi di lingkungan universitas yang diakibatkan oleh kaum Islam eksklusif bertambah besar di saat mereka mampu mempengaruhi maupun mendapatkan jabatan strategis di lingkungan kampus. Bentuk-bentuk intoleransi tersebut berupa peraturan berpakaian islami bagi mahasiswa perempuan hingga pelarangan segala bentuk kegiatan keagamaan selain agama Islam di lingkungan kampus.
"Di beberapa universitas, pembubaran HTI tidak menghapus ideologi mereka yang kontra Pancasila. Mereka menyusup dan simpulnya kini digunakan," paparnya.
Sementara itu, dalam kesempatan yang sama, Iif Fikriati Ihsani, peneliti Universitas Islam Negeri (UIN) Jakarta, menjelaskan narasi kontra terhadap nilai-nilai Pancasila kerap terjadi di komunitas serta area-area kecil sekitar kampus. Narasi kontra Pancasila sering dipaparkan di dalam musala-musala yang ada di sekitar kampus.
"Intoleransi di UIN berawal dari orang yang merasa paling islami, mereka membawa narasi-narasi mereka di rumah ibadah. Narasi tersebut namun hanya mampu berkembang di area kecil karena ketika masuk ke lingkungan yang lebih besar narasi kontra Pancasila mereka terpatahkan oleh narasi lain yang masih teguh dengan Pancasila," ujarnya.
Namun, Iif menambahkan, kendati mayoritas mahasiswa menerima ideologi Pancasila, sebagian besar dari mereka tidak percaya terhadap pemerintah. Mereka cenderung melakukan delegitimasi terhadap Pancasila.
"Mereka menolak pemerintahan sekarang. Muncul pandangan bahwa pemerintah yang baik adalah pemerintah yang menerapkan ajaran islamiah. Cikal bakal kontra Pancasila bisa berawal dari sini," tuturnya. (OL-1)
INSTITUSI pendidikan harus terus mendukung untuk tercapainya Sustainable Development Goals (SDGs) dengan berkomitmen pada pembangunan berkelanjutan berbasis pada aksi nyata.
Setelah melewati babak penjurian yang sengit, keempat tim tersebut berhak mendapatkan pendanaan untuk menjalankan program pengabdian berdasarkan proposal mereka.
Di era transformasi digital yang menuntut adaptasi cepat dalam dunia pendidikan, kehadiran sistem pembelajaran yang fleksibel dan dapat diakses dari mana saja menjadi kebutuhan mendesak.
INDONESIA mencatat lonjakan peringkat perguruan tinggi dalam QS World University Ranking sebesar 46 persen tahun ini.
Dari total 17,9 juta penyandang disabilitas hanya 2,8%-nya yang mampu menyelesaikan pendidikan hingga perguruan tinggi.
PT Bank Negara Indonesia (BNI) terus mempertegas komitmennya dalam mendukung transformasi digital di sektor pendidikan.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved