Headline

Presiden sebut negara butuh kepolisian tangguh, unggul, bersih, dan dicintai rakyat.

Fokus

Puncak gunung-gunung di Jawa Tengah menyimpan kekayaan dan keindahan alam yang luar biasa.

Kelompok Islam Eksklusif Picu Radikalisme di Lingkungan Kampus

Putra Ananda
31/5/2019 19:25
Kelompok Islam Eksklusif Picu Radikalisme di Lingkungan Kampus
Ilustrasi(Ist)

KELOMPOK mahasiswa Islam eksklusif disinyalir menjadi salah satu pemicu berkembangnya gerakan radikalisme dan intoleransi di lingkungan kampus. Kelompok Islam eksklusif tersebut cenderung memiliki pemikiran bahwa pemahaman dan pengetahuan mereka tentang ajaran agama lebih baik dari kelompok lain.

"Mereka cenderung waspada kepada pihak lain dan sangat benci terhadap perbedaan termasuk sumber-sumber literatur keislaman yang berbeda dengan yang mereka yakini," ujar Direktur Riset Setara Institute, Halili, di Jakarta, Jumat (31/5).

Halili melanjutkan, kelompok mahasiswa Islam eksklusif kerap membawa narasi-narasi bahwa saat ini umat Islam sedang menderita dan tertindas dari bangsa maupun agama lain. Mereka berharap narasi tersebut mampu membawa pengaruh kepada orang lain untuk sama-sama melakukan permusuhan kepada orang yang tidak satu kelompok dengan mereka.

"Islam sedang dimusuhi dan dizalimi menjadi wacana-wacana utama yang disampaikan dalam kegiatan keagamaan kemahasiswaan di kampus," tuturnya.

Halili melanjutkan, berdasarkan penelitian Setara di 10 universitas negeri yang ada di Indonesia, ditemukan fakta bahwa saat ini wacana keagamaan di universitas negeri sebagian besar masih dikuasai oleh kelompok tarbiyah dan eks-Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) yang bertransformasi menjadi aktivis gerakan tarbiyah. Masing-masing kelompok Islam eksklusif di tiap universitas memiliki variasi dan perbedaan fokus mengenai wacana keagamaan.

"Kegiatannya bersifat eksklusif untuk mendukung dan memperjuangkan formalisme syariah Islam di kampus sehingga cenderung intoleran terhadap keyakinan lain," ujarnya.


Baca juga: Hari Tanpa Tembakau Sedunia, KPAI Ingin Harga Rokok Naik


Dampak intoleransi di lingkungan universitas yang diakibatkan oleh kaum Islam eksklusif bertambah besar di saat mereka mampu mempengaruhi maupun mendapatkan jabatan strategis di lingkungan kampus. Bentuk-bentuk intoleransi tersebut berupa peraturan berpakaian islami bagi mahasiswa perempuan hingga pelarangan segala bentuk kegiatan keagamaan selain agama Islam di lingkungan kampus.

"Di beberapa universitas, pembubaran HTI tidak menghapus ideologi mereka yang kontra Pancasila. Mereka menyusup dan simpulnya kini digunakan," paparnya.

Sementara itu, dalam kesempatan yang sama, Iif Fikriati Ihsani, peneliti Universitas Islam Negeri (UIN) Jakarta, menjelaskan narasi kontra terhadap nilai-nilai Pancasila kerap terjadi di komunitas serta area-area kecil sekitar kampus. Narasi kontra Pancasila sering dipaparkan di dalam musala-musala yang ada di sekitar kampus.

"Intoleransi di UIN berawal dari orang yang merasa paling islami, mereka membawa narasi-narasi mereka di rumah ibadah. Narasi tersebut namun hanya mampu berkembang di area kecil karena ketika masuk ke lingkungan yang lebih besar narasi kontra Pancasila mereka terpatahkan oleh narasi lain yang masih teguh dengan Pancasila," ujarnya.

Namun, Iif menambahkan, kendati mayoritas mahasiswa menerima ideologi Pancasila, sebagian besar dari mereka tidak percaya terhadap pemerintah. Mereka cenderung melakukan delegitimasi terhadap Pancasila.

"Mereka menolak pemerintahan sekarang. Muncul pandangan bahwa pemerintah yang baik adalah pemerintah yang menerapkan ajaran islamiah. Cikal bakal kontra Pancasila bisa berawal dari sini," tuturnya. (OL-1)

 



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya
Opini
Kolom Pakar
BenihBaik