Headline

Koruptor mestinya dihukum seberat-beratnya.

Fokus

Transisi lingkungan, transisi perilaku, dan transisi teknologi memudahkan orang berperilaku yang berisiko.

Devisa Pariwisata Diproyeksikan Tembus 18 Miliar Dollar AS

Dhika Kusuma Winata
14/5/2019 21:29
Devisa Pariwisata Diproyeksikan Tembus 18 Miliar Dollar AS
menteri Pariwisata Arief Yahya(AFP/Goh Chai Hin)

MENTERI Pariwisata Arief Yahya memproyeksikan devisa pariwisata Indonesia tahun ini akan menembus kisaran 17,6 miliar-18 miliar dollar Amerika Serikat (AS).

Angka itu bakal jauh melampaui devisa dari minyak sawit mentah (CPO) yang selama ini menjadi penghasil devisa terbesar.

"Kalau dahulu di era 1980-an ketika migas berjaya, kita menyebut dua sumber terbesar devisa yaitu migas dan nonmigas, sekarang kita ubah sumber devisa dari pariwisata," kata Menpar Arief, di Jakarta, Selasa (14/5).

Tahun lalu, devisa dari sektor pariwisata menyentuh 16,1 miliardollar AS dari kunjungan sebanyak 16,4 juta wisatawan mancanegara. Posisi pariwisata tahun lalu sudah menyamai CPO. Adapun devisa dari batubara stabil berada di bawah CPO dan pariwisata.

Untuk capaian kunjungan wisman, hingga akhir 2019 ini diproyeksikan sebanyak 18 juta wisman.

Baca juga : Dorong Kemajuan Pariwisata Daerah, Trisakti Tourism Award Digelar

Arief mengakui proyeksi 18 juta wisman tersebut masih di bawah target yang ditetapkan sebesar 20 juta. Namun, ia menyatakan performa pariwisata telah menunjukkan pertumbuhan pesat selama lima tahun terakhir. Rata-rata pertumbuhannya di atas 20% per tahun.

"Pada 2015, kunjungan wisman ketika itu sebesar 9 juta, kemudian dalam perjalanan lima tahun melonjak hingga 18 juta atau tumbuh dua kali lipat," ucapnya.

Ia menjelaskan, Kemenpar bersama stakeholder pariwisata tetap mengejar realisasi target kunjungan wisman dengan empat program realistis yakni border tourism, hot deal, tourism hub, dan Low Cost Carrier Terminal (LCCT).

Dari program border tourism diproyeksikan akan meraup 3,4 juta wisman. Sementara untuk program hot deal atau diskon besar-besaran saat low seasons, diharapkan menarik 2 juta-2,5 juta wisman. Adapun program tourism hub dilakukan melalui Singapura dan Kuala Lumpur, Malaysia.

"Program yang menentukan dalam mencapai target wisman tahun ini adalah penerapan LCCT karena 55% wisman menggunakan Full Service Carrier (FSC) sisanya menggunakan LCC. Namun, pertumbuhan LCC lebih tinggi dari FSC yakni 21%," ungkapnya.

"Untuk mendorong kunjungan wisman LCC kita harus memiliki terminal LCC dan program mulai terwujud. Per 1 Mei 2019, Terminal 2F Bandara Soekarno-Hatta resmi menjadi LCCT, jadi kita harapkan akan terjadi lonjakan 1 juta wisman," tukas Arief. (OL-8)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Ghani Nurcahyadi
Berita Lainnya