Headline

. AS kembali memundurkan waktu pemberlakuan tarif resiprokal menjadi 1 Agustus.

Fokus

Penurunan permukaan tanah di Jakarta terus menjadi ancaman serius.

Tukang Sampah Bawah Laut

Gas/M-4
27/4/2019 00:15
Tukang Sampah Bawah Laut
SWIETENIA PUSPA LESTARI(MI/SUMARYANTO BRONTO)

INDONESIA merupakan salah satu negara kepulauan terbesar di dunia dengan wilayah lautan yang amat luas. Namun sayang, luasnya lautan di Indonesia sering kali tidak diimbangi dengan luasnya kepedulian masyarakat mengenai keberadaan sampah di dalamnya. Prihatin akan persoalan itulah, penyelam, Swietenia Puspa Lestari kemudian membentuk sebuah gerakan prolingkungan, Divers Clean Action (DCA).

DCA memiliki berbagai macam kegiatan yang fokus dengan kebersihan laut. Mereka membersihkan pantai dan pulau-pulau yang dewasa ini menjadi tujuan wisata alam di Indonesia, dari berbagai macam acaman limbah dan sampah yang mencemari lautan. DCA berdiri berkat kebiasaan perempuan berusia 24 tahun itu, yang rutin mengambil sampah di lautan, khususnya saat menyelam. Sarjana Teknik Lingkungan ITB itu kemudian semakin aktif memerangi sampah plastik di laut karena sadar akan dampak atau bahaya yang akan diterima jika ia kukuh pada sikap abainya.

Tenia merasa perlu harus 'menolong' lautan agar terbebas dari sampah. Biasanya, ia dan kawan-kawan DCA akan membersihkan sampah di laut, mulai kedalaman 5 meter hingga 16 meter. Gerakan DCA bahkan berkembang secara masif dan pesat hingga sampai saat ini. Paling tidak ada seribu dua puluh empat orang yang tergabung dalam gerakan tersebut, dan berasal dari berbagai penjuru di Indonesia.

Menurut Tenia, salah satu kawasan yang paling dekat dengan Jakarta sekaligus kondisi bawah lautnya sangat kotor saat ini ialah Kepulauan Seribu. Kawasan tersebut berada di tengah 13 sungai yang mengirim pasokan sampah dari sejumlah kota besar, dan beberapa pulau lainnya. Hal ini cukup memprihatinkan bila tidak diperhatikan karena sebagaimana dikatakan Tenia, yang juga belajar soal konservasi di beberapa negara, pada 2025 diperkirakan jumlah ikan di laut secara global lebih sedikit ketimbang jumlah sampahnya.

Oleh karena itu pula, Tenia kemudian menginisiasi #NOSTRAWMOVEMENT, yaitu sebuah gerakan yang digagas bersama restoran cepat saji KFC. Hal tersebut ditempuh Tenia karena sadar gerakannya tidak akan memiliki dampak besar jika hanya menggandeng masyarakat, tetapi tidak menggandeng perusahaan besar yang banyak menghasilkan sampah sedotan.

"Kalau misalnya restoran sebesar KFC yang ada di 34 provinsi bisa berubah harusnya restoran lain juga bisa nih ngikutin. Jadi waktu itu kita terus presentasi ke mereka, pas masih kuliah, kita ngomong, Pak ini data sampah sedotan di Indonesia seperti ini. Sampah bapak juga ada lo di Kepulauan Seribu dan daerah lainnya. Nah, setelah itu kita buat edukasi, buat percobaan di 10 restoran, kemudian se-Jabodetabek, hingga akhirnya se-Indonesia, dan dalam waktu satu tahun dari 2017 pengurangan sedotan dari sumbernya atau dari restoran tersebut mencapai 91%," tuturnya.

Meski demikian, Tenia juga menjelaskan bahwa upaya pengurangan sedotan plastik yang ditempuh KFC dewasa ini tidak selalu berjalan dengan lancar. Pihak pengelola restoran cepat saji tersebut justru sering mendapat komplain dari pelanggan karena tidak menyediakan sedotan.

"Awalnya memang seperti itu, tapi akhirnya kita kuatin lagi edukasinya. Kita gunakan video di televisi-televisinya, terus ada banner juga. Kita beri training juga ke kasir, dan pelayannya supaya bisa menjelaskan kepada pelanggan bahwa sampah sedotan plastik itu tidak bisa didaur ulang," imbuh Tenia.

Usaha merasa sukses dengan program pengurangan sampah sedotan plastik, Tenia dewasa ini juga ingin berhasil membuat berbagai macam program untuk mengurangi sampah plastik lainnya. Tidak hanya menggandeng KFC, tetapi ia juga berniat untuk menggandeng restoran cepat saji lainnya agar semakin masif gerakannya. (Gas/M-4)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya
Opini
Kolom Pakar
BenihBaik