Headline

Pengibaran bendera One Piece sebagai bagian dari kreativitas.

Diaspora Indonesia Apresiasi Negara melalui Kemenristekdikti

Syarief Oebaidillah
27/3/2019 21:20
Diaspora Indonesia Apresiasi Negara melalui Kemenristekdikti
Peluncuran buku(Medcom.id/Intan Yunelia.)

PEMERINTAH melalui Direktorat Jenderal Sumber Daya Iptek dan Dikti (SDID) Kementerian Riset, Teknologi, Riset, dan Pendidikan Tinggi dinilai hadir mewakili negara dengan berbagai kegiatan yang memberi wadah dan aktivitas bagi para ilmuwan diaspora Indonesia dari berbagai belahan negara yang tersebar di dunia.

"Saya apresiasi atas nama diaspora Indonesia menilai bahwa negara hadir melalui kegiatan Kemenristek Dikti dengan memberikan kesempatan berbuat sesuatu bagi Repubik ini.

Dengan berbagai kegiatan seperti menerbitkan buku dari para diaspora Indonesia," kata Ketua Ikatan Ilmuwan Indonesia Internasional, Prof Dr Deden Rukmana, pada peluncuran buku 'Kontribusi Ilmuwan Diaspora dalam Pengembangan Sumber Daya Iptek dan Pendidikan Tinggi di Indonesia', di Jakarta, Selasa (26/3). 

Turut hadir Sekretaris Ditjen SDID Kemenristekdikti, Prof Dr John Henri, Ketua Akademi Ilmuwan Muda Indonesia (AIMI), Alan F Koropitan, dan Ketua Pusat Studi Universitas Katolik Parahiyangan, Elizabeth Dewi.

Para penulis buku diaspora ini merupakan ilmuwan diaspora Indonesia yang sebelumnya terdaftar sebagai peserta Visiting World Class Professor (WCP) 2016 dan Simposium Cendekia Kelas Dunia (SCKD) 2017. 

Sebuah program yang diinisiasi Ditjen SDID bekerja sama dengan Ikatan Ilmuwan Indonesia Internasional (I4) dan AIMI, sebagai wadah pertemuan antara ilmuwan diaspora dengan ilmuwan dalam negeri untuk berkolaborasi, menghasilkan inovasi bermutu yang tidak hanya berguna bagi bangsa sendiri, juga dunia.

Diaspora Indonesia yang kini menjadi Ketua Jurusan/Departemen of Community and Regional Planning di Alabama University, Amerika, ini, mengutarakan, buku yang dibuat hanya bersifat simbolis sebagai bagian kontribusi pemikiran. 

Menurutnya, masih banyak diluar buku ini yang dapat disumbangkan ilmuwan diaspora. 

"Sebagai bagian komponen bangsa kami melihat potensi Indonesia amat besa guna terjadi peningkatantransfer ilmu dan teknologi. Lagipula banyak diaspora Indonesia yang hebat di luar negeri yang mempunyai integritas," cetusnya.

Deden, yang juga Guru Besar dari Institut Teknologi Bandung ini, mengingatkan, untuk memajukan Indonesia mesti bergerak dan berada di pusat/tengah (core), jangan di pinggiran.

Hemat dia, para diaspora dapat menjadi jembatan Indonesia menuju ke tengah dan menjadi negara maju. Ia mencontohkan Korea yang kini maju dengan Samsung dan mobil Hyundai pada 10 tahun lalu belum semaju sekarang. 

"Korea kini maju karena peran para diasporanya, sekarang Vietnam juga menggeliat, Jepang dan Cina apalagi sudah maju cukup lama," cetusnya.

Senada, Elizabeth, dari Universitas Katolik Parahiyangan Bandung, mengutarakan, salah satu contoh terbaik kontribusi diaspora bagi kemajuan negara adalah India.

"Belajar praktik baik diaspora kita bisa mengacu ke India. 

Ada 15 juta diaspora mereka tersebar di dunia dan kini menghasilkan para CEO terkemuka dunia seperti CEO Google, Mircrosoft dan Amazon," ungkap diaspora dari Australia ini. 

 

Baca juga: Catatan Perjuangan Kaum Hawa 20 Tahun Terakhir

 

Selain itu, kata dia, sistem kurikulum India berkiblat ke Inggris yang berdampak kemajuan dalam bahasa serta masyarakatnya berinvestasi pada pendidikan karena mereka berani kuliah ke luar negeri dengan biaya sendiri. 

"Masyarakat India memilik kemampuan beradaptasi dan etos kerja yang tinggi," jelasnya. 

Dia menambahkan, perjalanan panjang India menjadi negara maju melalui tiga fase dengan cara pertama mereka keluar dari India menjadi buruh dan budak, kedua, menjadi pekerja migran,dan ketiga kini mereka tampil sebagai pengusaha.

Elizabeth menambahkan, guna menumbuhkan kepercayaan dan terjadi link and match dalam pembangunan, peranan Pusat Studi Universitas mesti dilibatkan. 

Karena Pusat Studi Universitas melaksanakan Tri Dharma Perguruan Tinggi dan menyasar akar rumput.

Co-editor buku yang juga narasumber diskusi, Alan F Koropitan, mengutarakan, apa yang ditulis para diaspora dalam buku ini membuatnya tertegun.

Kabar mengenai besarnya potensi sumber daya yang dimiliki Indonesia memang sering ia dengar. Namun, pengetahuan mendalam tentang potensi tersebut baru ia dapatkan setelah membaca buku ini. 

"Saya jadi optimistis akan Indonesia di masa depan," ungkapnya.

Dia melanjutkan, buku ini telah mematahkan ungkapan brain drain yang selama ini sering disematkan kepada diaspora. Para diaspora Indonesia, khususnya yang ada di buku ini lebih tepat disebut sebagai brain circulation: fisik di luar, tetapi pikiran dan hati ada di dalam. 

Sementara Sekretaris Dirjen SDID, Prof John Hendri, mengatakan, sejak hubungan pemerintah dengan diaspora terbentuk melalui program WCP dan SCKD, ada banyak peran dan impak yang telah didapatkan pemerintah dari kerja para ilmuwan diaspora selama ini.

Salah satunya ialah peningkatan publikasi ilmiah Indonesia di jurnal internasional yang cukup signifikan.

"Keberadaan diaspora juga sangat membantu, terutama bagi masyarakat yang ingin menuntut ilmu di luar negeri," pungkasnya. (OL-1)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Dedy P
Berita Lainnya