Headline
Sedikitnya 30% penggilingan gabah di Jawa Tengah menutup operasional.
Sedikitnya 30% penggilingan gabah di Jawa Tengah menutup operasional.
KEMENTERIAN Lingkung-an Hidup dan Kehutanan (KLHK) menyangkal laporan organisasi lingkungan hidup internasional Greenpeace yang menyebut kualitas udara Jakarta terburuk se-Asia Tenggara. Selain kualitas udara, KLHK juga menepis laporan Greenpeace yang mengaitkan tingginya tingkat debu partikel PM 2.5, lantaran industri dan pembangkit listrik batu bara di sekitar Jakarta. PM2.5 adalah partikel debu sangat kecil yang dihasilkan dari proses pembakaran.
"Dalam setahun memang 50% kualitas udara Jakarta tidak baik. Tapi sisanya berada dalam kondisi baik dan sedang," ujar Dirjen Pengen-dalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan KLHK MR Karliansyah di Jakarta, kemarin. Berdasarkan data KLHK, sepanjang tahun kemarin, tercatat 34 hari Ibu Kota mengalami kualitas udara dengan kategori baik.
Selama 122 hari kualitas udara dalam kondisi sedang dan 196 hari udara berada dalam kategori tidak sehat. "Pencemarannya lebih banyak atau 70% karena sumber bergerak, yakni transportasi. Di Cilegon ada PLTU, tapi debunya tidak ke Jakarta karena arah anginnya berbeda," cetusnya lagi. Hasil pemantauan KLHK, rata-rata tahunan PM 2.5 di Jakarta pada 2018 tercatat sebesar 34,57 mikrogram/meter kubik. Angka itu, lanjut Karliansyah, memang melampaui standar baku mutu nasional yakni 15 mikrogram/meter kubik.
Baca Juga: Pemerintah Perkuat Perlindungan WNI
Jika merujuk standar WHO yang sebesar 10 mikrogram/meter kubik, kondisinya bahkan tiga kali lipat lebih tinggi. "Tapi, mungkin di Asia Tenggara angka itu bukan yang paling buruk," tukasnya, Untuk menangani pencemaran udara dari transportasi, KLHK mendorong sinergi lintas sektor. Pemda diminta untuk memperbanyak hutan dan taman kota. Standar emisi kendaraan euro 4 yang minim emisi juga telah ditetapkan. "Mengatasi pencemaran udara butuh inovasi daerah." (Dhk/H-3)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved