Headline
Ketegangan antara bupati dan rakyat jangan berlarut-larut.
Ketegangan antara bupati dan rakyat jangan berlarut-larut.
Gangguan pendengaran pada anak perlu dideteksi dan ditangani dengan segera sebab gangguan pendengaran akan menghambat perkembangan kognitif anak, termasuk kemampuan bicaranya.
TIDUR lelap dengan waktu yang cukup memang sangat penting untuk tumbuh kembang bayi. Maka dari itu, berbahagialah Fatma Rizky ketika mendapati bayinya selalu tidur lelap di hampir setiap sesi tidurnya.
Namun, kebahagiaan itu lama-lama berubah menjadi kecurigaan ditambah rasa waswas sebab, menurutnya, anak pertamanya itu terlalu tenang saat tidur. Dia hanya terbangun ketika durasi tidurnya sudah cukup lama.
Kekhawatirannya semakin memuncak ketika suatu kali, saat bayinya yang berusia tujuh bulan tengah tertidur, tak sengaja dia menjatuhkan mangkuk di dekat tempat tidur anaknya. Bunyi nyaring yang cukup keras seketika muncul karena mangkuk itu terbuat dari bahan stainless steel. Anehnya, si bayi tetap saja lelap.
"Saat itu saya makin curiga ada yang enggak beres dengan Rifky (nama sang bayi). Dari sebelumnya saya juga sudah curiga karena dia kurang respons sama bunyi-bunyian. Waktu itu saya pikir itu karena dia masih bayi. Tapi setelah kejadian mangkuk jatuh itu, saya dan keluarga akhirnya kami membawanya periksa ke dokter," tutur Fatma saat ditemui di Jakarta, pekan lalu.
Setelah melewati sejumlah pemeriksaan, dipastikan Rifky mengalami gangguan pendengaran skala berat. Diagnosis itu tentu membuat hati Fatma serasa remuk redam. "Waktu itu kayaknya semua perasaan buruk muncul semua. Sedih, cemas, marah, menyesal, semua campur aduk. Tapi saya enggak mau berlarut-larut karena ada jalan keluar meski tidak mudah. Rencananya, Rifky akan menjalani operasi pemasangan implan koklea. Semoga semua berjalan baik," harapnya.
Gangguan pendengaran pada anak, seperti yang dialami Rifky, memang perlu segera ditangani sebab jika dibiarkan, anak akan mengalami gangguan perkembangan, antara lain, anak tidak akan dapat bicara sebab anak yang tidak dapat mendengar kata-kata dari orang-orang di sekitarnya, otomatis terhalang untuk belajar berbicara.
Menurut dokter spesialis telinga, hidung, dan tenggorok konsultan bedah kepala dan leher dari RS Pondok Indah-Bintaro Jaya, dr Hably Warganegara SpTHT-KL, gangguan pendengaran pada anak ada beberapa jenis. Hal itu antara lain, tuli kongenital (bawaan dari lahir). Untuk kasus tuli kongenital, gangguan terjadi pada telinga bagian dalam, tempat saraf-saraf pendengaran berada.
Menurut Hably, salah satu hal yang penting dalam penanganan gangguan pendengaran kongenital ialah deteksi dan penanganan dini agar perkembangan kognitif anak tidak terganggu. Karena itulah, bayi baru lahir perlu menjalani screening pendengaran. Pemasangan implan koklea menjadi salah satu cara mengatasi gangguan itu.
Pakai ear plug
Jenis gangguan pendengaran lain yang dapat terjadi pada anak ialah yang disebabkan kebisingan. Hably menjelaskan, pajanan suara bising atau keras dalam jangka lama akan merusak reseptor pendengaran di organ telinga bagian dalam.
Hably mengisahkan pengalaman salah satu pasien remaja perempuan yang mengalami gangguan pendengaran. Awalnya, si remaja itu memakai earphone untuk mendengarkan hiburan dari media digital dalam penerbangan dari Bangkok ke Jakarta lanjut ke Amerika. Saat tiba kembali di Jakarta, dia mengalami gangguan pendengaran. Hasil pemeriksaan menunjukkan ia tuli saraf 110 dB. Artinya, tidak dapat mendengar bunyi yang intensitasnya di bawah 110 dB. Padahal, telinga normal mampu mendengar suara berintensitas 0-26 dB.
"Sudah diterapi, tapi tidak bisa kembali normal. Pemulihan hanya bisa sampai 55 dB atau tuli derajat sedang-berat. Karenanya, harus memakai alat bantu dengar," terang Hably pada diskusi jelang Hari Pendengaran Sedunia yang digelar RS Pondok Indah Group di Jakarta, beberapa waktu lalu.
Baca Juga : Penyandang Diabetes Berisiko Tuli
Kebisingan, lanjut Hably, memang harus dibatasi dan dihindari. Jika tidak memungkinkan, misal, karena tuntutan pekerjaan, ia menyarankan penggunaan penyumbat telinga (ear plug). "Saya suka prihatin sama ibu-ibu yang membawa balitanya ke pusat permainan di mal-mal yang sangat bising. Idealnya dibatasi, maksimal maksimal 30 menit," imbuhnya.
Ia mengingatkan, semakin sering seseorang terpapar suara bising, makin cepat kerusakan organ pendengaran terjadi. Gangguan pendengaran yang normalnya baru terjadi di usia senja pun bisa datang lebih cepat.
Jenis gangguan pendengaran berikutnya ialah yang disebabkan infeksi akut telinga tengah oleh bakteri atau virus (otitis media akut/OMA). Anak yang sering pilek lebih berisiko terkena OMA. OMA harus diobati segera agar tidak berkembang menjadi infeksi kronis yang akan merusak gendang telinga.
"Infeksi kronis itu bisa menyebabkan lubang di gendang telinga hingga menyebabkan ketulian permanen," kata Hably. (H-1)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved