Headline

Setnov telah mendapat remisi 28 bulan 15 hari.

Rawat Bahasa Ibu dari Ruang Keluarga

MI
22/2/2019 10:10
Rawat Bahasa Ibu dari Ruang Keluarga
(DOK BCA )

Keluarga ialah media efektif dalam menjaga warisan bahasa daerah tetap lestari. Hal itu dilakukan melalui komunikasi aktif yang dilakukan orangtua kepada anaknya sejak dini.

"Jangan sampai anak-anak belajar bahasa daerah ketika di sekolah. Itu termasuk sudah terlambat," cetus Kepala Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Dadang Sunendar, dalam Seminar Bahasa Ibu 2018 bertema Menjaga bahasa daerah, merawat kebinekaan di Jakarta, kemarin.

Seminar itu bertepatan dengan peringatan Hari Bahasa Ibu Internasional atau International Mother Language Day yang jatuh pada 21 Februari.

Indonesia memiliki lebih dari 700 bahasa daerah dari 1.300 suku bangsa. Dengan khazanah bahasa daerah yang sangat melimpah, Organisasi Pendidikan, Keilmuan, dan Kebudayaan (UNESCO) Perserikatan Bangsa-Bangsa menetapkan Indonesia sebagai negara kedua dengan bahasa daerah terbanyak.

Dari seribuan bahasa da-erah, sebanyak 668 bahasa daerah dari 2.468 daerah pengamatan yang baru ter-identifikasi.

Namun, baru 74 bahasa yang telah diketahui daya hidupnya (vitalisasi), yang terbagi menjadi enam kategori, yaitu aman, stabil (tetapi terancam punah), mengalami kemunduran, terancam punah, kritis, dan punah. (Lihat grafik)

Ada empat bahasa daerah saat ini berkategori kritis, yakni Reta, Saponi, Ibo, dan Meher. "Kategori ini berdasarkan penutur dengan umur lebih dari 40 tahun jumlahnya sedikit," ujar Dadang.

Pemetaan bahasa daerah telah dilakukan sejak 1990 hingga 2018. Identifikasi ter-kendala dengan lamanya waktu pemetaan lokasi yang sulit ditempuh, kehidupan nomaden, dan sedikitnya SDM.

Kepala Bidang Pelindung-an Pusat Pengembangan dan Pelindungan Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kemendikbud, Ganjar Harimansyah, menambahkan, revitalisasi bahasa yang terancam punah dapat diajarkan melalui komunitas dan konservasi setiap kosakata.

"Untuk bahasa yang sudah punah, akan dibuatkan dokumentasi dan dikumpulkan setiap kosakatanya," jelasnya.

Sastrawan Saut Poltak Tambunan mengatakan banyak faktor yang menghambat pelestarian bahasa daerah, di antaranya urbanisasi, perni-kahan antaretnik, akulturasi, dan teknologi yang serba-bahasa asing.(*/H-3)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : PKL
Berita Lainnya