Headline

Pengacara Tannos menggunakan segala cara demi menolak ekstradisi ke Indonesia.

Fokus

Sekitar 10,8 juta ton atau hampir 20% dari total sampah nasional merupakan plastik.

Campak dan Rubella Masuk Program Imunisasi Dasar

Indriyani Astuti
07/1/2019 13:07
Campak dan Rubella Masuk Program Imunisasi Dasar
(Penyakit Campak -- Ilustrasi)

KEMENTERIAN Kesehatan menghentikan program kampanye imunisasi campak dan rubella, lalu memasukannya dalam program imunisasi dasar lengkap. Hal ini dilakukan karena hingga Senin (7/1), rata-rata cakupan imunisasi measles/campak dan rubella di seluruh Indonesia baru mencapai 87,33%. Kemenkes pun menargetkan cakupan imunisasi MR bisa mencapai 95% untuk seluruh Indonesia di akhir 2019.

Direktur Jenderal Pencegahan dan Penangulangan Penyakit (P2P) Kementerian Kesehatan Anung Sugihantono merinci cakupan kampanye imunisasi MR di luar Pulau Jawa menyentuh angka 72,90% atau dari target 30 juta anak, 23 juta anak sudah diberikan imunisasi MR.

Anung mengakui cakupan kampanye imunisasi campak dan rubella di luar Pulau Jawa tidak sebaik di Pulau Jawa pada 2017 yang mencapai lebih dari 100%.

"Ada 256 kabupaten/kota cakupannya melebihi 95% dan 71 kabupaten/kota cakupannya tidak sampai 50% seperti kita ketahui salah satunya, Aceh," ujar Anung di Kantor Kementerian Kesehatan RI, Jakarta, Senin (7/1).

Dengan cakupan yang masih belum capai 95% di sejumlah daerah, Anung mendapat rekomendasi dari Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), Komnas Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI), dan Indonesian Techical Advisory Group on Immunization (ITAGI), hingga diputuskan kampanye dihentikan namun imunisasi tetap dilanjutkan sebagai bagian dari imunisasi dasar melalui program imunisasi rutin.

Tujuannya untuk memberikan upaya perlindungan pada anak-anak agar tidak terkena penyakit yang bisa dicegah dengan imunisasi (PD3I) di antaranya campak dan rubella. Terkait penyebutan namanya pun menjadi campak dan rubella

"Kami akan menyebutkan imunisasi campak dan rubella karena measles ialah campak," tutur Anung.

Baca Juga: Target Meleset, Imunisasi MR Dievaluasi

Sebanyak 71 daerah yang cakupannya masih kurang dari 50% pun berisiko menjadi kantong-kantong penularan. Anung menerangkan kerentanan penularan dipengaruhi oleh mobilisasi, kekebalan individu dan kekebalan komunitas. Oleh karena itu, surveilans atau penguatan dilakukan karena dampak dari penularan virus campak dan rubella pada ibu hamil dapat menyebabkan cacat bawaan pada bayi yang dilahirkan.

"Surveilans dilakukan dengan melanjutkan imunisasi hingga cakupannya tinggi, pelaporan atau surveilans aktif dan pasif di rumah sakit artinya kalau ada kasus campak dan rubella maka harus dilaporkan," ucapnya.

Dalam pemantauan tiga tahun terakhir, Kementerian Kesehatan menginformasikan ada satu provinsi berisiko rendah kejadian measles dan rubella, yakni Jawa Tengah, kemudian sembilan provinsi berisiko sedang, dan 24 provinsi masuk kategori risiko tinggi.

Karena itu, Kemenkes akan melaporkan hasil evaluasi kampanye MR pada Kementerian Dalam Negeri, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, dan pihak lain supaya imunisasi campak dan rubella dapat dilanjutkan dengan lancar tanpa penolakan.

Menurut data kampanyemr.info milik Kemenkes, dari total 31.963.154 anak yang tersebar di 28 provinsi di luar Jawa, baru 23.303.369 yang terjangkau imunisasi MR. Artinya, cakupan imunisasi baru mencapai 72,91%.

Terdapat tiga provinsi dengan jangkauan imunisasinya paling rendah (di bawah 50%), yakni Riau dengan jumlah 884.021 anak (45,2%), Sumatra Barat 628.288 anak (41,47%), dan terendah Daerah Istimewa Aceh yang hanya menjangkau 179.734 anak (11,62%).(OL-5)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya