Headline
Sebagian besar pemandu di Gunung Rinjadi belum besertifikat.
Sebagian besar pemandu di Gunung Rinjadi belum besertifikat.
BADAN Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menyebut 2018 sebagai 'tahunnya bencana'. Peristiwa bencana besar yang terjadi sepanjang tahun 2018 merenggut lebih banyak korban dibandingkan sebelumnya. Pada 2019 ini, bencana pun diprediksi masih akan mengintai.
"Prediksi bencana selama 2019 lebih dari 2.500 kejadian bencana di seluruh wilayah Indonesia," kata Kepala Pusat Data, Informasi, dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho menjawab Media Indonesia, Selasa (1/1).
Baca juga: Kerugian Bencana Kebakaran di Kalsel Rp60 Miliar
Prediksi itu, sambung Sutopo, dikeluarkan berdasarkan tren kejadian bencana yang tiap tahunnya rata-rata terjadi di kisaran 2.500 peristiwa. Sebagai gambaran, pada 2017 terjadi 2.862 kejadian bencana. Adapun pada 2018 sebanyak 2.564 bencana melanda.
Meski dari segi jumlah peristiwa menurun, dari segi korban justru jauh berlipat ganda. Bencana sepanjang 2018 menyebabkan 3.349 orang meninggal, 1.432 orang hilang, 21.064 orang luka-luka, dan 10,2 juta orang mengungsi. Sepanjang 2017 peristiwa bencana 'hanya' menyebabkan 309 meninggal, 69 orang hilang, 1.200 luka-luka, dan 3,6 juta warga mengungsi.
"Jumlah kejadian bencana turun 10,32% tapi korban meninggal dunia naik 984% karena bencana besar. Gempa di Lombok, tsunami dan likuefaksi di Sulawesi Tengah, serta tsunami Selat Sunda menyebabkan kenaikan dampak korban bencana," ungkap Sutopo.
Dari 2.564 bencana yang terjadi sepanjang tahun lalu, 96,8% merupakan bencana hidrometeorologi seperti banjir, longsor, dan puting beliung. Bencana hidrometeorologi, diprediksi masih akan mendominasi pada 2019. Menurutnya, bencana hidrometeorologi masih akan banyak terjadi khususnya di daerah-daerah yang selama ini langganan dan rawan banjir dan longsor. Menurut Sutopo, faktor perubahan lingkungan berpengaruh besar terhadap kerentanan bencana banjir dan longsor.
"Masih luasnya kerusakan DAS, lahan kritis, laju kerusakan hutan, kerusakan lingkungan, perubahan penggunaan lahan menyebabkan bencana hidrometeorologi meningkat," kata Sutopo.
Baca juga: Ma'ruf Berharap 2018 Jadi Pelajaran Penanggulangan Bencana
Sementara itu bencana geologi seperti gempa bumi sepanjang tahun lalu tercatat sebanyak 23 kali yang bersifat merusak. Itu menyebabkan 572 meninggal dunia, 2.001 orang luka-luka, 483.399 orang mengungsi dan terdampak, dan 226.667 unit rumah rusak.
"Rata-rata setiap bulan ada sekitar 500 kejadian gempa di Indonesia. Gempa bumi tidak dapat diprediksikan secara pasti di mana, berapa besar, dan kapan. Namun, perlu terus diwaspadai," pungkasnya. (OL-6)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved