Headline
Koruptor mestinya dihukum seberat-beratnya.
Transisi lingkungan, transisi perilaku, dan transisi teknologi memudahkan orang berperilaku yang berisiko.
MUSEUM Lawang Sewu di Kawasan Tugu Muda, Kota Semarang, Jawa Tengah, merupakan aset milik PT Kereta Api Indonesia (KAI) yang kini di bawah pengelolaan Daops IV Semarang.
Lawang Sewu berarti seribu pintu. Pada kenyataannya, jumlah pintu di museum itu tidak mencapai seribu. Bangunan itu memiliki jendela yang tinggi dan lebar sehingga masyarakat pun sering menganggapnya sebagai pintu (lawang).
Awalnya, Lawang Sewu yang berdiri di atas lahan seluas 14.216 meter persegi itu difungsikan sebagai Kantor Pusat Nederlands-Indische Spoorweg (NIS), perusahaan kereta api (KA) zaman Pemerintahan Belanda. Gedung itu pun menjadi bukti awal sejarah perkembangan perkeretaapian di Indonesia.
Dirancang oleh arsitek Belanda C Citroen dari Firma JF Klinkhamer dan BJ Quendag pada 1903 silam, Lawang Sewu dibangun pada 27 Februari 1904. Semua bahan bangunan didatangkan dari Eropa, kecuali batu bata, batu alam, dan kayu jati.
Beragam wujud kaca patri yang tidak pernah pecah menjadi salah satu daya tarik gedung ini. Salah satunya, kaca patri setinggi 2 meter yang jadi tempat favorit berfoto wisatawan karena bentuk arsitekturnya yang menarik.
Kaca yang terbagi menjadi empat panel besar ini mencerminkan cerita eksploitasi besar-besaran hasil alam Nusantara saat masa penjajahan Belanda. Flora dan fauna bangsa Indonesia diangkut kereta dan dikumpulkan di kota-kota pelabuhan Pulau Jawa sebelum diperdagangkan di dunia untuk memperkaya Belanda dan keluarga kerajaan di bawah perlindungan Dewi Fortuna.
Pada masa perjuangan, gedung ini menjadi saksi bisu peristiwa Pertempuran lima hari di Semarang (14 Oktober-19 Oktober 1945). Di gedung itulah terjadi lokasi pertempuran yang hebat antara pemuda Angkatan Muda Kereta Api (AMKA) melawan Kempetai dan Kidobutai, Jepang.
Dengan kekayaan sejarah yang dimilikinya, Pemerintah Kota Semarang memasukkan Lawang Sewu sebagai salah satu dari 102 bangunan kuno atau bersejarah, sejak 1992.
Karena keindahan arsitektur dan nilai historisnya, tak mengherankan, masyarakat memilih tempat ini sebagai lokasi terbaik untuk melakukan foto sebelum pernikahan (prewedding).
Bangunan tua itu juga menjadi destinasi favorit wisata misteri karena pernah digunakan sebagai penjara dan tempat penyiksaan tahanan oleh Belanda maupun Jepang.
“Jumlah pengunjung dari tahun ke tahun terus menunjukkan tren positif,” kata Kepala Humas PT Kereta Api Indonesia (KAI) Daops IV Semarang Suprapto di Semarang, beberapa waktu lalu.
Tahun ini, jumlah pengunjung Museum Lawang Sewu, bahkan telah menembus angka lebih dari satu juta orang. Banyak foto berlatar Museum Lawang Sewu dari berbagai sisi yang menghiasi akun-akun media sosial, lanjut dia, membuktikan keeksotisan destinasi wisata tersebut.
Akses transportasi yang semakin banyak pun semakin memudahkan masyarakat. Untuk mencapai Lawang Sewu, kini pengunjung bisa memanfaatkan KA Joglosemarkerto yang melayani rute Semarang, Pekalongan, Tegal, Purwokerto, Yogyakarta, dan Solo. (Ant/H-3)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved