Headline
Indonesia optimistis IEU-CEPA akan mengerek perdagangan hingga Rp975 triliun.
Indonesia optimistis IEU-CEPA akan mengerek perdagangan hingga Rp975 triliun.
Tiga sumber banjir Jakarta, yaitu kiriman air, curah hujan, dan rob.
EMPAT pria sejak pagi asyik memahat membentuk gambar burung di atas kayu putih. Teman lainnya terlihat mengukir gambar mbis (sosok leluhur duduk bersusun) dan yang lainnya memahat gambar ikan, burung kasuari, dan mbesi (orang bertumpuk) di atas kayu besi sepanjang 50-60 cm.
Keempat pria itu ialah Markus, 20, Herman Omondoh, 40, Victor Dames, 30, dan Elias Yupis, 30. Mereka semua berasal dari Kampung Er, Distrik Sawaerma, Kabupaten Asmat, Provinsi Papua Barat.
Para pemahat Asmat tersebut kini bergabung dalam Sanggar Ukir Demtok pimpinan Herman Omondoh yang letaknya tidak jauh dari ibu kota Kabupaten Asmat.
Kehadiran mereka dalam Expo Kesetiakawanan Sosial Nasional (KSN) 2018 di Limboto, Kabupaten Gorontalo, Gorontalo, atas undangan Komunitas Adat Terpencil (KAT) Direktorat Jenderal Pemberdayaan Sosial Kementerian Sosial.
Menurut pembina sanggar, Ignatius Denapok, 40, tidak semua orang Asmat menjadi pemahat, tetapi sebagian besar bisa memahat sejak kecil yang diturunkan tradisi keluarga. “Sudah merupakan tradisi keluarga,” ujar Ignatius.
Gambar yang biasa diambil berasal dari tradisi, adat, dan alam Papua. Misalnya burung kasuari, babi, tumbuhan, dan gambar leluhur. Proses memahat mereka pun unik. Ide gambar tidak dituangkan lebih dulu dalam pola, tapi langsung di atas kayu.
Lebih lanjut, Ignatius yang PNS Dinas Sosial Kabupaten Asmat mengatakan ada dua jenis karya yang dibuat, yakni patung dan panel yang digantung di dinding. “Rata-rata sanggar kami menghasilkan 20 karya sebulan,” tambahnya.
Saat ditanya bagaimana minat generasi muda Asmat terhadap seni pahat atau ukir, menurut Ignatius, masih cukup tinggi. “Karena pelajaran memahat juga dimasukkan di sekolah dasar. Atau mereka datang ke sanggar untuk belajar,” ujarnya lagi.
Bantuan dana untuk mengembangkan kreativitas para pemahat pun datang dari pemerintah daerah maupun pihak lain. ”Kami pernah dapat bantuan Rp50 juta dari Kemensos. Dana itu untuk membeli peralatan pahat. Kalau dulu kami bikin sendiri, sekarang beli di toko,” kata Ignatius.
Karena memahat pula, Herman pernah dipanggil dan bersalaman dengan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono di istana, Jakarta, beberapa waktu lalu. Dengan adanya pembinaan dan bantuan dari pemerintah dan pihak lain, hasil karya pemahat tersebut tentu saja berdampak baik buat perekonomian mereka.
“Harga satu panel mulai Rp150 yang paling sederhana hingga jutaan rupiah. Sedikitnya mereka bisa dapat Rp1 juta sebab kalau sedang tidak memahat, mereka pergi mencari ikan atau berkebun,” ujar Ignatius. (Rosmery Sihombing/H-3)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved