Headline
Indonesia optimistis IEU-CEPA akan mengerek perdagangan hingga Rp975 triliun.
Indonesia optimistis IEU-CEPA akan mengerek perdagangan hingga Rp975 triliun.
Tiga sumber banjir Jakarta, yaitu kiriman air, curah hujan, dan rob.
BUTIR-BUTIR kesepakatan Paket Katowice yang disetujui dalam Konferensi Perubahan Iklim COP 24 akan dilaporkan kepada Presiden Joko Widodo, pekan ini, sebelum dikonsolidasikan dengan seluruh kementerian dan lembaga terkait. Konsolidasi itu penting demi pencapaian target niatan kontribusi nasional (NDC).
Hal itu ditegaskan Dirjen Pengendalian Perubahan Iklim Kementerian Lingkung-an Hidup dan Kehutanan (KLHK), Ruandha Agung Sugardiman, kepada Media Indonesia, di Jakarta, Sabtu (22/12).
“Kami telah menyelesaikan laporan tim negosiator ke Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan yang kemudian akan dilaporkan kepada Presiden mengenai hasil COP 24 tersebut. Pekan depan akan disampaikan kepada Presiden,” bebernya.
Konferensi Perubahan Iklim PBB atau biasa dikenal COP 24 United Nations Framework Convention on Climate Change (UNFCCC) berlangsung pada 2-14 Desember 2018 lalu di Katowice, Polandia.
Paket Katowice yang dihasilkan menjadi petunjuk teknis implementasi Kesepakatan Paris, yakni menjaga agar kenaikan suhu bumi tak lebih dari 2 derajat celsius. Dalam pedoman itu diatur antara lain mengenai panduan aksi mitigasi, adaptasi, pendanaan, dan transparansi.
“Intinya nanti harus firm dulu di masing-masing kementerian/lembaga harus menurunkan emisi berapa dan melakukan tugas masing-masing,” tegas Ruandha.
Sesuai komitmen NDC, Indonesia menetapkan penurunan emisi gas rumah kaca (GRK) sebesar 29% pada 2030. Sektor kehutanan dan energi sebagai sektor sasaran utama pengurangan emisi dengan porsi masing-masing sebesar 17% (kehutanan) dan 11% (energi).
Target penurunan emisi di sektor kehutanan akan dicapai antara lain, melalui pengurangan deforestasi dari 0,9 juta ha per tahun pada 2010 menjadi 0,35 juta ha per tahun pada 2030. Selain itu ditargetkan pula pemulihan 2 juta hektare lahan gambut.
Menurutnya, Indonesia sudah siap menerapkan rencana itu seiring telah dijalankannya aksi pengendalian iklim pra-2020. Berdasarkan hasil inventarisasi gas rumah kaca (GRK) nasional pada 2016, Indonesia mampu menurunkan emisi karbon sebesar 8,7%. Pada 2017, penurunan emisi telah mencapai 16%.
“Kita sudah memiliki protokol monitoring, pelaporan, dan verifikasi (MRV). BPDLH (Badan Pengelola Dana Lingkungan Hidup) yang akan menerima dana luar negeri juga sudah hampir jadi. Peraturan sudah rampung, tinggal pembentukan organisasinya.”
Salah satu rencana aksinya, antara lain dengan mulai melakukan rehabilitasi lahan besar-besaran di 2019 mendatang, dengan target penanaman pohon dengan luasan 12 juta hektare dengan tingkat keberhasilan minimal 90%.
Perlu disederhanakan
Ketua Jaringan Ahli Perubahan Iklim dan Kehutanan Indonesia (APIK Indonesia Network) Mahawan Karuniasa menyambut positif Paket Katowice. Agar kesepakatan perubahan iklim dunia bisa membumi, menurutnya, tantangan ke depan ialah menyosialisasi dan menyederhanakannya.
“Agar implementasinya lebih mudah. Dengan demikian hasil COP 24 bisa diterjemahkan di lapangan,” ucapnya.
Selain itu, Ruandha mengingatkan pemerintah untuk terus menggali potensi sumber pendanaan melalui pendekatan bilateral. Selama penyelenggaraan COP 24 sejumlah negara menunjukkan komitmen untuk mengucurkan dana maupun kerja sama, antara lain Norwegia, Jerman, Inggris, Australia, dan Italia. (H-3)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved