Headline

Presiden Prabowo resmikan 80.000 Koperasi Merah Putih di seluruh Indonesia.

Fokus

Terdapat sejumlah faktor sosiologis yang mendasari aksi tawur.  

Meremajakan kembali Organ Kewanitaan

Indriyani Astuti
19/12/2018 09:21
Meremajakan kembali Organ Kewanitaan
Upaya meremajakan dan mengembalikan fungsi organ kewanitaan bisa dilakukan melalui prosedur operasi invasif maupun terapi noninvasif.(Dok. Genital)

BEBERAPA waktu belakangan ini peremajaan vagina menjadi tren di kalangan ­selebritas. Pemain sinetron Tessa Kaunang, 41, misalnya. Ia mengaku telah menjalani terapi laser pada organ ­intimnya. Alasannya, ia merasa organ kewanitaannya tidak sesehat seperti saat dirinya masih muda.

Sebelumnya, artis Nikita Mirzani juga mengaku telah melakukan operasi yang disebut vaginoplasty. Tujuannya, untuk memberi sensasi lebih sempurna saat berhubung­an seksual. Untuk menjalani prosedur itu, ia rela mengeluarkan uang hingga ratusan juta rupiah.

Nah, bagaimana pandangan kalangan medis atas tren tersebut? Dokter spesialis kebidanan dan kandungan dari Bamed Woman’s Clinic, dr Ni Komang Yeni Dhanasari SpOG, menjelaskan, memang ada sejumlah indikasi yang membuat perempuan butuh prosedur tersebut. Hal itu antara lain vagina yang turun elastisitasnya akibat perubahan hormon, seperti pada perempuan yang telah menopause, atau karena persalinan. Indikasi lain ialah karena adanya trauma, seperti robeknya selaput dara karena kecelakaan dan olahraga.

“Masalah yang umum dikeluhkan pasien ialah vagina menjadi kendur, berkurangnya sensitivitas ketika berhubung­an seksual, dan kesulitan mengontrol keluarnya urine akibat hilangnya kekuatan uretra,” terang Yeni dalam diskusi media bertajuk Peremajaan Vagina: Sekadar Tren atau Kebutuhan, di Jakarta, beberapa waktu lalu.

Pada perempuan menopause, terang Yeni, berkurangnya hormon estrogen secara drastis menyebabkan lapisan vagina kering, kurang elastis, bahkan meradang hingga menimbulkan rasa sakit saat berhubungan seksual. Atas indikasi itu, kata Yeni, peremajaan vagina dapat dilakukan.

Namun, lanjut Yeni, peremajaan vagina di Indonesia masih dianggap tabu. Menurutnya, perempuan tidak perlu malu untuk mengemukakan kebutuhannya dan mencari solusi apabila punya indikasi yang sesuai. Apalagi, sampai mengganggu kualitas hidup dan hubungan suami-istri.

“Tapi, banyak juga pasien yang tidak paham dengan prosedur itu. Mereka sekedar mengikuti tren, datang ke klinik, setelah diperiksa ternyata belum perlu (peremajaan vagina),” terangnya.

Terkait dengan prosedur, Yeni menjelaskan ada langkah noninvasif, yakni menggunakan radio frekuensi atau lebih dikenal dengan istilah laser. Terapi itu bisa digunakan untuk memperbaiki bagian luar maupun dalam vagina.

“Jadi, tidak hanya internal saja. Area luar seperti labia mayora dan klitoris juga dapat dilakukan peremajaan,” tutur Yeni.

Proses laser vagina paling lama sekitar 1,5 jam, meliputi konsultasi dan tindakan. Selama prosedur, pasien akan merasakan sensasi hangat.

“Untuk prosedur pertama, hasilnya tidak permanen sehingga harus diulang,” imbuh Yeni.

Ia mengingatkan, penggunaan laser harus sesuai dengan indikasi medis dan terbukti aman digunakan sebab setiap tindakan peremajaan vagina berbeda-beda. Ia mencontohkan, pada perempuan yang sudah menopause dosis laser yang dipakai harus disesuaikan.

“Sebab ketika perempuan sudah menopause terjadi penipisan jaringan di area vagina sehingga dokter harus memastikan prosedur itu tidak menimbulkan komplikasi pada kemudian hari,” katanya.

Selain laser, metode lainnya, yakni dengan platelet rich plasma untuk perbaikan kualitas mukosa atau permukaan dinding rongga vagina, serta penggunaan filler.

Prosedur operasi
Pada kesempatan sama, dokter spesialis kandungan dan kebidanan dari Bamed Woman’s Clinic, dr Dasep Suwanda SpOG, menjelaskan peremajaan vagina melalui prosedur operasi. Langkah itu dilakukan untuk memperbaiki anatomi penampakan fisik vagina dan mengembalikan fungsi serta sensasi seksual daerah kewanitaan.

“Operasi peremajaan vagina lebih sulit dibanding operasi lain. Selain memperbaiki estetiknya, juga jangan sampai menyebabkan fungsinya justru menjadi tidak baik. Karena itu, kebutuhan dan indikasi medis pasien harus diperhatikan,” ujar Dasep.

Ia merinci, ada sejumlah operasi peremajaan vagina antara lain clitoral hood reduction. Prosedur itu merupakan tindakan bedah yang bertujuan mengubah bentuk tudung clitoral yang terlalu besar atau tebal menjadi lebih kecil dan lebih sensitif.

Selain itu, ada prosedur hymenoplasty untuk memperbaiki selaput dara yang rusak dan robek dengan menjahit kembali, serta labiaminoraplasty untuk memperbaiki struktur anatomi labia minora atau bibir luar vagina. (H-2)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Panji Arimurti
Berita Lainnya