Headline
Pemerintah merevisi berbagai aturan untuk mempermudah investasi.
Hingga April 2024, total kewajiban pemerintah tercatat mencapai Rp10.269 triliun.
MASALAH infertilitas atau ketidaksuburan pasangan suami-istri membuat mereka kesulitan memiliki anak. Infertilitas bisa disebabkan berbagai faktor. Lain penyebab, lain pula penanganannya.
Dokter konsultan fertilitas Siloam Hospitals Kebon Jeruk, Jakarta, dr Ferdhy Suryadi Suwandinata SpOG(K-FER), menjelaskan, secara medis pasangan disebut infertil ketika tak kunjung hamil meski sudah melakukan hubungan seksual secara teratur tanpa kontrasepsi selama 6 bulan sampai 1 tahun.
"Infertilitas pada perempuan dapat disebabkan oleh beberapa hal, seperti faktor hormonal, gangguan pematangan sel telur, endometriosis, miom, kista, tumor, bahkan kanker," ujarnya pada temu media membahas penanganan infertilitas di rumah sakit tersebut, beberapa waktu lalu.
Karena itu, lanjut dia, penanganan infertilitas perlu didahului dengan pemeriksaan saksama untuk menentukan penyebab utamanya. Dengan begitu, bisa ditentukan langkah penanganan dan program kehamilan yang tepat.
"Sebelum menentukan jenis program kehamilan yang akan dilakukan, perlu dipastikan terlebih dahulu apa penyebab sulit hamil tersebut. Memang tidak semua dapat dijelaskan penyebabnya. Ada 20% yang tidak diketahui penyebabnya, disebut sebagai unexplained infertility", terang Ferdhy.
Penanganan menggunakan obat-obatan, lanjutnya, bisa diberikan untuk kasus infertilitas yang disebabkan faktor hormonal atau masalah pematangan sel telur. Adapun untuk kasus yang disebabkan endometriosis, miom, kista, tumor, dan kanker memerlukan operasi.
"Tindakan operasi saat ini dapat dilakukan dengan teknik konvensional, yakni pasien dibedah dengan sayatan yang lebar, dan metode terkini di dunia kedokteran, yaitu bedah minimal invasif yang lebih dikenal dengan istilah laparoskopi atau endoskopi," papar Ferdhy.
Laparoskopi ialah sebuah teknik bedah invasif minimal dengan menggunakan instrumen bedah berdiameter kecil (5 mm-10 mm) untuk melakukan prosedur pembedahan di dalam rongga perut.
Pada kesempatan sama, dokter spesialis obstetri dan ginekologi subspesialisasi onkologi, dr Ong Tjandra SpOG(K-Onk), menjelaskan operasi laparoskopi memiliki beberapa kelebihan, antara lain luka sayatan yang sangat kecil, yaitu sekitar 7 mm, jika dibandingkan dengan luka sayatan pada operasi konvensional yang dapat mencapai 10 cm. Waktu pemulihan pasien juga lebih cepat, nyeri pascaoperasi minimal, dan risiko komplikasi yang relatif rendah.
"Laparoskopi dapat diaplikasikan untuk pengangkatan kista, polip, miom, hingga pengangkatan rahim. Teknologi ini juga dapat diterapkan untuk kasus-kasus kanker." ujar Ong.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved