Headline

Manggala Agni yang dibentuk 2002 kini tersebar di 34 daerah operasi di wilayah rawan karhutla Sumatra, Sulawesi, dan Kalimantan.

Fokus

Sejak era Edo (1603-1868), beras bagi Jepang sudah menjadi simbol kemakmuran.

Peringkat Institut Pertanian Yogyakarta Naik Tajam

Agus Utantoro
11/12/2018 10:30
Peringkat Institut Pertanian Yogyakarta Naik Tajam
(Ist)

PERINGKAT Institut Pertanian (Instiper) Yogyakarta, menurut  pemeringkatan Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi pada 2018, berada pada ranking 130, atau naik secara signifikan dibanding tahun sebelumnya yang berada di posisi 268.

"Instiper mendapat rangking 130. Ini menunjukkan kinerja semakin baik, karena pada 2017 rangking Instiper di angka 268," kata Rektor Instiper Yogyakarta Purwadi pada pidato Dies Natalis ke-60 di kampus setempat, Senin (10/12).

Peningkatan ranking perguruan tinggi pertanian ini, jelasnya, tidak lepas dari banyaknya perubahan besar yang terjadi di Instiper selama 2018, sehingga bisa dikatakan bahwa tahun ini merupakan tahun yang istimewa bagi Instiper.

Hal lain yang juga membuat bangga bagi Instiper, menurut dia, adalah pada pidato Presiden RI Joko Widodo saat pembukaan IPOC pada akhir Oktober 2018, Presiden sempat menyebut nama Stiper Instiper dalam pidatonya sebagai kampus kelapa sawit.

Baca juga: Keppres Pemerataan Guru Terbit Tahun Depan

Dikatakan, pencapaian dan kegiatan Instiper pada 2018 ini merupakan loncatan ke depan yang dilakukan dalam waktu relatif singkat. Instiper tidak ingin menjadi institusi yang tergilas perkembangan zaman dan terus berbenah serta memanfaatkan perkembangan teknologi.

Beberapa infrastuktur yang selesai dibangun Instiper untuk melengkapi kegiatan pembelajaran di kampus ini di antaranya Laboratorium AIRICA, pengembangan galeri perkebunan, mobil klinik Instiper, pembangunan smart green house dan conventional green house, dan fasilitas pendukung yang  lain.

Menurut Rektor, Instiper akan terus meningkatkan kinerjanya agar capaian  pada tahun-tahun mendatang akan lebih baik lagi.

Beberapa langkah yang diambil antara lain peningkatan jumlah dosen terus dilakukan dengan mengarah pada pemenuhan kebutuhan sesuai kompetensi.

Mengingat rekuitmen selama tiga tahun terakhir menunjukkan bahwa pendaftar calon dosen yang sesuai kebutuhan kompetensi sangatlah sedikit.

"Ini perlu perhatian dan kebijakan yang pas. Ke depan ratio dosen dari Instiper dan nonInstiper diharapkan tetap pada komposisi 30 banding 70%, dimana sumber utama dosen dari luar Instiper diharapkan dapat diisi dari UGM, IPB dan ITB," katanya. (OL-2)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya