Headline
Indonesia optimistis IEU-CEPA akan mengerek perdagangan hingga Rp975 triliun.
Indonesia optimistis IEU-CEPA akan mengerek perdagangan hingga Rp975 triliun.
Tiga sumber banjir Jakarta, yaitu kiriman air, curah hujan, dan rob.
JIKA berkunjung ke Kota Tarakan, Kalimantan Utara, jangan lupa berkunjung ke salah satu objek wisatanya, yakni Museum Rumah Bundar yang berlokasi di Jalan Danau Jempang, Kelurahan Pramusian, Kecamatan Tarakan Tengah.
Dinamakan Rumah Bundar karena bentuk atap bangunan asli museum berbentuk bulatan drum yang dipotong rata di tengahnya. Bangunan itu tadinya didirikan pemerintahan Belanda pada 1938 silam untuk rumah dinas pegawainya.
Seusai PD II, rumah itu digunakan tentara Australia sebagai tempat tinggal setelah merebut kekuasaan dari tangan Jepang, pada 1945. Baru pada 6 November 2017, rumah itu dijadikan museum oleh pemerintahan daerah setempat.
“Museum PD II di Kota Tarakan ini memiliki nilai sejarah yang kuat. Benda-benda yang disimpan di dalamnya berasal dari hibah warga setempat dan warga asing dari Australia,” ucap Wali Kota Tarakan Sofian Raga saat peresmian museum.
Pengunjung dapat melihat pedang samurai khas Jepang, peluru, senjata, baling-baling pesawat tempur, sepatu para penjajah, dan helm tentara sekutu. Ada sekitar 9.000 koleksi benda di Museum Rumah Bundar, atau dikenal juga dengan Museum Perang Dunia II itu. Koleksi itu terdiri atas foto, film, peta, peralatan perang, dan alat transportasi pada masa Belanda, Jepang, dan Masa Perjuangan Kemerdekaan.
Kehidupan warga Tarakan yang memilukan dan mengerikan selama masa penjajahan pun bisa diketahui dari deretan foto yang dipajang di sana. Kekurangan gizi terjadi di mana-mana saat pendudukan Jepang.
Eksplorasi minyak dan Perang Dunia (PD) II menjadi bagian tak terpisahkan dari sejarah Kota Tarakan, setelah wilayah itu menjadi bagian dari Kesultanan Tidung.
Pada 1896, Belanda berhasil menemukan sumber minyak di sana. Saat Jepang memotori PD II di Asia Pasifik, pulau itu menjadi sasaran utama karena menjadi pintu masuk Indonesia sekaligus menjadi sumber cadangan minyak untuk menggerakkan mesin perang.
Jepang menyerang Tarakan pada 1942 dengan kekuatan 15 ribu tentara melawan 3.000 garnisun Belanda.
Setelah kemenangan itu, Jepang menyedot 350 ribu barel minyak Tarakan untuk digunakan sebagai logistik utama kapal perang mereka. Jepang tak berkutik setelah pada 1 Mei 1945, tentara sekutu yang terdiri atas Australia, AS, dan Belanda mendarat.
Pada Juni 1945, Tarakan menjadi lautan api setelah ribuan ton bom sekutu dijatuhkan dari udara dan laut. Sesuai dengan catatan sejarah, perang di Tarakan lebih sengit ketimbang perang Pearl Harbour di Amerika.
Dengan kekayaan sejarah itu, museum itu menjadi destinasi utama para pengunjung mancanegara. “Pengunjung lokal masih sedikit yang datang, Justru pengunjung banyak datang dari luar daerah dan mancanegara, khususnya Australia, Jepang, dan Amerika,” kata Donna, staf di museum. (Ant/H-3)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved