Headline

Setelah menjadi ketua RT, Kartinus melakukan terobosan dengan pelayanan berbasis digital.

Fokus

F-35 dan F-16 menjatuhkan sekitar 85 ribu ton bom di Palestina.

Harimau Sumatra Terkena Imbas Perburuan Liar

Richaldo Y Hariandja
21/9/2015 00:00
 Harimau Sumatra Terkena Imbas Perburuan Liar
(MI/RAMDANI)
Ancaman perburuan masih terjadi di dalam Taman Nasional Way Kambas (TNWK), Lampung Timur, Lampung. Meskipun perburuan ditujukan pada Rusa dan Babi Hutan yang merupakan pakan utama dari Harimau Sumatra (Pantheratigris Sumatrae), jerat yang digunakan untuk perburuan menjadi ancaman juga terhadap Hewan belang tersebut.

Hal tersebut diucapkan langsung oleh Manager Program Aliansi Lestari Rimba Terpadu (ALeRT) Rhama Budhiana saat ditemui di Kawasan TNWK, hari ini. Menurut Rhama, Tahun lalu saja, tim ALeRT menemukan 223 jerat yang tersebar dalam kawasan yang memiliki luas 125.625 hektare tersebut.

"Memang awalnya mereka mau berburu rusa atau babi, tapi dengan jerat tersebut, kaki Harimau pun bisa masuk," terang Rhama.

Untuk mengantisipasi hal tersebut, lanjut Rhama, patroli rutin dengan nama SAR Jerat dilakukan tim gabungan dari TNWK dan ALeRT setiap enam bulan sekali. lewat Patroli tersebut, jerat untuk perburuan hewan liar coba diminimalisir untuk menjaga keberlangsungan Harimau Sumatra dan pakannya.

Lebih jauh, Rhama menyatakan ketersediaan pakan Harimau Sumatra di kawasan TNWK sangat berlimpah. "Bahkan karena banyaknya pakan, Harimau Sumatra jarang keluar dari Kawasan TNWK," tambah Rhama.

Dengan fakta tersebut, selama sepuluh tahun terakhir, TNWK menjadi satu-satunya kawasan zero accident antara Harimau dengan Manusia. Dengan demikian, lewat perburuan yang terjadi justru manusia lah yang menjadi ancaman terhadap populasi Harimau Sumatra.

Tahun ini, jumlah populasi Harimau Sumatra di kawasan TNWK mencapai 27 ekor. Jumlah tersebut mengalami penurunan jika dibandingkan tahun lalu yang mencapai 37 ekor. "Tiap tahun memang selalu terjadi dinamika populasi, entah karena ancaman manusia, maupun beberapa populasi yang tidak terpantau oleh camera trap," ungkap Rhama.

Sementara itu, Koordinator Penyelamatan Konservasi Harimau Sumatra (PKHS) Sumiyanto yang turut bekerjasama dengan ALeRT menyatakan bahwa dengan kondisi pakan saat ini, Keberadaan Harimau Sumatra dalam kawasan TNWK diperkirakan hanya dapat berlangsung hingga 20 tahun ke depan.

Prediksi tersebut, lanjutnya, dilihat dari masih adanya perburuan liar terhadap pakan Harimau. "Oleh karena itu kita harus lakukan sesuatu agar kita bisa menjaga keberlangsungannya lebih lama lagi," terang Sumiyanto.

Selain itu, apabila terjadi ledakan populasi, maka Harimau juga membutuhkan ruang lebih besar lagi. Terutama untuk memenuhi kebutuhan daya jelajah mereka yang mencapai 50 hingga 70 Km per hari untuk mencegah terjadinya overlap.

Tidak akan terdesak

Sementara itu, Polisi Hutan TNWK Andi Hari saat ditemui dalam kawasan TNWK memastikan TNWK dapat menjaga kawasan ekosistem binatang yang dilindungi di dalamnya. Hal tersebut dibuktikan dengan tidak adanya perambahan selama enam tahun terakhir.

Pada tahun 2009 lalu, 6000 hektare kawasan TNWK dirambah oleh masyarakat sekitar dan dijadikan Kebun Singkong. "Sejak itu kami selalu lakukan operasi besar, karena itu bisa dikatakan saat ini hanya TNWK kawasan Taman Nasional yang bebas perambahan," terang Andi.

Akan tetapi, lanjut Andi, masih diperlukan penelitian terkait korelasi antar pertumbuhan populasi ekisustem dengan luasan wilayah TNWK. Sebab, hal itu dapat menjadi antisipasi terhadap kebutuhan besaran kawasan sebagai daya tampung ekosistem.

"Karena sama seperti manusia, ekosistem pun semakin lama semakin butuh perluasan ruang hidup," pungkas Andi. (Q-1)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Admin
Berita Lainnya