Kebanyakan orang hanya mengetahui penyakit jantung berupa serangan mendadak dengan gejala sesak dan sakit di dada. Namun, selain serangan jantung yang disebabkan oleh penyakit jantung koroner, terdapat banyak jenis gangguan yang bisa terjadi pada organ pemompa darah tersebut, salah satunya atrial fibrilasi.
Artrial fibrilasi atau gangguanh irama jantung ditandai dengan detak irama jantung yang tidak teratur. Pasien yang terkena gangguan ini umumnya akan merasa mudah lelah, lemas, jantung berdebar, sesak, pingsan, bahkan dapat menyebabkan kematian.
"Itu gejala umumnya, setiap pasien akan beragam gejalanya tergantung dari kondisi fisik mereka. Semakin lemah akan semakin terasa," ujar Dr Daniel Tanubudi, Sp JP FIHA , tim dokter spesialis jantung RS Eka Hospital Tanggerang ketika ditemui oleh Media Indonesia.
Berbagai faktor dapat menjadi pemicu terjadinya gangguang irama jantung. Di antaranya adalah penyakit-penyakit seperti hipertensi, jantung koroner, kelainan katup jantung, hingga berbagai jenis infeksi berat. Hipertensi adalah salah satu yang paling sering menyebabkan atrial fibrilasi.
"Setiap orang berisiko, tapi orang dengan faktor risiko penyakit tersebut lebih rentan," tambah Daniel.
Meskipun tidak sebahaya serangan jantung koroner yang bisa menyebabkan kematian mendadak, gangguan irama jantung juga bisa menyebabkan efek yang berat. Stroke adalah salah satu penyakit yang bisa ditimbulkan akibat atrial fibrilasi.
Dijelaskan Daniel, denyut jantung yang tidak teratur akan menyebabkan darah tidak mengalir dengan baik. Ditambah lagi, umumnya terdapat ruang jantung, terutama serambi (atrium) yang mengalami pembesaran. Hal-hal tersebut menyebabkan terbantuknya bekuan darah dalam jantung.
"Bekuan darah itu bisa mengalir ke otak dan menyebabkan penyumbatan. Saat itulah pasien akan mengalami stroke," terang Daniel.
Risiko stroke pada penderita artial fibrilasi dapat dilihat dari sistem hitung CHADS2 score. Sistem tersebut menghitung faktor risiko yang dimiliki pasien untuk terserang stroke. Faktor risiko tersebut adalah adanya gangguan pada pompa jantung (congestive), tekanan darah tinggi (hipertensi), umur (age >65), gula darah tinggi (diabetes), serta stroke. Bila belum memiliki atau hanya memiliki salah satu dari faktor tersebut, risiko terserang stroke juga rendah.
"Risiko stroke pada atrial fibrilasi lebih besar terjadi pada perempuan. Kondisi tubuh perempuan serta hormon-hormon di dalamnya memengaruhi tingkat risikonya," tutur Daniel.
Untuk mengetahui apakah seseorang mengalami gangguan irama jantung, harus dilakukan pemeriksaan lengkap di rumah sakit, termasuk pemeriksaan EKG. Bila terlalu parah dan belum membahayakan, umumnya pasien akan diberikan obat-obatan untuk mengendalikan denyut dan irama jantung. Sementara pasien yang memiliki faktor risiko lebih dari satu sesuai sistem CHADS2, akan diberikan obat pengencer darah untuk mencegah stroke.
"Memang tidak se-dahsyat serangan jantung karena gangguan jantung koroner. Atrial fibrilasi sangat kecil presentasenya untuk menjadi serangan jantung. Namun, gangguan ini sangat berpengaruh terhadap kualitas hidup penderitanya. Mereka disadari atau tidak, tidak akan bisa beraktivitas secara maksimal," terang Daniel.
Untuk mencegah terjadinya gangguan irama jantung, hal utama yang harus dilakukan adalah mencegah faktor risiko utamanya, yakni hipertensi dan diabetes. Gaya hidup dan tingkat stres menjadi hal utama yang harus dikendalikan. Selain itu, juga sangat penting untuk rutin melakukan medical check up, minimal satu kali dalam setahun.(Q-1)