Headline

Mantan finalis Idola Cilik dan kreator konten juga memilih menikah di KUA.

Fokus

Ketegangan antara Thailand dan Kamboja meningkat drastis sejak insiden perbatasan

25% Gizi Ikan Rusak Sepanjang Rantai Pasok

Indriyani Astuti
13/10/2018 06:20
25% Gizi Ikan Rusak Sepanjang Rantai Pasok
(MI/Teresia Aan Meliana)

SEKITAR 25% kandungan gizi pada ikan laut segar hasil panen di Indonesia setiap tahun terbuang karena buruknya sistem penyimpanan dan distribusi pascapanen. Padahal, ikan merupakan sumber protein dan asam lemak esensial yang potensial untuk pemenuhan gizi masyarakat.

Menurut The Global Alliance for Improved Nutrition (GAIN) Indonesia, organisasi nirlaba yang bertujuan mengurangi masalah terkait penyedian pangan Indonesia, angka tersebut diperoleh berdasarkan hasil studi Dalberg pada 2017. Sebanyak 25% kandungan gizi ikan segar yang hilang itu setara 16.000 hingga 27.500 metrik ton protein. Protein yang terbuang seharusnya dapat memenuhi kebutuhan 2,7 juta hingga 4,4 juta anak di Indonesia.

"Karena itu, dibutuhkan teknologi dan inovasi dalam mengurangi kerugian pascapanen ikan laut segar di sepanjang rantai pasokan," kata Country Director GAIN Ravi Menon saat peluncuran Forum Jejaring Indonesia Post-Harvest Alliance for Nutrition (I-PLAN) for Inovation Challenge di Kementerian Kesehatan, Jakarta, Kamis (11/10).

Menurutnya, ada tantangan yang dihadapi para pelaku rantai pasokan ikan segar lokal untuk mengurangi kerugian pasca-panen, terutama di beberapa titik kritis, di antaranya tempat pendaratan ikan, transportasi dan distribusi, sistem penyimpanan, dan bahan alternatif pengganti es yang dapat menurunkan kualitas ikan.

Direktur Pemasaran Dirjen Penguatan Daya Saing Produk Kelautan Perikanan Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP), Machmud, menjelaskan yang mengakibatkan kandungan gizi ikan segar hasil tangkapan menyusut pascapanen antara lain sistem rantai dingin yang kurang baik dan masalah distribusi.

"Rantai dingin diperlukan untuk menjaga kualitas ikan," ujarnya pada kesempatan yang sama.

Ia mengungkapkan banyak pelaku bisnis yang sudah tahu mengenai pasokan rantai dingin untuk penyimpanan ikan. Akan tetapi, mereka tidak melakukannya dengan baik. Nelayan kecil, katanya, juga kurang paham mengenai hal itu.

Ketua Asosisasi Rantai Pendingin Indonesia Hasanudin Hasni menerangkan, ikan yang di-simpan pada suhu kamar (13-17 derajat celsius) dapat bertahan hingga tujuh hari dengan total mikroba 400-460 koloni, sedangkan ikan yang disimpan pada suhu kamar 20-30 derajat celsius hanya bertahan dua hari dengan mikroba 1.400-1.700 koloni.

Penyusutan kualitas ikan segar, katanya, terjadi saat distribusi. "Penyimpanan ikan pada suhu normal tidak diperkenankan sama sekali. Kontrol temperatur harus dijalankan begitu pascapanen berjalan hingga ikan siap diolah sehingga kerusakan fisik ikan akibat mikroba bisa dihindari," ujarnya.

Di lain hal, Kepala Balai Besar Riset Pengolahan Produk dan Bioteknologi KKP Hari Eko Irianto mengungkapkan konsumsi ikan masyarakat Indonesia masih kurang, yakni 47,35 kilogram per kapita pada 2017.

Cegah stunting

Kementerian Kesehatan (Kemenkes) mendorong pemenuhan gizi masyarakat, terutama diversifikasi produk pangan dan pemberian pangan, berbasis lokal, di antaranya dengan memanfaatkan ikan sebagai sumber gizi.

Direktur Gizi Masyarakat Kemenkes Doddy Izwardy mengatakan intervensi gizi masyarakat dengan memanfaatkan ikan berkualitas sebagai sumber protein, terutama kepada ibu hamil dan anak-anak yang membutuhkan gizi mikro untuk mencegah kekerdilan (stunting). (H-1)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya