Headline

Pertambahan penduduk mestinya bukan beban, melainkan potensi yang mesti dioptimalkan.

Fokus

Ketegangan antara Thailand dan Kamboja meningkat drastis sejak insiden perbatasan

Menyelamatkan Spesies dengan Mengumpulkan Kotoran Badak

VOA/Dys/L-3
13/10/2018 04:40
Menyelamatkan Spesies dengan Mengumpulkan Kotoran Badak
(DAILY MAIL)

BADAK merupakan salah satu satwa yang statusnya memprihatinkan. Tiga dari lima spesies badak yang ada di dunia bahkan terancam punah.

Untuk menyelamatkannya dari kepunahan, salah satu upaya yang dilakukan para ilmuwan baru-baru ini ialah dengan mengumpulkan kotoran badak.

Tim dari Kebun Binatang Chester dan Universitas Manchester menyebut kolaborasi ini sebagai 'penyelamatan spesies lewat kotoran'. Mereka fokus untuk menyelamatkan badak hitam asli Afrika yang terancam punah.

Populasi badak hitam di alam liar sekarang tinggal 5.000-5.400 ekor. Jumlah mereka semakin berkurang karena pada sekitar 1960-1995, mereka banyak diburu oleh pemburu dari Eropa. Pada saat itu, jumlahnya di alam liar kurang dari 2.500 ekor. Sejak saat itu, banyak pusat konservasi yang mengusahakan badak hitam kembali banyak di alam liar. Ironisnya, pada 2017 dilaporkan ada 1.028 badak diburu di Afrika.

Kotoran Hewan

Para ilmuwan di Manchester ingin menyelamatkan populasi badak ini dengan cara lain, yaitu mengenali kondisi kesehatannya.

Melalui kotoran hewan ini diharapkan para peneliti dapat memahami kenapa spesies badak hitam sulit berkembang biak dengan baik.

Sue Walker, Kepala Ilmu Terapan di Kebun Binatang Chester, mengatakan, "kerja sama kami dengan Universitas Manchester ialah untuk memahami mengapa spesies badak hitam tidak dapat berkembang biak dengan baik sehingga kita dapat memberikan solusi kepada manajemen pusat konservasi untuk mengubah cara mengelola tempat tersebut sehingga dapat meningkatkan reproduksi hewan tersebut."

Di laboratorium Kebun Binatang Chester, para peneliti bereksperimen dengan metode noninvasif untuk mengumpulkan data, dengan menggunakan penanda biofisiologis, berupa kotoran hewan.

Peneliti di kebun binatang itu, Danielle Gilroy, mengatakan, "Kami mencoba mengembangkan penanda bio lewat kotoran hewan tersebut sehingga dapat mengetahui kondisi, kesehatan, dan apakah hewan itu stres atau tidak, juga apakah mereka sedang bereproduksi atau tidak."

Tujuan inisiatif bersama bernilai US$1,5 juta ini ialah untuk mengembangkan strategi mempromosikan reproduksi alami.

Profesor Susanne Shultz dari Universitas Manchester mengatakan, "Kami mengumpulkan banyak koleksi contoh kotoran hewan di alam liar karena sebenarnya kita dapat mengetahui banyak tentang status penyakit hewan tersebut, status reproduksi, diet, tingkat stres, dan lainnya dengan meneliti kotoran tersebut. "

Para peneliti berharap apa yang mereka pelajari dari hewan di penangkaran ini berhasil dilakukan sehingga dapat diterapkan pada populasi liar. Dengan begitu, populasi badak hitam bisa terselamatkan.

Selain itu, pemerintah Afrika Selatan pun masih melakukan berbagai upaya untuk menghentikan pemburu dan perdagangan hewan ilegal.

Peningkatan tingkat kelahiran hewan sangat penting karena ancaman perburuan liar dalam beberapa tahun terakhir ini di sub-Sahara Afrika semakin tinggi, meskipun pemerintah dan penjaga taman konservasi berupaya untuk menghentikan praktik ilegal tersebut.



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya