Saat ini kita memasuki hari-hari akhir bulan Ramadan yang memilki kedudukan istimewa dalam pandangan Allah SWT. Sebab itulah, Rasululah SAW memperlakukannya secara khusus.
Ummul mukminin Aisyah RA menceritakan tentang kondisi Nabi Saw, ketika memasuki sepuluh hari terakhir bulan Ramadan. “Beliau jika memasuki sepuluh hari terakhir Ramadan, mengencangkan ikat pinggang, menghidupkan malamnya dan membangunkan keluarganya".
Ustadz Kemal Faisal Ferik mengemukakan hal tersebut menunjukkan di penghujung Ramadan, Rasululah SAW lebih memperbanyak amaliyah ibadah kepada Allah.
"Tidak satu pun dari kita yang tahu kapan Allah menjemput kita. Bisa jadi, hari-hari di penghujung Ramadan ini adalah hari-hari terakhir kita menjalani hidup. Bisa jadi, Ramadan pergi bersama dengan kepergian kita meninggalkan kehidupan yang fana ini. Tentunya, akan menjadi akhir yang baik manakala kita mengakhiri hari-hari kehidupan kita di saat kita berdekatan dengan sang Kholiq. Saat hari kita dipenuhi dengan amaliyah suci di bulan yang suci menghadap Dzat Yang Maha Suci," papar ustadz Kemal Faisal Ferik, pengasuh Komunitas Cinta Ilahi Jakarta dan Bandung, saat dihubungi Media Indonesia, Jumat (10/7).
Dikatakan, Rasulullah seantiasa berdo’a: “Ya Allah, jadikan sebaik-baik umurku adalah penghujungnya. Dan jadikan sebaik-baik amalku adalah pamungkasnya. Dan jadikan sebaik-baik hari-hariku adalah hari di mana saya berjumpa dengan-Mu kelak".
Lalu apa saja amaliyah utama yang dapat dilakukan di sisa-sisa hari bulan mulia yang akan meninggalkan kita ini?.
Pertama, menghidupkan masjid. Salah satu sunnah yang diajarkan Rasululah SAW di akhir bulan Ramadan adalah menghidupkan masjid dengan atmosfer amaliyah ibadah sehingga masjid tidak tampak sepi. Karena tujuan dibangunnya masjid adalah untuk dihidupkan dengan amaliyah ibadah. Di akhir Ramadan, Rasululah SAW menganjurkan kita beritikaf dalam menghidupkan masjid.
Allah SWT berfirman “Hanya yang memakmurkan masjid-masjid Allah ialah orang-orang yang beriman kepada Allah dan hari akhir, serta tetap mendirikan shalat, menunaikan zakat dan tidak takut kepada siapapun selain kepada Allah, maka merekalah orang-orang yang diharapkan termasuk golongan orang-orang yang mendapat petunjuk" (QS At Taubah: 18)
Memakmurkan masjid merupakan salah satu tanda keimanan kita. Nabi bersabda, “Jika kamu melihat orang rajin mendatangi mesjid, maka persaksikanlah ia sebagai orang yang beriman.†(HR Ahmad, At-Tirmidzi)
Semaraknya masjid dengan amaliyah ibadah memiliki dampak getar kepada masyarakat sekitarnya. Nuansa ukhrowi diharapkan menyebar kepada masyarakat di sekitar masjid sehingga nilai-nilai spiritualisme secara perlahan tertanam dalam tata kehidupan masyarakat. Pada akhirnya perbaikan perilaku dari perilaku buruk menuju perilaku yang baik religius tidak hanya dirasakan mereka yang rajin menghidupkan masjid tetapi juga orang-orang yang secara fisik jauh berada di luar bangunan masjid.
Istighfar
Kedua, memperbanyak istighfar. Tidak ada yang menjauhkan diri kita dengan Allah melainkan dosa-dosa kita. Dosa kita lah yang menjadi penghalang rahmat dan keberkahan. Tidak ada yang dapat menghapusnya kecuali dengan istighfar.
Ramadan merupakan saat yang tepat bagi kita untuk memperbanyak istighfar dan mengetuk pintu ampunan Allah.
Dalam hadits qudsi Allah SWT berfirman “Wahai hamba-hamba-Ku!Setiap siang dan malam kalian senantiasa berbuat salah, namun Aku mengampuni semua dosa. Karena itu, mohonlah ampunan-Ku agar Aku mengampuni kalian.†(HR Muslim )
Beristighfar dan memohon ampunan Allah adalah amal yang harus disegerakan dan jangan pernah ditunda-tunda apalagi diremehkan. Allah SWT mengingatkan kita “Bersegeralah kamu mencari ampunan dari Tuhanmu dan mendapatkan surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan bagi orang-orang yang bertakwa (QS Ali Imran:133 )
Sedangkan amalan ketiga, lanjut Kemal, adalah sedekah. Salah satu amaliyah ibadah yang mendapat perlakuan khusus oleh Rasululah SAW di bulan Ramadan adalah sedekah.
“Nabi saw adalah orang yang amat dermawan, dan beliau lebih dermawan pada bulan Ramadan," kata Kemal.
Sedekah adalah salah satu ibadah sosial yang senapas dengan keindahan jiwa ajaran Islam karena Islam adalah agama sosial. Islam tidak hanya menuntut seseorang saleh secara ritual yang kesalehannya tersebut hanya bermanfaat bagi dirinya. Tetapi lebih dari itu Islam menuntut umatnya agar memilki kesalihan sosial. Jika kita mencermati perintah-perintah dalam Alquran manakala Alquran memerintahkan shalat maka akan diikuti dengan perintah berzakat.
"Ini berarti, setiap kesalehan ritual seseorang harus berbuah kesalehan sosial. Setiap peningkatan dalam kualitas ibadah shalat seyogyanya harus berdampak pada peningkatan ibadah sosialnya," pungkasnya. (Q-1)