Headline
Presiden Trump telah bernegosiasi dengan Presiden Prabowo.
Presiden Trump telah bernegosiasi dengan Presiden Prabowo.
Warga bahu-membahu mengubah kotoran ternak menjadi sumber pendapatan
SEORANG kawan yang merasa punya dosa besar tak pernah berhenti bertanya, mengapa ia masih diberi denyut kehidupan oleh Yang Mahakuasa? Padahal, semua ayat hingga ujaran pemuka agama mengatakan kesalahannya sudah teramat hina dan berkonsekuensi berat di dunia pun akhirat.
Pertanyaan serupa juga terlontar dari seorang pecandu narkoba yang hampir setiap hari bolak balik ke lokasi rehabilitasi gratis. Padahal, ia telah dinyatakan sembuh karena setelah 30 tahun terjebak aneka jenis candu.
Ia tak tahu lagi apa yang harus dilakukan dengan hidupnya. Ia kehilangan istri, anak, orangtua, pekerjaan, hingga tujuannya. Namun, mengapa ia masih ditakdirkan untuk bernapas hingga hari ini?
Mengorelasikan agama dengan tantangan hidup di dunia nyata sungguh selalu menarik. Nilai-nilai agama yang terkesan dogmatis, sarat larangan, dan perintah, kemudian diterjemahkan, dimaknai, untuk memvalidasi berbagai fenomena kehidupan sehari-hari.
Yasmin Mogahed, akademisi dan penulis yang bermukim di Amerika Serikat, dalam bukunya, Reclaim Your Heart, Kembalilah pada Hatimu, memaparkan pembenaran-pembenaran itu dengan runut, logis, terkadang menohok, pun cerdas. Mereka yang tengah dalam proses mencari dan hidup di dunia kekinian yang selalu punya target, gaya hidup mutakhir, dan hiruk-pikuk media sosial, akan menemukan referensinya dalam buku setebal 262 halaman yang diterbitkan Noura, salah satu anak perusahaan Mizan, pada Agustus ini.
Perspektifnya teramat urban, dengan latar warga perkotaan yang berjibaku dengan kesibukan untuk bisa mampir ke masjid, bersentuhan dengan rekan kerja berbeda keyakinan, hingga jungkir balik pasangan suami istri masa kini yang mempertahankan cinta mereka.
Nilai universal
Islam, Alquran, masjid, dan figur Nabi Muhammad SAW memang menjadi referensi utama yang dikisahkan Mogahed yang diundang pada perayaan 35 tahun Mizan di Jakarta, pada Senin (20/8). Namun, nilai-nilai yang dijabarkannya bisa menjadi tempat kita 'pulang' setelah terengah-engah mengarungi kehebohan kehidupan sehari-hari, yang sesungguhnya universal.
Makna puasa, misalnya, diingatkan Yasmin, menjadi pembelajaran buat mengendalikan diri di tengah tantangan masa kini yang kerap menyeret kita pada kerakusan, karena pilihan yang tersedia begitu banyak, dan sumber daya yang dimililiki, bukan lagi masalah.
Pada lembaran-lembaran pertama, buku yang relevan jika masuk kategori self-help ini memang banyak berkisah soal isu personal. Bagaimana setiap kita sebenarnya punya lubang dalam dirinya, kehilangan atas sosok seseorang maupun kondisi yang membuat hati tenteram.
Yasmin kemudian mengurainya dan mengarahkan pembaca tentang makna merasa lengkap secara substansial, alias HQQ, istilah yang kini populer di media sosial.
"Anda pun tidak akan pernah merasa hampa karena sumber pemenuhan diri Anda tak pernah berakhir dan tak pernah berkurang," ujar Mogahed.
Ia merujuk pada ujaran Tuhan, "Sungguh yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah yang paling bertakwa. Sungguh Allah Mahamengetahui, Mahateliti."
Jadi, jika begitu, tak perlu baper atau terbawa perasaan, saat merasa tersakiti, ditinggalkan, di-bully, atau tak mencapai target. Ikuti perintah-Nya, menjauhi larangan, berbuat yang terbaik, dan menerima ketentuan yang digariskan ialah obat penawarnya.
Pun Mogahed, dengan awas menyindir status Facebook atau Instagram yang berisiko menjebak kita memamerkan kesalehan, menghamba pada jempol yang diberikan orang-orang yang kita sebut teman, dan memanjakan ego. "Jadi Facebook adalah alat yang kuat, tapi biarkan alat jejaring sosial itu alat kebebasan, bukan alat perbudakan pada diri sendiri dan penilaian orang lain," ujarnya.
Seberapa Islamkah kita
Memasuki buku ini lebih dalam, isu yang lebih lebar, Islam dan politik, islamfobia, hingga isu imigran muslim dikupas lebih dalam, tetapi dalam pemaknaan personal. Pembaca diajak merefleksikan, apa yang bisa dikontribusikan untuk membagikan kedamaian itu pada sekitar hingga gemanya divibrasi secara global. Kedamaian itu tentu bukan cuma kata, melainkan berupa aksi, sesuai kapasitas yang dimiliki.
Mogahed juga mengajak pembaca tak cuma menyalahkan mereka yang fobia, pemimpin-pemimpin yang mempolitisasi agama dan netizen yang nyinyir, ketika dunia mengaitkan Islam dan terorisme.
Ketika Brandon Mayfield, pelaku pengeboman di Spanyol, kemudian diklaim istrinya, bahkan pemimpin masjid yang biasa ia sambangi, bukan muslim yang terlampau taat. Seakan ingin memupus stempel negatif yang menghubungkan Islam dan kekerasan, mereka kompak mengatakan, sang mualaf itu hanya ke masjid sesekali.
Mogahed mempertanyakan, lalu jika dia muslim yang taat, maka cap teroris itu valid?
Sosok Mogahed, mengingatkan pada pertemuan dengan seorang perempuan asal Inggris di sebuah masjid di Seoul, Korea Selatan. Ia mengaku muslim, tetapi terpana melihat saya berwudu dan tertarik mengikuti ritual itu dengan riang.
Islam dalam wajah dunia, sungguh penuh warna dan sungguh asyik jika kita merayakannya, dalam hati dan semangat yang disebarkan pada sekitar. Sebagian masih dalam proses perjalanan mengenal, ada yang telah berupaya konsisten menjalankan, tetapi semuanya sesungguhnya mengarah pada terang yang sama.
"Pengalaman saya sebagai minoritas di Amerika sangat banyak. Pada intinya kita sebagai manusia harus berpegang pada Allah, bukan presiden atau pemerintah bukan? Dan dengan kaum yang lain, sudah seharusnya kita hidup damai dan saling berdampingan," sambung Yasmin saat berbicara dalam peluncuran bukunya.
"Jadilah terang di antara kegelapan. Misalnya, lampu di gedung ini padam. Solusinya bukan update di media sosial atau mungkin menelepon ibumu dan mengeluh. Apakah setelah mengeluh lampunya akan nyala kembali? Tentu tidak. Yang kau lakukan adalah cari saklar lampu atau senter ataupun lilin."
(M-4)
________________________________________
Judul : Reclaim Your Heart, Kembalilah pada Hatimu
Penulis : Yasmin Mogahed
Penerbit : Noura Books
Terbit : Agustus 2018
Tebal : 252 halaman
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved