Headline
KPK akan telusuri pemerasan di Kemenaker sejak 2019.
SEBANYAK 47 ilmuwan diaspora bakal menjalani kolaborasi riset dengan para peneliti dari 55 perguruan tinggi negeri dan swasta di Tanah Air. Para diaspora tersebut dipulangkan dari berbagai negara melalui program Cendekia Kelas Dunia Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Kemenristek Dikti).
Presiden Akademi Ilmu Pengetahuan Indonesia (AIPI) Sangkot Marzuki mengatakan pembangunan ekosistem penelitian yang kondusif diperlukan dalam mengembangkan dunia riset Tanah Air. Para diaspora diharapkan mampu mendorong budaya unggul (culture of excellence) di kampus-kampus dalam negeri.
"Kalau kita mau membentuk culture of excellence, di sinilah para diaspora bisa berperan penting," ujarnya dalam Simposium Cendekia Kelas Dunia (SCKD) 2018 di Jakarta, Selasa (14/8).
Sangkot menambahkan para diaspora diharapkan bisa menggali potensi Indonesia yang memiliki keragaman tinggi baik dari segi alam maupun kehidupan sosial.
Faktor keragaman, imbuh Sangkot, bisa dijadikan pembeda demi membawa nama Indonesia di kancah internasional melalui publikasi ilmiah.
"Misalnya penelitian genetik yang sebelumnya tidak tersentuh padahal Indonesia sangat kaya dengan keragaman etnis. Hubungan antara etnis dan genetik dulu belum diketahui," ungkap mantan Direktur Lembaga Biologi Molekuler Eijkman itu.
Hal senada diungkap Direktur Jenderal Sumber Daya Iptek dan Dikti Kemenristek Dikti, Ali Ghufron Mukti, berharap melalui program Cendekia Kelas Dunia, diaspora yang dipulangkan bisa mempercepat pembentukan atmosfer akademik berbasis keunggulan.
"Dengan kolaborasi diaspora ini kita ingin sikap dan attitude sebagai ilmuwan di luar negeri di bawa ke sini. Mereka diharapkan juga menambah jumlah publikasi ilmiah internasional. Indonesia banyak hal-hal unik yang belum diteliti dengan baik. Jadi mereka bisa bekerja sama membuat proposal atau joint research," pungkasnya.(OL-6)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved