Headline

Manggala Agni yang dibentuk 2002 kini tersebar di 34 daerah operasi di wilayah rawan karhutla Sumatra, Sulawesi, dan Kalimantan.

Fokus

Sejak era Edo (1603-1868), beras bagi Jepang sudah menjadi simbol kemakmuran.

Suhu Dingin Fenomena Alamiah Puncak Kemarau

Sri Utami
04/8/2018 17:20
Suhu Dingin Fenomena Alamiah Puncak Kemarau
(MI/ LILIEK DHARMAWAN)

FENOMENA suhu dingin malam hari dan embun beku di beberapa daerah dataran tinggi di antaranya di lereng Gunung Dieng, Wonosobo, Jawa Tengah, disebabkan kondisi meteorologis dan musim kemarau yang saat ini tengah berlangsung.

Kepala Bagian Humas Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), Hary Tirto Djatmiko, mengatakan, puncak kemarau selama Juli dan Agustus, ditandai dengan aktifnya monsun Australia. Akibatnya, Indonesia mendapatkan pengaruh dari aliran massa dingin dari Australia yang menuju ke Asia.

"Aliran massa dingin itu menyebabkan perubahan suhu menjadi lebih dingin di sejumlah wilayah Indonesia yang berada di sebelah selatan garis khatulistiwa. Mulai dari Banten, Jawa Barat, DKI Jakarta, Jawa Tengah, Jawa Timur, Bali, NTB, dan NTT. Ini merupakan fenomena alamiah dan biasa terjadi setiap tahunnya," jelasnya.

Pada saat puncak kemarau, lanjutnya, suhu udara lebih dingin dan permukaan bumi lebih kering. Pada kondisi demikian, panas matahari akan lebih banyak terbuang dan hilang ke angkasa. Itu yang menyebabkan suhu udara musim kemarau lebih dingin daripada suhu udara musim hujan.

Selain itu, kandungan air di dalam tanah menipis dan uap air di udara pun sangat sedikit jumlahnya yang dibuktikan dengan rendahnya kelembapan udara.

"Pada kondisi puncak kemarau saat ini di Jawa, beberapa tempat yang berada pada ketinggian, terutama di daerah pegunungan, diindikasikan akan berpeluang untuk mengalami kondisi udara permukaan kurang dari titik beku 0 derajat Celcius," imbuhnya.

Hal ini disebabkan molekul udara di daerah pegunungan lebih renggang daripada dataran rendah sehingga sangat cepat mengalami pendinginan, terlebih pada saat cuaca cerah tidak tertutup awan atau hujan. Kondisi ini akan terus terjadi pada puncak kemarau Juli dan Agustus.

"Uap air di udara akan mengalami kondensasi pada malam hari dan kemudian mengembun untuk menempel jatuh di tanah, dedaunan atau rumput. Air embun yang menempel dipucuk daun atau rumput akan segera membeku yang disebabkan karena suhu udara yang sangat dingin, ketika mencapai minus atau nol derajat. Di Indonesia, beberapa tempat pernah dilaporkan mengalami fenomena ini, yaitu daerah dataran tinggi Dieng, Gunung Semeru, dan pegunungan Jayawijaya, Papua," tandasnya. (OL-1)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya