Headline
Sebagian besar pemandu di Gunung Rinjadi belum besertifikat.
Sebagian besar pemandu di Gunung Rinjadi belum besertifikat.
PEMUKIMAN penduduk menjadi objek yang paling banyak terdampak oleh gempa berkekuatan 6,4 skala Richter yang terjadi pada Minggu (29/7) lalu.
Sebanyak 1.454 rumah penduduk rusak akibat gempa. Sementara itu untuk fasilitas publik hanya sedikit yang terdampak yakni 7 sekolah, 5 fasilitas kesehatan, 22 fasilitas ibadah, 37 kios, dan 1 jembatan.
Kepala Pusat Data dan Informasi Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Sutopo Purwo Nugroho menerangkan banyaknya rumah warga yang rusak akibat gempa disebabkan masih rendahnya kesadaran penduduk tentang pembangunan rumah tahan gempa.
"Kesadaran warga tentang bangunan tahan gempa masih minim. Di samping itu juga tidak ada peraturan daerah yang mewajibkan penduduk membangun rumah tahan gempa," ujarnya dalam konferensi pers di Gedung Graha BNPB, Jakarta, Senin (30/7).
Rendahnya ekonomi serta terbatasnya tenaga bangunan yang memiliki pengetahuan teknis mengenai bangunan tahan gempa disinyalir juga menjadi penyebab banyaknya rumah yang rusak.
Padahal menurutnya pembangunan rumah tahan gempa sangat penting untuk memperkecil risiko bencana. Sebab, kondisi geografis sebagian besar wilayah Indonesia berada di wilayah dengan tingkat kerawanan gempa yang sangat tinggi.
Hal itu dimungkinkan karena ada tiga lempeng yang mengelilingi wilayah Sumatera, Jawa, dan Nusa Tenggara yakni lempeng Flores, lempeng Eurasia-Australia, dan lempeng daratan.
"Setahun rata-rata terjadi 5.500 kali gempa. Kita tidak pernah tahu dan tidak akan bisa memprediksikan kapan dan dimana gempa akan terjadi juga dengan kekuatan berapa besar," ungkapnya. (OL-3)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved