Headline

Pemerintah merevisi berbagai aturan untuk mempermudah investasi.

Fokus

Hingga April 2024, total kewajiban pemerintah tercatat mencapai Rp10.269 triliun.

Kail untuk Perempuan Marginal

Indrastuti
17/4/2015 00:00
Kail untuk Perempuan Marginal
mediaindonesia(Dok. Batik Girl)

SEBUAH boneka berambut panjang terbungkus rapi dalam kotak berwarna pink. Sekilas tak nampak perbedaan boneka ini dengan boneka yang umum dijual di toko. Namun, sebuah angklung mini segera menarik perhatian. Ya, boneka itu memegang angklung mini, dan mengenakan pakaian batik dengan desain yang lucu dan menggemaskan.

Adalah Lusia Efriani, penggagas boneka batik dengan label 'Batik Girl' ini. Dan, siapa sangka, baju boneka ini adalah karya napi wanita. Sebagian besar adalah napi wanita dari Lapas Balerang, sebagian lain adalah napi dari Lapas wanita Tangerang.

Memberdayakan kaum perempuan menjadi tujuan awal Lusi ketika memulai misi sosial ini. Melalui Yayasan Cinderella from Indonesia, Lusi menyelenggarakan pelatihan gratis bagi perempuan di Batam tempat ia tinggal. Ia memberi fasilitas pelatihan kepada perempuan yang menjadi orang tua tunggal, ibu rumah tangga yang menderita HIV (ODHA) serta kepada napi wanita.

Mulanya Lusia menyelenggarakan pelatihan gratis untuk membuat es dan cupcake. Hasil dari penjualan diputar kembali sebagai modal. Masalah timbul ketika barang tidak habis terjual, sehingga Lusia harus membeli barang sisa. “Dari situlah terpikirkan ide baru untuk membuat sesuatu yang tahan lama. Jadilah produk Batik Girl ini,” tutur perempuan kelahiran Surabaya ini.

Di antara berbagai komunitas perempuan yang mendapat pelatihan, hasil karya napi wanita terlihat menonjol dan paling berhasil. "Mereka mempunyai banyak waktu, dan tidak memiliki banyak kegiatan. Jadi,  mereka lebih fokus membuat baju untuk boneka, " ujar Lusi.

Sebagian besar napi di Lapas Balerang yang menjadi pembuat baju untuk boneka Batik Girl adalah perempuan muda yang terkait kasus narkoba. Status sebagai napi wanita sangat rentan dan terpinggirkan. Karena menanggung beban mental, beberapa di antaranya sempat melakukan percobaan bunuh diri dalam tahanan.  Dengan pelatihan ini, Lusi mencoba memberikan bekal yang bermanfaat untuk mereka jika nanti sudah keluar dari tahanan. Bahkan, salah seorang trainer-nya saat ini adalah mantan napi yang dulu ia bina.

Langkah Maju

Sepanjang tahun 2014, boneka Batik Girl telah diproduksi sebanyak 1500 buah. Hasil ini di luar dugaan, mengingat target yang diterapkan hanya 1000 buah. Untuk tiap baju boneka yang dikerjakan, tiap napi mendapat upah Rp.10.000,00.

Namun Lusi mengakui kendala dalam hal penjualan. “Jujur saja, boneka Batik Girl lebih dikenal di luar negeri dari pada di Indonesia. Sayang sekali, masyarakat kurang menghargai hasil karya dalam negeri meskipun kualitasnya tidak kalah dengan produk luar,” jelasnya prihatin.

Boneka Batik Girl dibuat unik, satu boneka satu desain sehingga tidak ada boneka yang memakai baju yang sama.

Menurut Lusi, pihaknya telah mencoba berbagai cara untuk memasarkan hasil karya napi binaannya dengan membuat display di Gado-gado Boplo, Jakarta, Saung Angklung Mang Udjo, Bandung, serta di Cinderella Center, Batam. Ia juga mengikuti berbagai pameran di Jakarta dan kota-kota besar di Indonesia. Karena hasilnya kurang maksimal, ia mengupayakan mengadakan roadshow penjualan boneka Batik Girl.

“Target pasar kami adalah Singapura, Malaysia, Hong Kong, Australia dan Amerika. Hasil penjualan akan dialokasikan untuk kegiatan sosial di yayasan, yang membantu single parent, anak jalanan, ODHA,” kata Lusi yang mempunyai usaha arang di Batam. Ia berharap roadshow akan mendongkrak penjualan sekaligus bisa menyebarkan misi yang diemban untuk memberdayakan perempuan.(X-11)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Admin
Berita Lainnya