Headline
DPR setujui surpres pemberian amnesti dan abolisi.
DPR setujui surpres pemberian amnesti dan abolisi.
Sejak era Edo (1603-1868), beras bagi Jepang sudah menjadi simbol kemakmuran.
TERKAIT dengan polemik produk susu kental manis (SKM) yang ramai diperbincangkan masyarakat, Badan Pengawas Obat dan Makanan (POM) telah menjelaskan bahwa susu kental manis (SKM) bukan merupakan susu.
Sebagian masyarakat rupanya terkecoh dengan kata ‘susu’ pada produk SKM dan menganggapnya sebagai susu yang layak dijadikan sebagai sumber protein dan kalsium. Karena itu, dokter menganjurkan agar masyarakat mengenali jenis-jenis susu dan produk olahannya beserta peruntukannya.
Dokter Spesialis Anak dari Departemen Ilmu Gizi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI), Yoga Devaera, menjelaskan dalam memberikan susu pada anak orangtua perlu menimbang usia anak.
Untuk bayi di bawah usia satu tahun, produk susu yang boleh diberikan hanyalah jenis susu formula. Susu formula merupakan produk susu yang dibuat dari susu sapi atau susu buatan yang diformulasikan komposisinya sehingga dapat dipakai sebagai pengganti ASI pada kondisi bayi tidak bisa mendapatkan asupan ASI.
Ia mengatakan, ada aturan yang harus ditaati produsen dalam susu formula, yakni codec. Semua kandungan yang ada pada susu formula harus mengikuti aturan tersebut. Hal itu disebabkan ada zat yang wajib tercakup dalam susu formula, seperti kalsium dan protein.
Susu formula, lanjut Yoga, hanya dapat diberikan pada bayi usia di bawah satu tahun yang sehat. Sementara itu, untuk bayi yang berat badan lahirnya rendah (BBLR) atau bayi yang alergi terhadap susu sapi, perlu diberi susu formula khusus. Pemberiannya harus dengan pengawasan dokter.
“Apabila usia anak sudah di atas satu tahun, boleh diberikan susu biasa atau susu pertumbuhan,” ujar Dokter Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo itu, di Jakarta, kemarin.
Produk olahan susu
Mengenai produk SKM, lanjut Yoga, sebagian masyarakat salah kaprah menyamakan susu kental manis dengan susu. Padahal, SKM tidak termasuk kategori susu. Produk itu seharusnya digunakan sebagai bahan campuran untuk makanan dan minuman. Bukan untuk memenuhi kebutuhan asupan gizi, apalagi gizi anak yang sedang dalam masa pertumbuhan.
“SKM lebih banyak kandungan gula daripada nutrisinya. Padahal yang ingin didapat dari minum susu ialah tambahan kalsium, protein, dan mineral.”
Selain SKM, produk lain yang sering dianggap sebagai susu ialah makanan cair yang bentuknya sama dengan susu. Produk itu diperuntukkan bagi anak-anak berkebutuhan khusus atau anak-anak yang tidak bisa mendapatkan kebutuhan nutrisinya dari makanan biasa. “Produk makanan cair ini tidak boleh diberikan untuk anak sehat karena kalorinya sangat tinggi.”
Di samping produk-produk tersebut, masyarakat juga sering menganggap produk minuman yang mengandung susu sebagai susu. Oleh karena itu, ia menyarankan konsumen sebaiknya melihat komposisi terlebih dahulu sebelum membeli.
“Kalau susu, pasti akan mencantumkan komponen utamanya terlebih dahulu, yakni susu, kemudian kandungan lainnya, seperti gula dan lain-lain,” ucap dia.
Risiko diabetes
Senada, Dokter Spesialis Gizi Klinik Siloam Hospitals Kebon Jeruk, Jakarta, Marya Haryono, menuturkan SKM tidak baik apabila dikonsumsi sehari-hari. “Kalau kita lihat komposisinya, isinya dominan gula. Gula memang sumber energi, tetapi kalau terlalu banyak gula efeknya tidak baik. Kalau disebut susu SKM mengandung protein, iya, tapi sangat sedikit dibandingkan dengan protein yang ada pada susu atau bahan makanan sumber protein lain,” terangnya.
Marya menjelaskan, anak-anak punya kapasitas perut yang lebih kecil daripada orang dewasa. Kalau anak-anak sudah kenyang dengan SKM, otomatis dia hanya dapat dominan gula. Padahal, mereka membutuhkan nutrisi lainnya, seperti protein, vitamin, dan mineral untuk tumbuh dan berkembang dengan baik.
“Apalagi anak-anak suka makanan dan minuman manis. Kalau dibiasakan ke pola hidup dan pola makan, berisiko kesehatannya akan terganggu. Kalau terlalu banyak asupan gula dan tidak banyak bergerak ada risiko obesitas dan diabetes melitus.”
Selain anak-anak, orang dewasa juga harus waspada mengonsumsi makanan dan minuman yang tinggi gula seperti SKM. Produk tersebut, tutur Marya, kerap kali dijadikan tambahan pada makanan, kue atau jus. Meski demikian, ia mengingatkan supaya komposisinya diperhatikan.
“SKM untuk campuran makanan juga harus hati-hati. SKM biasanya ada pada es atau jus buah, tadinya minum jus buah mau sehat, tetapi kalau SKM hingga kandungan gulanya jadi banyak, hati-hati risiko diabetes meningkat,” pungkasnya. (H-2)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved