Headline

Manggala Agni yang dibentuk 2002 kini tersebar di 34 daerah operasi di wilayah rawan karhutla Sumatra, Sulawesi, dan Kalimantan.

Fokus

Sejak era Edo (1603-1868), beras bagi Jepang sudah menjadi simbol kemakmuran.

Koleksi Batik dari Berbagai Penjuru Negeri

Akhmad Safuan
09/7/2018 10:08
Koleksi Batik dari Berbagai Penjuru Negeri
Di Museum Batik Pekalongan ini tersimpan koleksi kain batik yang telah berusia ratusan tahun(MI/Akhmad Safuan)

PEKALONGAN sudah dikenal sejak abad XIV-XVI sebagai daerah penghasil karya batik. Perajin batik di sana mampu menghasilkan ciri khas yang berbeda corak serta warna dengan batik dari daerah lain. Membatik kemudian menjadi salah satu mata pencarian pokok masyarakat.

Sebagai daerah penghasil batik, Kota Pekalongan sudah pula dilengkapi dengan hadirnya Museum Batik. Pada 12 Juli 1972 perwakilan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Jawa Tengah Kepala Bidang Permuseuman didukung Wali Kota ke-10 R Soepomo mendirikan Museum Batik di Pekalongan.

Museum Batik bertempat di Jalan Jetayu Nomor 1, Kota Pekalongan, Jateng. “Ketika saya memimpin, saya memandang identitas Kota Pekalongan adalah batik. Maka harus memiliki sebuah museum yang memadai tidak hanya menyimpan koleksi batik, tetapi juga tempat belajar tentang seni batik,” kata Wali Kota Pekalongan periode 2005-2010 dan 2010-2015 Basyir Achmad.

Museum ini mengoleksi berbagai barang peninggalan lama yang biasanya terkait dengan sejarah yang masih ada atau dapat ditemukan. Namun, Museum Batik Pekalongan itu menyimpan lebih dari 1.700 koleksi mahakarya batik seluruh Nusantara. Koleksi mereka terus bertambah.

Sayangnya, penambahan koleksi tidak berbanding lurus dengan peningkatan jumlah kunjungan, padahal fasilitas yang tersedia cukup memadai. Berbagai fasilitas yang dimiliki Museum Batik Pekalongan ini tidak hanya ruang pamer ribuan koleksi batik dari belahan bumi Nusantara, tetapi juga fasilitas lain untuk edukasi pengunjung seperti ruang perpustakaan, kedai batik, ruang workshop batik, ruang pertemuan, dan ruang konsultasi atau pelayanan hak kekayaan intelektual (HKI).

Batik pekalongan mempunyai ciri khas. Para perajinnya yang mayoritas tinggal di wilayah pesisir utara pulau Jawa tersebut banyak dipengaruhi kebudayaan dari masyarakat sekitar yang selalu berubah-ubah dan saling meniru. Di sinilah awal kreativitas para perajin untuk selalu membuat motif baru.

Perkembangan batik pekalong­an terjadi setelah pengusaha batik asal Belanda bernama Eliza van Zuylen membangun workshop di wilayah itu dengan motif batik pekalongan yang baru dapat diciptakan para perajin batik pekalong­an yang berbeda dengan pakem batik-batik sebelumnya yang ada di tanah Jawa. Bahkan, hasil karya perajin batik bermotif-motif baru yang lebih berani, yakni flora dan fauna, sehingga menembus pasar Eropa. (H-5)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Panji Arimurti
Berita Lainnya