Headline

Setelah melakoni tenis dan olahraga di gym, aktor Christoffer Nelwan kini juga kerajingan padel.

Fokus

Keputusan FIFA dianggap lebih berpihak pada nilai komersial ketimbang kualitas kompetisi.

KPAI : Dampak Perundungan di Dunia Maya Lebih Dahsyat

Indriyani Astuti
02/7/2018 18:20
KPAI : Dampak Perundungan di Dunia Maya Lebih Dahsyat
(MOHAMAD IRFAN)

DAMPAK dari perundungan di dunia maya atau cyberbullying dianggap lebih dahsyat. Hal itu diungkapkan oleh Komisioner Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) bidang Pendidikan Retno Listyarti. Retno mengatakan komentar negatif di dunia maya justru berasal dari orang yang tidak dikenal dan menyebar secara luas sehingga dapat dibaca oleh banyak orang.

"Karena komentar itu dibaca begitu banyak orang dan belum tentu kenal orang yang melakukan perundungan terhadap kita. Mereka (pelaku perundungan) tidak tau tetang kita. Tahunya, hal buruk tentang kita," kata Retno disela-sela temu media film 'Aib #Cyberbully' di Jakarta, Senin (2/7).

Retno menuturkan tahun 2011 pihaknya belum menerima laporan kasus cyberbullying. Namun pada tahun 2016 mulai ada laporan yang masuk ke KPAI sebanyak 34 kasus. Kenaikannya setiap tahun tercatat dua kali lipat. Sebab, kata Retno, media sosial pada tahun tersebut sedang berkembang. Untuk tahun ini, laporan perundungan di dunia maya yang diterima KPAI sudah mencapai ratusan.

"Ini menunjukan penggunaan gawai dan media sosial cenderung membuat orang melakukan perundungan. Dari tidak ada laporan tiba-tiba muncul," tutur dia.

Anak usia sekolah menurutnya sangat rentan menjadi korban perundungan di media sosial yang kerap kali dilakukan dalam bentuk penghinaan oleh teman sebaya. Ia mencontohkan kasus anak yang meninggal bunuh diri di Riau karena diduga menjadi korban perundungan. Kasus tersebut tidak dilaporkan ke KPAI pada awalnya. Setelah diselidiki ternyata anak itu menjadi korban perundungan. Ia menjelaskan ciri dari kasus perundungan dilakukan secara berulang dan dalam jangka waktu panjang.

KPAI, sambung Retno, menganggap perundungan merupakan isu yang serius karena ada sejumlah kasus yang korbannya anak-anak dan berujung pada bunuh diri. Orang tua, tuturnya, harus memiliki kepekaan terhadap anak-anak, baik yang menjadi pelaku maupun korban perundungan. Biasanya, kata dia, pelaku perundungan tidak menyadari yang dilakukannya membuat orang lain tertekan.

"Anak kecil dalam mengelola emosi berbeda dengan orang dewasa. Mereka belum memiliki kemampuan itu. Kalau mengadu, dianggap cuma sepele. Karena itu, orang tua harus mendampingi dan mendukung serta mencari solusinya bersama," terangnya.

Ia juga mengimbau supaya orang tua harus memperhatikan penggunaan gawai pada anak. Pengawasan bertujuan mencegah anak-anak terpapar dari segala jenis kekerasan dan pornografi yang dapat memicu mereka melakukan hal serupa. (OL-7)

 



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Astri Novaria
Berita Lainnya