Headline

Koruptor mestinya dihukum seberat-beratnya.

Fokus

Transisi lingkungan, transisi perilaku, dan transisi teknologi memudahkan orang berperilaku yang berisiko.

PLTU Batubara Lebih Merusak Lingkungan

Richaldo Y.Hariandja
31/3/2015 00:00
PLTU Batubara Lebih Merusak Lingkungan
(ANTARA/ZABUR KARURU)
KEPALA Tim Kampanye Iklim dan Energi Greenpeace Indonesia Arif Fiyanto menyatakan Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Batubara sejatinya merusak lingkungan melalui emisi yang dihasilkan. Bahkan, lebih dari 50% emisi yang terjadi di dunia saat ini disebabkan oleh sumber energi kotor tersebut.

Berdasarkan data dari riset yang dilakukan Greenpeace misalnya ada kasus kematian 660 ribu orang di Tiongkok yang disebabkan oleh emisi yang dihasilkan PLTU Batu bara.

''Karena itu sudah saatnya kita tidak memakai teknologi itu. Harusnya pemerintah beralih ke teknologi geotermal,'' ucapnya dalam sebuah diskusi di Jakarta, Senin (30/3).

Apalagi, Indonesia memiliki potensi geotermal yang besar, terutama di pulau Jawa. Di sisi lain penggunaan teknologi geotermal sebagai pembangkit listrik yang kini menghasilkan 11 ribu megawatt juga belum mencapai 5% dari total potensi 28 ribu megawatt yang ada.

''Teknologi geotermal juga menjaga lingkungan secara tidak langsung. Dengan menerapkan teknologi itu, kondisi alam dipastikan tetap memiliki tutupan hutan dan kondisi cadangan air yang baik,'' tukas Arif.

Saat dikonfirmasi Deputi Pencemaran Lingkungan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) Karliansyah membenarkan PLTU Batubara memang berbahaya secara emisi ketimbang teknologi geotermal.

Karena itu penting bagi setiap Industri PLTU Batubara melakukan pengurangan emisi. ''Kami selalu imbau untuk pemakaian batubara bersulfur kecil untuk PLTU batubara tersebut,'' ucapnya.

Kalaupun, dalam batubara tersebut sulfurnya tinggi, pemakaian teknologi untuk mengecilkan kadar sulfur patut dilakukan. ''Yang terpenting, harus ada pemakaian teknologi yang baik untuk pengurangan emisi pada setiap PLTU,'' lanjut dia.

Adapun untuk tenaga Geotermal, Karliansyah menyatakan biaya operasional lebih kecil ketimbang batubara. Namun, yang masih tinggi adalah biaya investasinya. ''Tapi tidak perlu khawatir, perizinan untuk geotermal sudah gampang kok sekarang,'' tutup Karliansyah. (Ric/H-2)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Admin
Berita Lainnya
Opini
Kolom Pakar
BenihBaik