Headline

Koruptor mestinya dihukum seberat-beratnya.

Fokus

Transisi lingkungan, transisi perilaku, dan transisi teknologi memudahkan orang berperilaku yang berisiko.

Uji Sampel pada Suspek Flu Burung Kembali Dilakukan

Cornelius Eko Susanto
30/3/2015 00:00
Uji Sampel pada Suspek Flu Burung Kembali Dilakukan
(ANTARA/Lucky.R)
Badan enelitian dan Pengembangan Kesehatan (Litbangkes) Kementerian Kesehatan (Kemenkes) kembali melakukan uji sampel usap tenggorok (swap) pasien T.

Uji ulang swap yang dilakukan terhadap ‘suspek’ (ada gejala klinis disertai riwayat kontak) flu burung, yang tinggal di Perumahan Puri Permata Taman Buah, Cipondoh, Tanggerang, itu kembali dilakukan, setelah suaminya N, dan anaknya M, terbukti positif terjangkit flu burung berdasarkan uji laboratorium Litbankes.

Suami dan anak T meninggal dunia pada Selasa (24/3), dan dikebumikan di Pemakaman Umum Selapanjang Jaya, Kabupaten Tanggerang, Banten, pada Kamis (26/3).

"Ini adalah uji sampel ketiga yang dilakukan di Litbangkes. Hasil uji sampel pertama dan kedua menunjukan hasil yang negatif flu burung," ujar Kepala Badan Litbangkes Tjandra Yoga Aditama.

Pada kesempatan itu Tjandra menegaskan bahwa swab yang diambil merupakan bahan cairan di paru dan saluran napas seorang pasien. Semakin dalam mengambil bahan sample ke arah paru akan makin representatif hasilnya dan menggambarkan keadaan sebenarnya.

Terkait pasien T, Tjandra mengatakan secara umum kondisi kesehatannya semakin membaik dan tidak menderita demam lagi. Selain memeriksa T, petugas Kemenkes juga melakukan surveilance pada sejumlah orang lainya yang memiliki riwayat kontak dengan para almarhum dan unggas yang diduga menularkan flu burung pada mereka.

Bentuk surveilance lain yang dilakukan untuk memastikan tidak ada penularan lain adalah, pemberian obat antiinfluenza oseltamivir pada orang yang memiliki riwayat kontak, penelusuran kontak di rumah sakit (RS) lain, penyiapan rujukan RS bila diperlukan, penyelidikan epidemiologi pada lingkungan sumber penularan dan tempat korban positif tinggal dan sosialisasi pada masyarakat sekitar.

Berdasarkan penelusuran epidemiologis yang dilakukan oleh petugas Kemenkes, diketahui bahwa kejadian bermula ketika N, pegawai Imigrasi Cabang Kelapa Gading, bersama keluarganya berlibur ke rumah orang tuanya di Bogor, Jawa Barat, pada 8 Maret lalu.

Kebetulan pemilik rumah di Bogor memang hobi memelihara unggas. Ketika keluarga tersebut berkunjung, diketahui terdapat seekor burung hantu di sana yang kedapatan mati mendadak. Sembilan hari kemudian M mengalami demam tinggi dan sempat dirawat di Eka Hospital dan dirujuk ke RSUP Persahabatan, Jakarta.

Empat hari usai M dirawat, pada 21 Maret, N, ayam M menunjukan gejala serupa dan dirawat di RS Husada Insani, Tanggerang. Usai dirawat empat hari, pada tanggal 24 Maret, yang bersangkutan akhirnya meninggal dunia.

Sementara itu Dirjen Pengendalian Penyakit Menular dan Penyehatan Lingkungan Kemenkes Subur mengatakan proses identifikasi penularan di lingkungan almarhum akan dilakukan selama 14 hari.

"Untuk berjaga-jaga, kita juga men-drop 16 ribu oseltamivir ke Kota Tanggerang," tutup dia. (OL-3)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Admin
Berita Lainnya
Opini
Kolom Pakar
BenihBaik