Headline

Pengibaran bendera One Piece sebagai bagian dari kreativitas.

Fokus

Isu parkir berkaitan dengan lalu lintas dan ketertiban kota.

Semangat Paskah Melawan Budaya Instan

Thomas Harming Suwarta
31/3/2018 04:00
Semangat Paskah Melawan Budaya Instan
(AFP/VATICAN MEDIA)

RANGKAIAN Paskah yang dirayakan umat kristiani sejak Kamis (29/3) diharapkan bisa menjadi momentum untuk mengedepankan semangat melawan budaya instan. Direktur Jenderal Bimas Katolik Kementerian Agama Eusebius Binsani menilai peristiwa salib, yakni meninggal dan bangkitnya Yesus Kristus, sangat relevan untuk dihayati saat ini.

"Pada zaman ini banyak orang hidup instan, artinya tanpa bekerja keras, tanpa menderita, orang ingin sukses. Ini pesan penting menurut saya bagi kita sebagai warga bangsa," kata Eusebius di Jakarta, kemarin.

Ia mengambil contoh salah satu budaya instan yang tengah menggerogoti bangsa ialah praktik korupsi yang tak kunjung habis. Mereka ingin hidup enak tanpa perjuangan keras, yang ujung-ujungnya juga merugikan orang lain, bangsa, dan negara.

"Akibatnya korupsi, mencuri, dan merampok makin merajalela. Atau di bidang pendidikan, tanpa mengikuti pendidikan yang memadai, orang ingin memiliki gelar akademik yang tinggi. Akibatnya, praktik jual-beli ijazah merajalela," beber Eusebius yang juga penasihat Vox Point Indonesia, organisasi awam Katolik Indonesia yang berperan dalam bidang sosial politik kemasyarakatan.

Ia tambahkan pula, dalam bidang politik, orang ingin berkuasa tanpa bersusah payah sehingga politik uang dan kampanye hitam seakan menjadi hal biasa di masyarakat. "Jadi, inti Jumat Agung ialah pengorbanan, solidaritas kemanusiaan, dan dalam semangat itu kita terutama melawan budaya instan yang sebenarnya sangat melemahkan kita sebagai bangsa."

Jumat Agung merupakan bagian dari Paskah yang dirayakan umat kristiani, termasuk di Indonesia. Mereka menggelar prosesi jalan salib dengan berbagai cara.

Sekretaris Eksekutif Komisi Hubungan Antaragama dan Kepercayaan Konferensi Waligereja Indonesia (KWI) Agus Ulahayanan mengatakan makna Jumat Agung ialah pengajaran kepada umat untuk menahan diri dari segala macam kecenderungan egoisme. "Termasuk di dalamnya budaya instan. Peristiwa pemberian diri atau hidup Yesus Kristus adalah pengingat untuk suatu kehidupan yang berguna bagi orang lain."

Melawan budaya instan, kata Agus, sangat erat dengan upaya bersama memberantas korupsi atau praktik lain yang merugikan masyarakat. Perayaan Jumat Agung pun merupakan refleksi pengorbanan untuk kebaikan umat dan bangsa.

Berlangsung lancar

Perayaan Jumat Agung di Indonesia, kemarin, berlangsung aman dan lancar. Di Klaten, Jawa Tengah, umat Kristen se-Kecamatan Karangdowo melakukan arak-arakan 100 salib yang didukung seniman muslim. Prosesi itu diawali dengan ibadah di Gereja Kristen Jawa Pepanthan Karangdowo. "Mereka kami libatkan untuk menunjukkan kepada publik bahwa umat kristiani toleran kepada semua agama dan keyakinan yang ada di Indonesia," kata Pendeta Aditya Wisnu Pratama.

Di Kecamatan Semen, Kediri, Jawa Timur, umat Katolik dari berbagai wilayah beribadah di Gereja Batu Puhsarang yang dipimpin Katekis Maria Maghdalena. "Dengan jalan salib, umat diajak untuk merenungkan kembali kisah sengsara Yesus ketika menebus dosa umat manusia, rela berkorban dan ikhlas melakukan kebaikan untuk orang lain," ujar Maria.

Rangkaian Paskah juga dirayakan umat kristiani di seluruh dunia. Pada Kamis Putih, pemimpin Katolik Roma, Paus Fransiskus, membasuh dan mencium kaki narapidana di Regina Coeli. Mereka yang dibasuh termasuk dua orang muslim, seorang Kristen ortodoks, dan seorang Buddha.

"Setiap orang selalu memiliki kesempatan untuk mengubah kehidupan dan orang tidak bisa menilai Bagi saya, mengunjungi orang sakit, masuk penjara, membuat narapidana merasa bahwa dia dapat memiliki harapan untuk rehabilitasi. Itu adalah tujuan gereja," kata Paus. (Mal/Ire/JS/ES/AFP/X-8)

 



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Vicky
Berita Lainnya