Headline
Nyanyi Bareng Jakarta (NBJ) terinspirasi dari komunitas serupa di luar negeri yang mewadahi orang bernyanyi bersama tanpa saling kenal.
Nyanyi Bareng Jakarta (NBJ) terinspirasi dari komunitas serupa di luar negeri yang mewadahi orang bernyanyi bersama tanpa saling kenal.
Virus campak memperlemah daya tahan tubuh sehingga anak mudah terkena komplikasi penyakit lain, seperti diare, radang paru, hingga radang otak yang mematikan.
SEBANYAK 59 anak meninggal akibat kejadian luar biasa (KLB) campak disertai gizi buruk di Kabupaten Asmat, Papua, dalam empat bulan terakhir. KLB terjadi di enam distrik di Kabupaten Asmat. Sejak September 2017 hingga kini, RSUD Asmat dilaporkan merawat ratusan pasien campak. Kementerian Kesehatan menyatakan cakupan imunisasi campak di sana hanya 17% pada tahun lalu. Dokter spesialis tumbuh kembang anak dr Soedjatmiko SpA(K) mengatakan anak berstatus kurang gizi yang terkena campak, apalagi belum diimunisasi, bisa lebih fatal mengalami dampaknya daripada anak yang sudah diimunisasi. Menurutnya, KLB campak yang terjadi di Asmat terjadi cukup parah lantaran gizi buruk dan tidak diketahuinya ketuntasan anak mengikuti imunisasi.
"Di mana saja, bukan hanya di Asmat, kalau ada anak gizi kurang lalu belum diimunisasi, maka kalau terkena campak pasti sakitnya akan lebih berat," kata Soedjatmiko yang merupakan Sekretaris Satgas Imunisasi Ikatan Dokter Indonesia (IDAI) itu saat dihubungi, kemarin.
Menghadapi situasi seperti itu, ia mengatakan penanganan yang perlu segera dilakukan ialah penambahan asupan gizi dan segera melakukan tindakan pengobatan dengan pemberian antibiotik. Dijelaskannya, komplikasi campak dapat menyebabkan sejumlah penyakit. Di antaranya diare dan radang paru-paru.
"Kalau komplikasinya radang paru, selain harus diperbaiki gizinya bakterinya juga harus dimatikan. Pada penyakit radang paru bakteri biasanya ikut nimbrung. Pengobatannya dengan antibiotik," jelas staf Departemen Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia-RS Cipto Mangunkusumo itu. Meski begitu, ia menyatakan langkah pencegahan lebih efektif ketimbang pengobatan setelah kejadian. Pasalnya, campak merupakan penyakit yang bisa dicegah. "Menangani gizi buruk memang agak susah tidak bisa sehari dua hari. Perlu waktu berminggu-minggu. Tapi campaknya bisa dicegah dengan imunisasi," imbuhnya.
Menurutnya, ada sejumlah hal yang perlu diperhatikan dalam mencegah kejadian campak yang parah akibat gizi buruk. Pertama ialah pemberian air susu ibu (ASI) ekslusif selama 6 bulan lalu dilanjutkan sampai 2 tahun. Kedua, memberikan makanan pendamping ASI (MPASI) berkualitas sejak anak umur 6 bulan. Ketiga, lanjut Soedjatmiko, ialah pengawasan teratur dengan rutin menimbang berat badan anak. "Langkah pertama pencegahannya, jangan ada yang gizi buruk. ASI itu sangat penting," tambahnya. Selain itu, sambungnya, kebersihan lingkungan juga patut dijaga seperti mencuci tangan sebelum memegang bayi, juga menutup mulut dan hidung jika batuk atau bersin di dekat balita.
Selanjutnya ialah imunisasi. Ketuntasan imunisasi penting untuk menciptakan kekebalan tubuh. Menurutnya, anak harus diberi minimal 1 kali vaksin MR (measles/campak dan rubella) pada usia 9 bulan. Imunisasi dilakukan lagi minimal 1 kali pada usia 15-18 bulan.
"Untuk usia sekolah juga minimal satu kali imunisasi, kecuali kalau ada wabah perlu ditambah. Pencegahan lainnya jangan merokok dekat bayi dan balita. Ventilasi udara dan cahaya matahari harus bagus di rumah. Terakhir, kalau bayi sakit segera obati," ujarnya.
Waspadai komplikasi
Senada, dokter spesialis anak RS Premier Bintaro, Tangerang, dr Marissa Pudjiadi SpA, mengatakan campak merupakan penyakit akibat virus yang bisa menurunkan kekebalan tubuh anak sehingga rentan terkena penyakit lain. Menurutnya, campak tanpa disertai komplikasi sebenarnya tidak terlalu berbahaya. Namun jika terkena infeksi dari luar, campak bisa menyebabkan komplikasi penyakit, seperti diare, radang paru-paru, dan radang otak. "Virusnya bisa sampai ke otak dan menjadi ensefalitis sehingga menyebabkan kematian," ungkapnya.
Menurutnya, gejala campak terdiri atas tiga stadium. Pertama ialah masa inkubasi yakni sebelum munculnya tanda-tanda campak. Itu berlangsung selama 10-12 hari. Lalu, fase kedua, yakni prodromal, ditandai dengan demam tinggi, batuk, pilek, dan mata memerah. Kemudian, masuk ke fase erupsi, yakni mulai muncul ruam merah di tubuh yang kemudian berubah ruamnya menjadi hitam. "Muncul masa konvalesens, yakni perubahan ruam merah menjadi hitam. Kalau sudah hitam sebenarnya sudah tidak menular," ujarnya.
Masyarakat harus waspada terhadap penularannya. Pasalnya, penularan campak tergolong mudah karena terjadi lewat kontak langsung dengan percikan air liur penderita. "Bisa lewat batuk atau menyentuh barang bekas air liur dari anak yang terkena campak," imbuh Marissa. (H-3)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved