Headline
Sebagian besar pemandu di Gunung Rinjadi belum besertifikat.
Sebagian besar pemandu di Gunung Rinjadi belum besertifikat.
OPERASI pengangkatan rahim atau lebih dikenal dalam istilah medis sebagai histerektomi kadang menjadi bagian yang tak terhindarkan dalam penanganan suatu penyakit, seperti tumor atau miom, kanker rahim, dan endometriosis. Namun, prosedur itu kerap kali memberatkan pasien. Salah satunya karena anggapan bahwa pengangkatan rahim membuat gairah seksual menurun dan hubungan seksual sulit dilakukan karena organ kelamin menjadi kering. Padahal, menurut dokter spesialis kebidanan dan kandungan dr Budi Iman Santoso SpOG, anggapan itu hanya mitos. "Di Indonesia, operasi pengangkatan rahim paling banyak karena adanya tumor atau miom.
Banyak orang yang menganggap bahwa setelah rahim perempuan diangkat, hubungan suami istri terganggu dan berdampak pada gairah seksual. Namun, berdasarkan banyak studi, itu tidak benar," ujar dokter konsultan uroginekologi dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia itu ketika dihubungi, Selasa (16/1). Gangguan hubungan seksual, lanjutnya, memang bisa saja terjadi, tapi hanya pada kasus tertentu, yakni histeroktomi radikal karena kanker stadium awal. "Pada kasus itu, rahim, sekitar 2 cm dari vagina bagian atas, serta jaringan lunak di sekitar leher rahim akan dihapus. Ini membuat lubang vagina menjadi lebih pendek,” tuturnya.
Hubungan seksual, lanjut Budi, merupakan urusan pribadi pasangan suami istri. Oleh karena itu, sebelum operasi pengangkatan rahim, pasien diberikan edukasi serta gambaran tentang operasi yang akan diambil serta konsekuensinya, misalnya tidak memungkinkan untuk memiliki anak lagi. "Saat ini pengobatan harus bersifat patient center, pasien dilibatkan dalam menentukan terapi terbaik untuk penyakitnya," kata Budi. Ia menambahkan, ada hal-hal yang harus diperhatikan pascaoperasi pengangkatan rahim, antara lain pasien dianjurkan tidak melakukan hubungan seksual selama enam minggu untuk pemulihan. “Sebab vagina bisa berdarah sehingga harus menunggu lukanya sembuh. Selain itu, benang jahitan baru bisa menyatu dengan daging dalam waktu 30 hari,” terang Budi.
Laparoskopi
Terkait dengan teknik histeroktomi, Budi menjelaskan ada beberapa pilihan yang disesuaikan dengan kondisi penyakit pasien. Histerektomi dapat dilakukan melalui pembedahan di perut (histerektomi abdominal) atau melalui vagina (histerektomi vaginal). Histerektomi abdominal biasanya dilakukan jika rahim membesar akibat tumor. Adapun histerektomi vaginal biasanya dilakukan untuk kasus seperti turunnya rahim dari posisi asal.
Selain itu, imbuh dia, terkadang histerektomi dapat dilakukan dengan operasi laparoskopi, yakni menggunakan alat yang dimasukkan melalui sayatan kecil pada perut. Dengan alat itu, rahim dipotong-potong dan dikeluarkan melalui vagina. Cara ini dapat meminimalkan luka sayatan pascaoperasi. "Penyembuhan luka pascahisterektomi abdominal membutuhkan waktu lebih lama karena sayatannya jauh lebih besar daripada metode laparoskopi," katanya.
Pada pasien usia lanjut atau 60 tahun ke atas, tambahnya, perlu diperhatikan juga peningkatan risiko komplikasi ketika menjalani histerektomi, meskipun angka kejadiannya sedikit, sekitar 5%. Mengenai aktivitas fisik, pemulihan pascaoperasi pengangkatan rahim biasanya dua minggu, hampir sama seperti operasi caesar. “Bila ingin berolahraga, dua sampai tiga bulan setelahnya sudah bisa.” (Ind/H-3)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved