Headline
Pansus belum pastikan potensi pemakzulan bupati.
POPULARITAS Euis Haryati di Desa Warnajati, Kecamatan Cibadak, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat, tak perlu dipertanyakan lagi. Begitu menyebut namanya, warga di sana sudah tak asing. "Makanya di sini nama saya terkenal dengan sebutan Euis Pekka," seloroh Euis sambil terkekeh. Euis mengaku saat menjadi kader posyandu, tidak banyak yang mengetahui sosoknya. Namun, kondisi itu berbalik saat ia bergabung dengan Pekka. "Alhamdulillah sekarang saya banyak dikenal. Mungkin karena aktivitas saya juga. Kalau dulu mah saat masih jadi kader posyandu, jarang yang mengenal saya," kata dia.
Setiap hari Euis sudah memiliki sejumlah agenda rutin. Termasuk berhubungan dengan jajaran aparatur desa setempat. Hingga muncul wacana untuk mendorongnya maju dalam pemilihan kepala desa. "Saya ditawari maju jadi kepala desa oleh kades sekarang," ucapnya.
Tawaran maju langsung dari kepala desa itu membuat Euis cukup galau. Tapi, Euis bukan perempuan ambisius. Artinya, Euis tak mau jemawa dengan tawaran itu karena banyak hal yang mesti dipikirkannya. "Kalau berbicara minat atau tidak minat, saya tidak minat. Apalagi kan belum tentu masyarakat juga suka semuanya dengan saya. Pasti lah ada yang pro dan kontra. Saya tidak mau kalau ketika nyalon ada yang mempertanyakan, siapa elu?" ujar Euis.
Euis pun memiliki hubungan kerja yang baik dengan kepala desa. "Pak kades itu kalau ada apa-apa minta saran dan masukan saya," ujarnya. Meski banyak yang mendorongnya maju dalam bursa pemilihan kepala desa, Euis malah berharap kepala desa saat ini kembali maju untuk satu periode lagi. Bila mana kepala desa itu terpilih kembali, Euis baru akan mempertimbangkan untuk ikut bursa pemilihan kepala desa. "Pak kades masih bisa nyalon satu periode lagi. Saya juga sudah bilang, kalau pak kades mau nyalon satu periode lagi saja, mungkin periode berikutnya insya Allah saya mau. Butuh pemikiran dan uang kalau mau nyalon itu. Saat ini saya tidak punya uang. Namanya juga nyalon, pasti memerlukan uang," jelasnya.
Jika memang Euis bisa maju pada pemilihan kepala desa 2019 nanti dan menang, mungkin dirinya bisa mengukir sejarah. asalnya, selama ini di desanya belum pernah ada sejarah kepala desa dari kalangan perempuan. "Belum pernah ada. Mungkin niat pak kades yang mendorong saya maju karena ingin memberikan kesempatan bagi perempuan dan belum ada sosok yang pas," kata dia. Saat ini Euis hanya memikirkan bagaimana proses pemberdayaan terhadap perempuan di desanya bisa terus berjalan optimal.
Sehingga semua perempuan di desanya bisa mandiri, kuat, dan maju. "Selama kegiatannya positif, tidak ada salahnya kita terus berkarya. Yang kami lakukan ini positif dan bermanfaat," pungkasnya.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved