Headline
Pansus belum pastikan potensi pemakzulan bupati.
MENJADI orangtua tunggal bagi perempuan mungkin cukup berat. Peran ibu dan ayah menjadi satu dan semua tanggung jawab dipikul sendiri. Tapi, tidak bagi Euis Haryati. Perempuan kelahiran Sukabumi, 8 Desember 1967 ini menjadi lebih tegar pascaditinggal suaminya 30 Maret 2014. Perempuan berkaca mata dan berjilbab itu lebih banyak menghabiskan waktunya agar lebih bermanfaat bagi sesama, khususnya bagi kalangan perempuan di desa tempat tinggalnya. Aktivitas ibu tiga anak ini cukup padat.
Sebelum suaminya meninggal, Euis memang sudah aktif menjadi kader posyandu dan Pemberdayaan Perempuan Kepala Keluarga (Pekka). Kala itu mereka sepakat untuk mencari nafkah bersama-sama untuk keluarga kecil mereka. "Saya gabung ke Pekka saat suami masih ada karena kita bersama-sama mencari nafkah," ujar Euis. Di Pekka, Euis lebih banyak dihabiskan dengan menularkan ilmu yang dimilikinya bagi kalangan perempuan agar hidup mandiri. Meskipun dikenal sebagai perempuan yang jarang bicara, tapi soal kemampuannya menggerakkan kalangan perempuan jangan ditanya lagi.
"Saya itu punya keterbatasan dari dulu. Sebelum bergabung di Pekka juga saya mah gak banyak bicara, seperlunya saja," kata Euis mengawali pembicaraan dengan Media Indonesia di kediamannya di Desa Warnajati, Kecamatan Cibadak, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat, Selasa (9/1). Melalui Pekka pun, Euis yang jarang berbicara mampu mengemukakan pendapatnya. Melalui berbagai pelatihan melakukan presentasi di depan publik, secara perlahan ia mulai percaya diri. "Jadi saya tidak asal bicara. Saya selalu membedakan cara bicara di depan forum dan cara bicara saat bersama kelompok. Sebetulnya kalau di kelompok kan sudah biasa gak terlalu formal. Orang kan gak ada yang sempurna. Ada kekurangan dan kelebihan. Kita saling mengisi. Sedikit bicara banyak bekerja mungkin ada dalam diri saya," tandasnya.
Komunikasi, kata Euis pun penting pasalnya untuk menularkan ilmu kepada kader-kader Pekka lain ia perlu berbicara. Perempuan yang sudah bergabung dalam Pekka selama 15 tahun itu pun mengaku banyak manfaat yang diterimanya baik untuk dirinya pribadi maupun orang lain. "Saya bergabung di Pekka itu sekitar 2002. Dulunya saya aktif di posyandu di sini," kata dia. Kinerja Euis yang mumpuni pun dilirik Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (DP3A) Kabupaten Sukabumi. Sejak 2015 DP3A memintanya sebagai pendamping lapangan bagi masyarakat yang mendapatkan bantuan dari Dinas Sosial.
Di Serikat Pekka Kabupaten Sukabumi sendiri, Euis dipercaya memegang jabatan Divisi Media Rakyat. "Saya sangat merasakan betul manfaat bergabung di Pekka karena mungkin terus mengikuti pelatihan. Alhamdulillah sekarang terasanya," ujar dia. Lambat tapi pasti, masyarakat pun meminta bantuan Euis mengurus berbagai hal. Misalnya Euis kerap diminta tolong membantu pengurusan warga yang sakit, mengurusi Kartu Indonesia Sehat, maupun BPJS Kesehatan. "Khususnya bagi warga yang kurang mampu. Alhamdulillah pengalaman di Pekka membuat saya punya banyak keterampilan dan ilmu," jelasnya.
Janda Binangkit
Selain aktif di Pekka dan Posyandu, Euis juga dipercaya mengelola pendidikan anak usia dini (PAUD) di desanya. PAUD itu terintegrasi dengan posyandu sehingga memiliki nama yang sama yakni Kenanga Indah. "Saya juga aktif di kepengurusan Himpaudi (Himpunan Pendidikan Anak Usia Dini Indonesia) Kabupaten Sukabumi serta jadi wakil ketua PPK Desa Warnajati," ungkap dia. Istri dari almarhum Cacu Samsudin itu memang jadi sosok sentral di desanya. Apa pun permasalahan sosial di desanya, Euis bisa jadi solusinya.
"Jadi semacam tempat curhat. Warga ngeluh apa-apa ke saya. Selama masih bisa saya bantu, insya Allah akan dibantu. Bekal pelatihan selama gabung di Pekka ternyata sekarang bisa bermanfaat bagi masyarakat," imbuhnya.
Sejauh ini Euis tergolong berhasil membina dan memberdayakan masyarakat melalui berbagai kegiatan pelatihan. Di wilayahnya Euis membentuk kelompok bernama Janda Binangkit. Kelompok yang beranggotakan 15 orang perempuan itu memberikan pelatihan dan pemberdayaan serta pengelolaan koperasi simpan-pinjam. "Saya tularkan semua ilmu ini ke kader Pekka di desa. Kalau ada materi yang perlu disampaikan, biasanya dilakukan melalui kelompok Janda Binangkit. Anggotannya dari RW sini, tapi ada juga dari RW lain. Masih satu desa," jelasnya.
Untuk menjaga kepercayaan masyarakat, tak jarang Euis turun langsung ke lapangan saat menagih cicilan pinjaman dari anggotanya. Setiap hari dia berkeliling dari satu rumah ke rumah lainnya. "Karena kan saya takutnya (cicilan) macet. makanya saya yang keliling setiap hari. Besaran pembayaran cicilan tak dipatok. Mau Rp2 ribu per hari juga gak apa-apa," katanya. Euis pun memberikan pelatihan pemanfaatan limbah untuk mendapatkan penghasilan lebih. Misalkan mengubah limbah bungkus kopi menjadi dompet, taplak meja, maupun karpet.
"Itu juga sambil membina kalangan perempuan dari desa lain yang mendapatkan bantuan dari Dinas Sosial. Kalau saya membina mereka dengan membuat keset dari kain. Kebetulan di sini cukup banyak pabrik garmen. Jadi kita manfaatkan kain sisa (perca) untuk dijadikan keset," imbuhnya. Pembinaan dan pemberdayaan terhadap kaum perempuan akan berjalan optimal jika ada lahan usahanya. Karena itu, Euis selalu berupaya mendorong pihak desa agar responsif terhadap keinginan itu. "Saya dorong agar desa juga membina anggota-anggota Pekka di desa. Alhamdulillah sejauh ini kepala desanya akomodatif," jelas Euis.
Saat Ramadan, Euis memanfaatkan momen itu dengan memproduksi kue kering dengan melibatkan kader-kader Pekka. Sejauh ini pesanan kue cukup ramai menjelang Idul Fitri. "Itu musiman, tapi kalau hari raya banyak pesanannya. Kalau saya dalam pemberdayaan itu selalu menyesuaikan dengan kemampuan ibu-ibu," sebutnya. Euis sangat bersyukur bisa bergabung di Pekka. Berbagai pelatihan yang diperolehnya membuat dia semakin melek terhadap berbagai permasalahan yang dialami di tingkat masyarakat, utamanya di kalangan perempuan. "Sejauh ini bagi kader yang sudah gabung di Pekka terlihat ada peningkatan dari sisi pengetahuan maupun materi. Termasuk saya sendiri. Dulu saya banyak tidak tahu, tapi sekarang banyak tahu. Asalnya tidak pede (percaya diri), alhamdulillah sekarang pede," pungkasnya. (M-4)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved