Headline

Setelah menjadi ketua RT, Kartinus melakukan terobosan dengan pelayanan berbasis digital.

Fokus

F-35 dan F-16 menjatuhkan sekitar 85 ribu ton bom di Palestina.

Sayatan Kecil Selamatkan Karier

Denny Parsaulian [email protected]
18/10/2017 01:04
Sayatan Kecil Selamatkan Karier
(thinkstock)

SI kulit bundar ditatapnya tajam. Tak lama kemudian, kaki kirinya mengayun mengantarkan bola ke gawang lawan. Dan gol! Dari jarak sekitar 4 meter di luar kotak penalti, Hapidin menempatkan bola di kanan atas gawang Persibangga Purbalingga. Pertandingan di Stadion Goentoer Darjono Purbalingga, Rabu (13/9), itu baru berjalan 5 menit. Berselang 15 menit kemudian, Hapidin, yang kala itu bermain di sayap kanan bukan posisi biasanya kembali mencetak gol. Kaki kirinya menyontek bola untuk mengecoh kiper sebelum menceploskan bola dengan kaki kanan.

Kontribusi Hapidin, 26, lewat dua golnya mengantarkan Persibat Batang ke babak 16 besar Liga 2 Indonesia. Kemenangan ini terbilang historis bagi Persibat karena selain merupakan pertandingan penentu, juga diraih di kandang lawan. Tidak tampak kekakuan dari pergerakan Hapidin saat itu. Kekakuan di kaki kirinya pascaoperasi patah tulang kering 1,5 tahun sebelumnya seperti tidak berbekas. ‘Saya ucapkan terima kasih banyak buat pak dokter @igm_febry atas bantuannya selama ini. Jasamu tidak akan pernah aku lupakan’, tulis Hapidin di akun Instagram-nya hapidin_7.

Insan sepak bola Tanah Air mungkin masih ingat pemain Liga 2 yang berniat menjual sepatu emasnya demi membiayai operasi dan pemulihan cederanya. Sepatu emas itu diraih Hapidin setelah menjadi pencetak gol terbanyak pada kompetisi Divisi Satu musim 2014. Saat itu, Persibat juga diantarkannya promosi ke kasta lebih tinggi. Berdasarkan keterangan pers Persibat Batang, Hapidin mengalami patah kaki saat bermain turnamen antarkampung di Kebon Rowopucang, Pekalongan, pada September 2015. Enam bulan kemudian, kakinya dipasangi pen. Belum setahun, Hapidin minta pennya dilepas.

“Tidak ada masalah pada patah kaki yang dialami Hapidin. Sambungannya bagus. Yang dimasalahkan Hapidin adalah anklenya yang susah digerakkan,” jelas ahli ortopedi dan cedera olahraga dari Royal Sport Medicine Centre (RSMC) di RS Royal Progress I Gusti Made Febry Siswanto saat ditemui Media Indonesia di klinik Royal Sport Medical Centre di RS Royal Progres, Jakarta, pekan lalu. Ankle kaki kiri Hapidin kaku. Menurut Hapidin, tambah Febry, itu terasa nyeri dan tidak bisa bergerak eksplosif (tiba-tiba). “Kami pun memutuskan melakukan operasi. Kami lakukan dengan metode arthroscopy. Operasi hanya 1 jam. Kemudian Hapidin mesti menjalani pemulihan lewat terapi selama tiga bulan,” ujar Febry.

Saat operasi diketahui bahwa terdapat banyak perlengketan atau biasa disebut arthrofibrosis ankle. “Semuanya diangkat dan dibersihkan. Selanjutnya, Hapidin wajib terapi.” Selain Hapidin, beberapa bintang pernah ditangani RSMC, antara lain Boaz Salosa, M Nasuha, Ruben Sanadi, Antoni Putro Nugroho, Lukas Wellem Mandowen, Imanuel Wanggai, Bio Pauline Pierre, M Sarifuddin, M Imanuddin, Aliyudin, M Robby, M Rizky, Agus Indra, Abdul Rahman Lestaluhu, Adi Putra Sobar, Greg Nwokolo, dan terakhir kiper timnas U-22 M Riyadi.

Minim
Teknologi bedah tulang atau ortopedi saat ini telah berkembang pesat. Sejak 2011, arthroscopy atau teropong sendi yang merupakan suatu teknik baru mulai dikembangkan di Indonesia. Teknik ini dapat digunakan menangani cedera lutut, engkel, bahu, dan siku.
“Lewat teknik ini, kita bisa melakukan operasi dan melihat problem yang ada di lapangan dengan luka sayatan yang sangat kecil,” jelas Febry. “Keuntungan teknik ini jika dibandingkan dengan teknik konvensional adalah operasi ini tidak membuat luka. Luka sangat kecil hanya sekitar setengah sentimeter dengan 2-3 titik luka.”

Lewat luka kecil ini, dimasukkan alat berupa kamera kecil dan alat bekerja. Luka operasi konvensional, tambah Febry, biasanya menimbulkan parut (bekas). “Saat operasi ini (konvensional) kita membuat luka yang besar sebelum mencapat target. Dari kulit sudah rusak, bagian dalam, sampai dengan sendi. Efeknya adalah nyeri pascaoperasi akan jauh lebih besar dan hebat bila dibandingkan dengan luka minimal seperti ini (arthroscopy),” jelas Febry lebih lanjut. Keuntungan lain dari arthroscopy ialah tindakan ini bisa menjadi sebuah tindakan diagnostik dan terapi. “Karena dengan kamera ada, kita bisa melihat semua problem yang ada di dalam persendian sehingga kita tahu permasalahannya apa saja,” tambah Febry.

Sebagai fungsi terapi yaitu lewat operasi ini dapat dilakukan tindakan langsung. “Saat memasukkan alat, itu merupakan tindakan terapi terhadap permasalahan-permasalahan yang ada.” Selain yang telah dipaparkan Febry, penyembuhan lewat operasi teknik arthroscopy lebih cepat. “Dengan teknik artroskopi, waktu penyembuhan bisa lebih cepat, yakni sekitar 6-9 bulan. Akan tetapi, pascaoperasi tetap harus dilanjutkan dengan fisioterapi untuk dapat mengembalikan performance mereka dari awal,” kata Febry yang juga Presiden Indonesian Orthopaedic Society for Sport Medicine & Arthroscopy (IOSSMA).

Meski bisa dilakukan di segala macam sendi, di Indonesia para dokter ortopedi baru bisa melakukannya pada cedera lutut dan bahu. "Harus diakui kita ini sangat telat. Sekarang masih on progress membentuk ahli-ahli di bidang sendi yang lain. Sementara itu, jumlah dokter ortopedi yang ahli dan punya kompetensi untuk itu baru berjumlah 30 orang," ujar dokter spesialis ortopedi Bobby N Nelwan pada The 6th Live Surgery of Arthroscopy ACL & PCL Reconstruction Workshop di RS Royal Progress, Jakarta, beberapa waktu lalu. Padahal, kata Bobby, saat ini selain untuk cedera kecelakaan, atlet profesional ataupun olahragawan pun membutuhkan kontribusi dokter ortopedi. (Mut)





Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Dedy P
Berita Lainnya