Headline
Manggala Agni yang dibentuk 2002 kini tersebar di 34 daerah operasi di wilayah rawan karhutla Sumatra, Sulawesi, dan Kalimantan.
Manggala Agni yang dibentuk 2002 kini tersebar di 34 daerah operasi di wilayah rawan karhutla Sumatra, Sulawesi, dan Kalimantan.
Sejak era Edo (1603-1868), beras bagi Jepang sudah menjadi simbol kemakmuran.
GERAKAN melawan pikun yang berbarengan dengan Hari Alzheimer Dunia pada September ini juga melibatkan kalangan artis terutama musisi dan perfilman. Grup band Slank ikut mendukung gerakan ini dengan menciptakan lagu #MelawanPikun #SayangOrtu.
Selain mereka, ada sineas Mira Lesmana dan Riri Riza. Dua pekerja seni film andal itu tergerak melawan pikun dengan menjadi juri Festival Film Pendek tentang Alzheimer. Dengan tagline ‘Remember me’, kompetisi ini menjadi ajang yang melibatkan anak-anak muda. Tiga finalis yang berhasil lolos seleksi film adalah Diana Noviana, Farizal Famuji, dan Ani Ema Susanti.
Berkompetisi lewat film pendek, masing-masing dari mereka punya cara menyampaikan penyakit alzheimer, umumnya merupakan diadaptasi dari kisah nyata baik itu yang dirasakan langsung maupun tidak. Pada karya Diana berjudul Stalemate, film pendek berdurasi 5 menit ini mengangkat cerita seorang caregiver atau perawat lansia yang harus menyeimbangkan dua kehidupan yang berbeda.
“Tokoh ini harus menyeimbangkan antara kehidupan dirinya sendiri yang harus tinggal di Jakarta untuk memenuhi semua kebutuhan hidupnya dan kehidupannya bersama ibunya di Malang yang mengalami demensia,” kata Diana. Sementara itu, karya Farizal berjudul Gendhuk atau panggilan anak perempuan di Jawa ini mengambil latar di kampung dengan tokoh anak kecil berumur 10 tahun yang tinggal bersama neneknya. Ibunya hanya ada di rumah saat malam hari karena bekerja di kota.
“Digambarkan neneknya sudah mengalami beberapa gejala alzheimer seperti manggil berkali-kali atau main air di buku gambarnya. Namun suatu saat pergi ke pasar dan neneknya hilang, di situ mulai merasa enggak kuat, dan bingung mau ngelakuin apa,” kata Rizal.
Hal yang berbeda pun dilakukan Ani Ema Susanti dengan mengangkat kisah nyata. Berjudul Ada buat Ayah, film pendek ini bercerita tentang seorang wanita muda yang menyampingkan mimpi-mimpinya untuk merawat ayahnya yang terkena dimensia vaskuler atau kerusakan otak yang disebabkan beberapa stroke. “Di awal pembuatan saya kaget dan sempat stres karena ayahnya ini selalu berteriak setiap ingin sesuatu, saya kira ia kesakitan,” kata Ani menceritakan proses pembuatan film pendeknya.
Proses pembuatan film ini memang menjadi ajang proses belajar juga bagi mereka mengenai penyakit ini yang mana sebelumnya mereka harus melakukan riset, observasi, hingga interview secara mendalam. “Ternyata mereka bisa mengolah menjadi sajian sinematografi yang baik. Ada banyak kepekaan yang bisa ditunjukkan tentang bagaimana cerita tidak hanya melalui dramatic feeling dari karakter, tetapi juga menggunakan fenomena alam, lingkungan, dan budaya,” kata Riri Riza. (*/M-3)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved