Headline
Buruknya komunikasi picu masalah yang sebetulnya bisa dihindari.
Buruknya komunikasi picu masalah yang sebetulnya bisa dihindari.
Pemprov DKI Jakarta berupaya agar seni dan tradisi Betawi tetap tumbuh dan hidup.
SEBANYAK tujuh guru Indonesia mengikuti program pelatihan intensif bidang sains, teknologi, teknik dan matematika (STEM) di Pusat Penerbangan Luar Angkasa, NASA, Amerika Serikat bulan Juni lalu.
Mereka diharapkan mampu menularkan pengalaman belajar bagi para siswa di tanah air untuk mencintai ilmu sains dan dunia luar angkasa. Terbersit harapan di masa depan dapat lahir calon astronot asal negeri ini.
“Saya mendapat pengalaman berharga dalam pelatihan ini. Saya mengikuti simulasi astronot dengan berperan sebagai ilmuwan yang mengamati cuaca planet Mars dan melaporkannya ke bumi,” kataguru Sekolah High Scope Indonesia Ahmad Z Umam, mengisahkan pengalamannya kepada wartawan di Jakarta, Selasa (4/10).
Melalui Honewell Educators at Space Academy (HESA) yang memfasilitasi program pelatihan luar angkasa di NASA tersebut, ia terpilh menghadiri undangan HESA bersama enam guru lainnya yang lolos seleksi antara lain Andriana Susmayanti, guru Sekolah Pelita Bangsa Lampung, Andry Permana guru Sekolah Cita Hati West Surabaya, Grice Purba, guru SMP Taruna Bangsa Bogor, Marjon Roche guru Xin Zhong School Surabaya, Shilpa Karve guru Sekolah Bunda Mulia Jakarta, dan Slamet Riyadi guru SMP Negeri Tengaran Satu Atap.
Menurut Ahmad pendidik Honeywell di NASA adalah guru terbaik pengembangan profesional yang ia pernah ikuti.
“Saya belajar banyak hal berbagai kegiatan menyampaikan pelajaran yang inovatif, melibatkan siswa selama proses belajar mengajar dan saya bertemu dengan guru dari seluruh dunia selama pelatihan dapat berbagi pengalaman. Para guru juga diberdayakan dengan teknik tambahan melalui simulasi astronot,“ paparnya.
"Point utama dari pengalaman berharga ini, saya memahami bahwa kita akan menularkan pengalaman untuk pembelajaran dalam mendidik generasi Mars. Mereka para pelajar harus sadar akan ruang, teknologi, dan bagaimana dunia berubah serta berkembang menuju angkasa luar,” tambah Shilva Karpe.
Menurut Shilpa ia mendapat konsep baru di kelas tentang kegiatan simulasi roket, gravitasi, robot, dan lain lain.
“Kita dapat mendidik anak anak dengan cara memungkinkan mereka menemukan peluang di ruang angkasa dan teknologi saat mereka tumbuh dewasa,” cetusnya.
Bagi Andriana, jika pernah ada calon astronot Indonesia Pratiwi Sudharmono, dengan bekal pelatihan yang didapat bukan tidak mungkin di masa depan akan lahir calon astronot Indonesia berikutnya.
“Kita patut optimistis di masa datang melalui pendidikan kita dapat lahir calon astronot selanjutnya, untuk itu mari kita menjadikan ilmu sains dan matematika sebagai topik favorit sehingga kita bisa meningkatkan minat siswa sebagai pelajar mandiri,” tegasnya.
Dalam kesempatan itu, Presiden Direktur Honeywell Indonesia, Alex J Pollack mengaku bangga dengan par guru Indonesia karena berhasil memperoleh beasiswa dan lulus dari program pendidikan HESA yang dilaksanakan di pusat luar angkasa, NASA, Alabama, Amerika Serikat pada Juni lalu.
“Honeywell berkomitmen mendukung pendidikan STEM sebagai perusahaan teknologi dan perangkat lunak industri terkemuka untuk bekerjasama dengan guru sekolah di Indonesia untuk mempelajari teknik baru agar menumbuhkan rasa ingin tahu dalam Matematik dan sains di kalangan siswaa serta membantu mereka bercita cita menjadi calon astronot, “ujarnya.
Alex menjelaskan, sejak 2013 Honeywell telah memberikan beasiswa untuk 30 guru di berbagai kota di Indonesia. Pada tahun 2017, pihaknya telah menyeleksi 205 guru dari seluruh dunia mengambil bagian dalam program lima hari di Pusat Angkasa Luar dan Angkasa di Alabama, Amerika.
Di sini, para guru belajar dan dilatih tentang cara dan teknik mengajar inovatif agar merekalebih mampu dalam membangun ketertariakn siswa dalam pembelajaran sains dan Matematika. Mereka mengikuti pembelajaran intensif 45 jam di kelas serta beragam pelatihan, dengan fokus pada eksplorasi luar angkasa. Para guru ini belajar simulasi pelathan yang digunakan oleh para astronot NASA
Alex menambahkan, sejak 2004 lebih dari 2.776 pendidik dan guru dari 62 negara , 52 negara bagian dari teritori Amerika Serikat telah lulus program ini.
“Mereka telah mendidik dan terus menginspirasi lebih dari tiga juta siswa di seluruh dunia di bidang STEM,” pungkasnya. (OL-6)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved