Headline
Gaikindo membeberkan penyusutan penjualan mobil di Tanah Air.
Gaikindo membeberkan penyusutan penjualan mobil di Tanah Air.
SOSIALISASI mengenai pencegahan kanker leher rahim atau serviks kepada masyarakat harus dilakukan lebih masif bukan hanya oleh kalangan petugas kesehatan, melainkan juga melibatkan elemen masyarakat.
Wakil Ketua Yayasan Kanker Indonesia (YKI) dr Carmen Yahya SpKO mengatakan hal tersebut mendesak dilakukan karena angka penderita kanker serviks terus meningkat. Menurut data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dan riset internasional Globocan, Indonesia menjadi negara dengan jumlah kasus kanker serviks terbanyak di Asia Tenggara dengan 58 kasus baru setiap hari.
“Hal itu disebabkan rendahnya kesadaran dan pengetahuan masyarakat mengenai masalah ini,” ujarnya dalam lokakarya dan sosialisasi vaksin Human Papillomavirus (HPV) untuk para ibu kader PKK di Graha YKI DKI Jakarta, Kamis (7/9). Carmen juga mengatakan, asih banyak anggapan yang salah di masyarakat terkait dengan infeksi virus HPV yang menjadi penyebab kanker serviks. Virus HPV, sambungnya, tidak hanya menular lewat hubungan seksual, tetapi juga dengan cara lain, misalnya, melalui dudukan toilet umum yang digunakan secara bergantian.
“Virus HPV banyak jenisnya. Tetapi yang berbahaya tipe 16 dan 18 yang menyebabkan kanker serviks. Setelah tertular biasanya butuh waktu bertahun-tahun untuk bisa menjadi kanker,” imbuhnya.
Untuk memberikan pemahaman yang tepat kepada masyarakat mengenai penyakit tersebut, YKI bersama Koalisi Indonesia Cegah Kanker Serviks (KICKS) mengajak para ibu PKK untuk menyampaikan informasi dan pemahaman kepada masyarakat bahwa kanker serviks dapat dicegah. Salah satunya ialah dengan pemberian vaksin HPV.
Di DKI Jakarta, Yogyakarta, dan Bandung, pemerintah telah menggalakkan pemberian vaksin HPV secara gratis pada murid sekolah dasar yang berusia 9 hingga 13 tahun. Ketua Bidang Pengendalian Masalah Kesehatan Dinas Kesehatan DKI Jakarta Widiastuti mengatakan di Ibu Kota vaksin HPV telah diberikan kepada 66.094 murid kelas 5. Cakupannya sudah 99%.
“Masih ada sekolah yang menolak (pemberian vaksin HPV) sekitar 1%. Kami akan terus menjaring (memberikan vaksin),” ujarnya pada kesempatan sama. Widiastuti mengatakan kendala yang dihadapi, sejumlah masyarakat menolak pemberian vaksin karena ragu terhadap program pemerintah.(Ind/H-2)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved